Kisah Rening, nenek keterbelakangan mental yang diperkosa 2 kali
Saat masih muda, nenek Rening diperkosa orang tak dikenal hingga hamil 2 kali. Anak keduanya juga keterbelakangan mental
Untuk bertahan hidup, ibu dan anak yang sama-sama mengalami keterbelakangan mental ini hanya bisa mengharapkan belas kasihan tetangga. Bahkan mereka sempat hidup nomaden dan terlantar. Namun beruntung aparat desa memberikannya hunian di bekas mes sekolah, meskipun sebenarnya mes itu sudah tidak layak huni.
Nenek Wayan Rening (80) warga Lingkungan Munduk Anyar, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, diketahui mengalami keterbelakangan mental sejak kecil.
Petaka di kehidupannya muncul sejak dia menginjak usia remaja. Petaka itu dia bawa hingga di usia senjanya.
"Kasian pak, dia depresi dan gangguan mental. Itu setelah dulu waktu lajang diperkosa dua pemuda," terang salah seorang warga setempat, Senin (20/4).
Dari kejadian itu, dia mengandung dan memiliki seorang anak. Ironisnya, setelah anak itu terlahir. Tidak berselang lama dia kembali di perkosa oleh orang yang berbeda di pematang sawah. Saat itu ia sempat melakukan percobaan bunuh diri, namun berhasil digagalkan sejumlah warga. Dan sialnya dia kembali mengandung dan melahirkan bayi laki-laki.
"Anaknya ada dua, keduanya dari hasil hubungan laki-laki bejat pak. Pertama anaknya perempuan dan kedua laki-laki," jelas warga ini.
Sayangnya anak laki-laki yang bernama Nyoman Sudania (50) yang diharapkan bisa menjadi tulang punggung keluarga, juga mengalami keterbelakangan mental. Sehingga harapan Rening untuk menggantungkan hidupnya kepada anak laki-lakinya itu putus.
"Kami tidak tahu siapa laki-laki yang tega berbuat bejat kepada nenek Rening. Tiba-tiba nenek itu hamil dan itu terjadi dua kali. Untuk mengorek keterangan dari nenek itu tidak mungkin karena dia mengalami keterbelakangan mental. Kejadian itu terjadi sudah lama sekali," ujar salah seorang tetangga Rening.
Sejak anak pertamanya menikah dan memilih tinggal bersama suaminya di daerah lain, Nenek Raning dan anak laki-lakinya yang sama-sama mengalami keterbelakangan mental praktis tidak ada yang mengurus.
Menurut warga, mereka hidup berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lain, namun masih satu desa. Kadang keluarga ini tinggal di gubuk kebunnya orang, kadang mereka memanfaatkan kandang sapi yang sudah tidak digunakan. Mereka juga tidak memiliki sanak saudara.
Untuk mempertahankan hidupnya sehari-hari, keluarga ini hanya bisa mengharapkan belas kasihan warga. Terkadang mereka memakan daun-daunan dan buah-buahan yang dipetik dari kebun orang.
Sejak beberapa tahun ini mereka diberikan menempati bekas mes SDN 3 Tegalcangkring, yang berlokasi di Lingkungan Munduk Anyar, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali.
Meski sejatinya kondisi mes tersebut tidak layak huni karena kondisinya yang rusak parah lantaran lama tidak ada yang menempati, tapi sedikitnya mereka tidak hidup nomaden lagi. Warga juga lebih mudah mengunjunginya jika ingin memberikan bantuan sekedar makanan untuk mereka.
Di mes yang rusak parah itu, nenek Rening, tidur seadanya tanpa alas kasur dan hanya beralas tikar buntut. Demikian halnya dengan anaknya.
Di tengah keprihatinan itu, masih bersyukur Sudania yang matanya mengalami gangguan dan juga mengalami keterbelakangan mental, masih bisa diajak ngobrol. Dia juga diberikan kepercayaan oleh salah seorang tetangganya untuk memelihara kambing.
Kepala Lingkungan Munduk Anyar, Ketut Astra membenarkan kondisi warganya sangat memprihatinkan. Karenanya warga telah memberikan kebijakan kepada keluarga ini untuk menempati bekas mes SD tersebut. Dia juga mengaku telah memperjuangkan agar mereka memiliki tempat tinggal. "Mereka bahkan tetap kami antarkan juga tetap raskin," Kata Astra, Senin (20/4), berharap ada bantuan dari pihak RSJ Bangli dapat menanganinya.