Kisah Muhammad Fatoni, Tuna Netra Asal Lumajang dengan Segudang Prestasi Berkat Hafal Alqur'an, Kini jadi Guru Qori
Kini, Fatoni disibukkan dengan kegiatan mengajar Qori' di 22 lembaga TPQ maupun Pondok Pesantren di wilayah Kecamatan Pasirian dan Candipuro.
Fatoni melatih kemampuannya itu melalui tape recorder untuk menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
- FOTO: Semangat Santri Tunarungu Belajar Mengaji Alquran dengan Bahasa Isyarat
- Kisah Mengharukan Neti Hastuti, dapat Hidayah Bisa Menghafal Qur'an di Usia Senja
- Penuh Semangat, Begini Cara Santri Difabel Netra Belajar Al Quran di Ponpes Sam'an Bandung
- Sosok Fathurrahman Kafrawi, Menteri Agama Asal Tuban yang Berhasil Wajibkan Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah
Kisah Muhammad Fatoni, Tuna Netra Asal Lumajang dengan Segudang Prestasi Berkat Hafal Alqur'an, Kini jadi Guru Qori
Keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk menggapai cita-cita dan berprestasi. Hal itu tercermin pada diri seorang pria tuna netra di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Menjadi tuna netra sejak bayi, namun tumbuh dengan segudang prestasi karena kepiawaiannya melantunkan dan menghafal ayat-ayat suci Alur'an. Bahkan, berkat segudang prestasi dan penghargaan yang diraih. Kini ia dipercaya menjadi pengajar Qori' di puluhan lembaga.
Adalah Muhammad Fatoni (38) warga Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, yang mampu menepis keterbatasan dirinya. Ia yang merupakan seorang hafidz sekaligus Qori' yang menjadi pengajar buat anak-anak muda.
Dalam sepekan, dia disibukkan dengan kegiatan mengajar Qori' di 22 lembaga TPQ maupun Pondok Pesantren di wilayah Kecamatan Pasirian dan Candipuro.
Setiap hari, Fatoni mengajarkan bacaan dan lantunan ayat suci Al-Qur'an dengan suara merdu atau biasa dikenal dengan sebutan Qiro'ah. Rutinitas ini sudah ditekuninya sejak belasan tahun lalu.
Dengan kemampuan pendengaran dan daya ingat yang tinggi, Fatoni mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur'an ini lewat caranya sendiri.
Setiap hari, ia melatih kemampuannya itu melalui tape recorder untuk menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Dalam proses mempertajam hafalannya, ia juga dibantu sang istri yang menyimak bacaan sekaligus pelafalan bacaan.
"Pake kaset semuanya pake pendengaran untuk belajarnya. Pelan-pelan ayat demi ayat saya lantunkan dan hafalkan," katanya saat ditemui pada Rabu (27/3/2024)
Selain disibukkan dengan mengajari santri-santrinya mengenal Al-qur'an, Fatoni juga merupakan seorang pria dengan segudang prestasi. Semangat juangnya yang tinggi untuk mengasah kemampuannya dalam melantunkan dan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an mengantarkan dirinya meraih segudang prestasi tahfid dan musabaqoh tilawatul Qur'an ditingkat regional hingga nasional.
Kedamaian hidup dan segudang prestasi yang diraih Fatoni tidak diraih dengan mudah. Ahmad Fatoni mengalami kebutaan sejak usia tujuh hari setelah pengobatan dari penyakit kejang dan demam yang ia derita saat balita. Tumbuh dengan keterbatasan membuatnya harus berdamai dengan kekurangan yang dialami.
Namun, dengan semangat dan kegigihannya dalam mempelajari Al-Qur'an itu, Fatoni pun akhirnya bisa menatap dunia dengan kebahagiaan dan harapan yang besar dengan cita-cita yang ia genggam.
"Saya mensyukuri apa adanya dan tetap belajar apa yang saya mampu. Baik mendalami ilmu tahfidz maupun sholawatan itu yang saya tekuni," jelasnya.
Kini Fatoni selain piawai dalam melantunkan ayat suci Al-Qur'an, ia juga mampu menguasai dan menghafal 30 juz Al-Qur'an. Kisah hidupnya memberi pelajaran bagi kita semua bahwa Tuhan maha adil. Meski keterbatasan penglihatan, namun Fatoni bisa melihat dengan hati dan diberi karunia dengan bisa menghafal Firman Allah SWT.
Tuhan juga memberi jalan bagi setiap hambanya yang bersungguh-sungguh dalam meraih keinginannya. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan kebahagiaan adalah hadiah dari usaha yang telah dilakukan.