Kisah Solehuddin: Hidup Bersama 2 Anak di Poskamling & Tak Pernah Tersentuh Bansos
Mereka biasa hidup berpindah-pindah. Mencari tempat berteduh. Menjajaki emperan rumah-rumah warga.
Nestapa dialami oleh kakak-beradik, Zahra Fitriani (9 tahun) dan Salsabilla Putri (8 tahun). Dua gadis cilik ini, selama setahun terakhir tinggal di pos kamling bersama sang ayah, Solehuddin.
Pos kamling yang mereka huni amat tidak layak. Lokasinya di Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, tidak jauh dari kantor Pemkab Jember, Jawa Timur. Mereka biasa hidup berpindah-pindah. Menjajaki emperan rumah-rumah warga.
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Apa yang terjadi pada embung di Desa Giritirto, Kebumen? Embung itu terletak di daerah perbukitan, tepatnya di Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen. Selintas tidak ada yang salah dengan pembangunan embung itu. Namun sejak dibangun pada tahun 2018 lalu, embung itu tidak bisa digunakan untuk kepentingan warga.
-
Apa yang ditinjau oleh Jokowi di Kabupaten Keerom? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung ladang jagung yang ada di kawasan food estate, Desa Wambes, Kecamatan Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
-
Apa yang terkenal dari Kampung Kemasan? Tak jauh dari pusat Kabupaten Gresik, ada sebuah kampung yang terkenal dihuni oleh para crazy rich sejak ratusan tahun lalu. Namanya Kampung Kemasan.
-
Apa saja jenis tembakau yang hanya bisa tumbuh di Jember? Daerah itu memiliki jenis tembakau yang tidak bisa tumbuh di tempat lain yaitu tembakau besuki na oogst dan kasturi.
-
Apa ciri khas unik Kelurahan Josenan, Kota Madiun? Kelurahan Josenan di Kota Madiun memiliki ciri khas unik, yakni keberadaan patung harimau di area masuk wilayahnya.
“Sebelumnya, kadang tinggal di emperan rumah warga. Dulu pernah kita numpang di rumah kosong, kita bantu bersih-bersih. Tetapi setelah pemiliknya datang, kita tahu diri sehingga pergi,” ujar Solehuddin (32) saat diwawancarai awak media pada Selasa (05/10/2021).
Sebenarnya, Solehuddin masih memiliki keluarga, yakni mertua yang rumahnya ada di Jember. Namun, sejak sang istri meninggal setahun silam, Solehuddin merasa segan untuk tinggal di sana.
“Ada saudara ipar yang mendiami rumah mertua. Kalau mertua sudah meninggal juga,” ujar Solehuddin.
Karena hidup nomaden, pendidikan dua bocah ini juga terganggu. Sejak setahun terakhir, kakak beradik Zahra dan Salsabilla tidak bersekolah. Sebelumnya, mereka sekolah di salah satu SD tempat mereka menumpang tinggal.
“Ada kendala ekonomi, jadi tidak bisa bersekolah. Mereka sering ikut saya kerja,” paparnya.
Solehuddin bekerja serabutan. Terkadang dia membantu bekerja di bengkel. Di musim kemarau, Solehuddin menjual layangan untuk anak-anak. Keluarga ini juga tidak pernah menikmati bantuan sosial dari pemerintah. Sebab, nama mereka tidak masuk dalam daftar resmi pemerintah.
Untuk keperluan mandi dan buang air, keluarga kecil ini biasanya menuju ke sungai terdekat. “Kalau makan, kadang ada warga yang kasih sumbangan. Kadang juga beli di warung,” tutur Solehuddin.
Kisah Solahuddin ini kemudian viral karena diposting salah satu warga. Selang beberapa jam setelah kabar ini tersiar, Pemkab Jember pada Selasa (05/10) siang langsung mendatangi pos kamling tersebut.
“Setelah kita cek, memang benar ada warga yang tinggal di pos kamling. Ini memang tidak layak untuk dihuni, tidak sehat. Kita langsung cari solusi hari ini juga,” ujar M. Haidori, Camat Patrang yang datang bersama jajaran Polsek dan Koramil.
©2021 Merdeka.com
Dinas Sosial Pemkab Jember juga langsung memberikan bantuan. “Lewat musyawarah, tadi kita sempat ajak untuk pindah di sebuah rumah milik Gus Syaif karena lebih layak,” ujar Plt Kepala Dinsos Jember, Widi Prasetyo.
Gus Syaif atau KH Saiful Ridjal Chalim Shiddiq adalah pengasuh Pondok Pesantren Islam (PPI) Asshiddiq Putri (Ashri). Kebetulan, kiai yang juga aktivis sosial ini memiliki rumah kosong tidak jauh dari pos kamling tersebut.
“Tapi dua anaknya ternyata tidak mau tinggal di sana. Karena tidak punya teman main, sepi,” papar Widi.
Akhirnya diputuskan, Solehuddin dan kedua putrinya ditampung di rumah warga yang memiliki kamar kosong. Rumah tersebut tidak jauh dari lokasi pos kamling di Kelurahan Baratan.
“Yang terutama, kita memastikan bahwa dua anak ini bisa kembali melanjutkan sekolah. Ini penting sekali,” tegas Widi.
Dinsos Jember memberikan bantuan berupa jaminan pangan selama 20 hingga 30 hari ke depan untuk keluarga ini. Dinsos juga akan mengupayakan mereka mendapatkan rumah melalui program bantuan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Widi mengakui, keluarga Solehuddin tidak pernah tersentuh program bantuan sosial apapun dari pemerintah. Seperti PKH ataupun BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai).
“Karena memang mereka tidak masuk di dalam data pokok sosial. Sehingga sampai kapanpun, tidak akan bisa terima bantuan. Jadi tadi kita upayakan untuk masuk data. Juga kita berikan jaminan kesehatan,” pungkas Widi.
Baca juga:
Upaya Kemenperin Berantas Kemiskinan Ekstrem
Tanggapan Bupati Soal Karawang Masuk Lima Besar Daerah dengan Kemiskinan Ekstrem
76 Tahun Sumbar, Angka Kemiskinan Masih Tinggi
Cianjur Masuk Daerah Penduduk Miskin Esktrem Tertinggi di Jabar
Potret Miris Kemiskinan di RI, Sedih Lihat Pria Ini Makan Langsung dari Tempat Sampah