Kisah Wagimin lewati jembatan ambruk saat penyuluhan ke Badau
Perlahan mobil melaju, namun roda slip. Untuk dapat melewatinya terpaksa mobil didorong dengan dibantu beberapa pekerja.
Wagimin harus dua kali turun dari mobil yang ditumpanginya. Siang itu, Wagimin hendak menuju Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, untuk melakukan penyuluhan pajak.
Kepala Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Putussibau itu turun karena jembatan yang hendak dilintasi ambruk. Di dalam mobil, Wagimin bersama dua orang pegawai pajak lainnya.
Bersama Yusman Primadyanto, pelaksana ekstensifikasi KPP Pratama Sintang, dan Rian Abdi Subhan, pegawai pajak Putussibau, Wagimin menjalankan tugas. Ketiganya berangkat pada Rabu (22/5) pagi dari Putussibau.
Kendaraan melaju dengan Rian berada di belakang kemudi. Di tengah jalan, mereka terlebih dahulu sarapan bubur ayam. Maklum saja, meski hanya beda kecamatan jarak tempuh mencapai 179 kilometer.
Awalnya mobil dapat berjalan lancar, hanya saja kecepatan harus dikurangi karena banyaknya jalan rusak. Selain itu, mobil juga harus hati-hati karena jalan yang berkelok-kelok dan naik-turun.
Ujian pertama datang saat melewati jembatan di desa Tamau. Terlihat sejumlah pekerja dan alat berat sedang mengeruk tanah. Usut punya usut, ternyata jembatan itu rusak karena habis dilintasi alat berat dan tronton.
"Kemarin sore tronton sama alat berat lewat, jembatan tak kuat. Sekarang sedang dibangun jembatan darurat," ujar Mirsidi (43), pekerja asal Blitar.
Kondisi ini 'memaksa' Wagimin turun. Dengan cekatan dia melihat kondisi jembatan yang berada di atas sungai itu. Dia juga terlihat menekan-nekan, mungkin untuk memastikan apakah jembatan itu masih bisa dilintasi.
Perlahan mobil melaju, namun roda slip. Untuk dapat melewatinya terpaksa mobil didorong dengan dibantu beberapa orang pekerja. Rian yang berada di balik kemudi terlihat panik, keringat mengucur dari dahinya.
Wuss, mobil dapat kembali melaju. Hanya berjarak 5 kilometer, rintangan ternyata semakin berat. Kali ini, mobil 'dipaksa' melewati jembatan sepanjang sekitar 40 meter yang kayu-kayunya sudah jebol.
Wagimin yang mengenakan celana bahan dan kemeja panjang biru muda kembali turun. Dia berpesan agar hati-hati, karena kayu cuma bisa menyanggah ban kiri dan kanan mobil. Sedikit saja tergelincir, mobil akan nyemplung.
Setelah melewati berbagai rintangan, setelah perut terkocok selama perjalanan, akhirnya mereka tiba di Kecamatan Badau. Di sana, puluhan warga sudah menunggu untuk mengikuti penyuluhan.
Hampir kurang lebih dua jam dialog berlangsung. Wagimin bersama Rian dan Yusman pun kembali ke Putussibau pada sore hari. Meski menjabat sebagai kepala pajak di Putussibau, Wagimin tetap harus berbagai tugas dengan anak buahnya. Turun gunung memberikan penyuluhan bukanlah satu hal yang tabu. Tentu ini berbeda ketika dirinya masih bertugas di Jakarta.
Di KP2KP Putussibau, hanya Wagimin dan Rian yang berstatus sebagai pegawai, empat lainnya merupakan outsourcing. Ditambah, wilayah kerja kantor ini mencakup 23 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Kapuas Hulu.
"Apabila melakukan penyuluhan di luar, mau tidak mau kantor akan ditutup sementara karena tak ada orang," ujar Wagimin yang sempat bertugas di kantor pajak Kelapa Gading.
Meski terasa berat, Wagimin tetap berusaha menikmatinya. Kadang rasa rindu terhadap anak dan istri sangat dirasakan, maklumlah dia tinggal seorang diri. Jika sudah tak tertahan, Wagimin akan pulang ke rumahnya di Bekasi.
"Paling 1,5 bulan sampai dua bulan sekali ketemu dengan keluarga," katanya.
Di Putussibau, Wagimin menempati rumah dinas seluas 8x3 meter. Rumah itu berada di lingkungan kantor. Malam hari saat merdeka.com berkunjung, di rumah itu ada sofa, dan televisi 14 inci. Itulah satu-satunya hiburan bagi Wagimin.
Saat malam semakin larut, Wagimin bersiap tidur. Di dalam kamar berukuran 1,5X3 meter terpampang foto sang istri tercinta tepat di dinding, depan meja kerjanya. "Kalau kangen ya saya paling lihat foto istri," katanya.
Udara di kamar itu juga terasa pengap. Bukan AC sebagai penyejuk, hanya kipas angin yang berada di sisi kiri tempat tidur yang dibalut kelambu. "Di sini banyak nyamuk malaria," kata bekas Korlak Penagihan KPP Penjaringan itu.
Menjalankan tugas yang berkali lipat lebih berat ketika di Jakarta, tak membuat Wagimin patah arang. Baginya, jika tugas dijalankan secara ikhlas, semua akan terasa ringan.
"Kami tetap mensyukuri. Jika jauh dan terpencil dikesampingkan, kami merasa bangga karena kami menjadi sosok yang sangat vital di tengah keterbatasan pegawai," tandasnya.
-
Apa itu pajak? Pungutan Wajib KBBI mendefinisikan pajak sebagai pungutan wajib untuk penduduk kepada negara atas pendapatan, pemilikan, dan lainnya.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Apa yang ada di Desa Pajajar? Lokasi itu kini ramai dikunjungi, karena terdapat petilasan Prabu Siliwangi yang dikabarkan menghilang di sini.
-
Siapa yang bertapa di Desa Pajajar? Lokasi ini konon jadi tempat pertapaan Raja Prabu Siliwangi. Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi merupakan salah satu raja paling berpengaruh sepanjang masa kerajaan Sunda Pajajaran.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
Baca juga:
E-Nofa, sistem baru Ditjen Pajak cegah faktur pajak fiktif
Penyuluhan ke Badau, pegawai pajak habiskan 13 jam di jalan
Mengejar pajak di tengah Pulau Emas Hitam
Ruko Itu apartemenku, cerita tempat tinggal 20 pegawai pajak
Kisah penyuluhan pegawai pajak Ranai, membelah bukit arungi laut
Demi pembangunan, pegawai Pajak rela tinggal di pulau terpencil