Kisah tragis Flor, TKW Filipina digantung Singapura jadi pahlawan
Kisah Flor Contemplacion membuat haru biru rakyat Filipina.
Mary Jane Fiesta Veloso, terpidana mati pengedar narkoba asal Filipina lolos dari eksekusi regu tembak Brimob di Nusakambangan pada detik-detik terakhir, Selasa (29/4). Pemerintah Filipina meminta penundaan eksekusi karena kasus human trafficking yang membuat Mary Jane terseret kasus narkoba sedang diusut.
Nasib Mary Jane masih lebih beruntung dari TKW Filipina yang dihukum gantung di Singapura, Flor Contemplacion, karena kasus pembunuhan. Kisah Flor Contemplacion membuat haru biru rakyat Filipina dan membuat hubungan diplomatik kedua negara membeku beberapa saat.
Flor merupakan pembantu rumah tangga yang bekerja di Singapura. Kisah tragisnya bermula saat polisi Singapura menemukan mayat TKW Filipina bernama Delia Maga dan anak majikannya Nicholas Huang (3) tewas pada 4 Mei 1991.
Hasil pemeriksaan polisi, Delia tewas karena dicekik, sementara Nicholas tewas akibat tenggelam. Ayah Nicholas tidak dapat mengidentifikasi siapa pelaku pembunuhan. Namun polisi menelusuri buku diary Delia dan menemukan nama Flor Contemplacion.
Saat diinterogasi, Flor mengakui telah membunuh Delia dan Nicholas. Dalam proses penyidikan, Flor tidak pernah menarik pengakuannya itu, dan perwakilan Kedubes Filipina yang mendampingi menyatakan pengakuan Flor kredibel. Flor pun dijatuhi hukuman mati.
Selama persidangan, tidak pernah ada bukti medis yang dimunculkan baik oleh jaksa maupun pembela. Padahal, saat hari kejadian pembunuhan, Flor mengaku mengalami gejala aneh dengan tubuhnya.
Kesaksian muncul dari sesama TKW Filipina bernama Virginia Parumog yang mengatakan, saat peristiwa pembunuhan terjadi dia berada di rumah sakit yang sama dengan Flor. Virginia pun menyatakan jika Nicholas tewas tenggelam karena tidak sengaja dan Delia justru dibunuh oleh majikannya sendiri yang marah. Kesaksian lain pun mengatakan, selama pemeriksaan, Flor mengalami penyiksaan untuk mengakui telah membunuh Delia dan Nicholas.
Atas sejumlah kesaksian itu, persidangan kembali digelar. Tim pengacara Flor menyertakan bukti medis untuk membuktikan kliennya tidak bersalah. Menurut tim pengacara, Flor mengalami partial complex seizure atau sejenis sakit epilepsi saat pembunuhan terjadi. Sementara jaksa penuntut menyatakan sakit yang diderita Flor hanyalah migrain ringan. Bukti yang diajukan tim pengacara Flor ditolak hakim dan bandingnya ditolak. Hukuman mati tetap dijatuhkan terhadap Flor.
Yang menyedihkan, selama proses penyidikan hingga persidangan, Flor tidak mendapat pendampingan yang layak dari pihak Kedubes Filipina di Singapura. Mereka baru sibuk tampil membantu sepekan jelang eksekusi Flor.
Flor akhirnya dihukum gantung di Penjara Wanita dan Pusat Rehabilitasi Ketergantungan Obat Changi pada pada 17 Maret 1995 meski Presiden Filipina Fidel Ramos memohon pengampunan kepada pemerintah Singapura.
Eksekusi ini membuat rakyat Filipina marah. Peti mati berisi jenazah Flor disambut secara kenegaraan oleh Ibu Negara Lady Amelita Ramos di Bandara Ninoy Aquino, Manila. Presiden Ramos menyebut Flor sebagai pahlawan dan berjanji menanggung seluruh biaya hidup anak-anak Flor. Kecaman pun datang dari pimpinan gereja Katolik Filipina atas hukuman mati itu. Bahkan, Brigade Alex Boncayao, salah satu kelompok teroris mengancam akan menembak mati pejabat Singapura dan Filipina.
Topik pilihan: Eksekusi Mary Jane Ditunda | Hukuman Mati WN Brasil
Saat jenazah Flor Contemplacion dan Delia Maga sudah berada Filipina, otoritas setempat melakukan otopsi ulang. Hasilnya ditemukan jika Delia mengalami retak di tengkorak dan tenggorokannya nyaris putus akibat cekikan. Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan, sangat jarang seorang wanita bisa memiliki tenaga sekuat itu untuk mencekik.
Rakyat Filipina yakin, Flor tidak bersalah, atau setidaknya di dalam keadaan tidak waras saat pembunuhan terjadi. Mereka menyalahkan pemerintah Singapura yang tidak memiliki rasa simpati dan pemerintah Filipina yang tidak melakukan upaya maksimal untuk menyelamatkan nyawa Flor.
Beberapa tahun setelah eksekusi Flor, hubungan diplomatik kedua negara mengalami krisis. Presiden Ramos menarik dubes dari Singapura dan sejumlah kerjasama bilateral dibatalkan.
Kisah Flor Contemplacion, menjadi gambaran nasib para buruh migran Filipina yang mengalami kekerasan, eksploitasi hingga perlakuan tidak manusiawi. Di tahun 1995, kisah Flor diangkat menjadi sebuah film berjudul 'The Flor Contemplacion Story'.
-
Apa yang terjadi pada pemobil wanita di Jakarta Selatan? Sebuah video memperlihatkan seorang wanita dibuntuti oleh rombongan begal. Kejadian tersebut terjadi di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.Wanita berkerudung yang baru saja keluar dari minimarket diikuti oleh pemotor yang berusaha untuk menghentikan mobilnya.
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Di mana elang Filipina yang terlihat di video ini mendiami? Dikenal dengan sebutan 'elang pemakan monyet' di wilayahnya, burung ini memiliki reputasi yang legendaris di dalam hutan hujan yang lembab di kepulauan Filipina.
-
Apa yang dilakukan Syahrini di Jakarta? Tidak ada perubahan, Syahrini selalu terlihat anggun dan menenangkan sekali.
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
(dari berbagai sumber)
Baca juga:
Cerita di balik eksekusi terpidana mati di Nusakambangan
Koran Australia pajang foto tangan Jokowi berlumuran darah
Ini warisan terpidana mati, kalung salib hingga lukisan berdarah
Mary Jane dibela, WNI terpidana mati Zainal Abidin malah diabaikan
Ini pesan terakhir terpidana mati Andrew Chan pada sahabat
'Alex Noerdin ngawur larang Zainal Abidin dimakamkan di Palembang'