Klinik Kecantikan WSJ Depok Buka Suara, Jelaskan Kronologi Selebgram Ella Nanda Meninggal Usai Sedot Lemak
Sedot lemak dilakukan di kedua lengan korban. Satu lengan berhasil. Tetapi ketika dilakukan sedot lemak di lengan sebelahnya terjadi penurunan kesadaran.
Pihak klinik kecantikan WSJ akhirnya angkat bicara soal meninggalnya Ella Nanda (30). Selebgram asal Medan itu meninggal saat melakukan operasi sedot lemak di bagian lengan pada Senin (22/7).
- WSJ Clinic Dipasang Garis Polisi Buntut Selebgram Ella Nanda Meninggal usai Sedot Lemak
- Jasad Selebgram Ella Nanda yang Meninggal saat Sedot Lemak di Klinik Depok bakal Diekshumasi, Ini Alasannya
- Kasus Selebgram Ella Nanda Meninggal saat Sedot Lemak, 7 Saksi dari Klinik Diperiksa 10 Jam
- Klinik Kecantikan di Depok TKP Wanita Tewas Diduga Usai Sedot Lemak Tutup, Begini Penampakannya
Kuasa hukum WSJ Clinic, Rikardo Siahaan menceritakan awal mula Ella menjadi pasien di klinik kliennya. Ella sebelumnya melakukan perjanjian dengan pihak klinik untuk sedot lemak. Setelah perjanjian deal, Ella terbang ke Medan dari Depok. Singkat cerita, di hari kejadian tanggal 22 Juli 2024, Ella datang ke klinik itu menumpang taksi online langganannya.
"Terus dia janjian lah itu pada tanggal 22 Juli hari Senin. Beliau sampai di klinik sekitar sekitar jam 11.00 WIB, menunggu dulu diperiksa dulu sesuai prosedur yang ada dan administrasi," katanya, Senin (29/7).
Setelah Ella tiba, operasi sedot lemak dimulai pukul 12.30 WIB. Sedot lemak dilakukan di kedua lengan korban. Satu lengan berhasil, bahkan Ella sempat mendokumentasikan sendiri. Namun ketika dilakukan sedot lemak di lengan kedua mulai terjadi penurunan kesadaran.
"Pas pengambilan sedot lemak (kedua) ini tiba-tiba itu ibu Ella pingsan, ada kejang. Habis itu dokternya langsung inisiatif untuk infus. Pas mau diinfus itu dicari tiba-tiba pembuluh darahnya pecah. Jadi mau diinfus lagi yang kedua, nggak bisa juga, pecah juga. Pas kejadian seperti itu, langsung di rujuk ke rumah sakit yang ada di Margonda. Kondisi ibu Ella itu ya masih ada (bernywa). Sampai di rumah sakit pas diperiksa matanya, ibu Ella sudah tidak ada (meninggal)," ungkapnya.
Ella dirujuk ke rumah sakit sekitar pukul 15.30 WIB. Kondisi Ella saat dari klinik masih bernyawa. Ada jeda waktu sekitar tiga jam di klinik hingga Ella akhirnya dilarikan ke rumah sakit besar. Namun ketika diperiksa oleh tim dokter rumah sakit, Ella sudah dinyatakan meninggal dunia.
"Dari klinik itu dia masih ada (bernyawa), di perjalanan itu masih ada (bernyawa)," tegasnya.
Rikardo tidak tahu penyebab Ella mengalami kejang dan tidak sadarkan diri hingga pembuluh darahnya pecah. Menurutnya, ahli medis yang dapat menjelaskan.
“Kalau pemicunya itu kan saya nggak tahu apa-apa, itu kan saya nggak ngerti, medis lah yang ngerti kenapa dia bisa kejang, pecah pembuluh darahnya. Jadi saya kurang paham menjelaskannya,” akunya.
Dia menambahkan, secara umum prosedur sebelum menjalani sedot lemak adalah pasien harus melengkapi syarat administrasi sesuai ketentuan yang berlaku di klinik.
Pasien harus istirahat dua hari sebelum tindakan dan diperiksa kondisi kesehatn. Rikardo menyebut ada hal yang dilanggar oleh Ella dengan memberikan informasi tidak benar pada pihak klinik sebelum tindakan.
“Ada yang tidak jujur dari Bu Ella. Tidak jujurnya itu (terungkap) setelah kejadian tersebut. Jadi kebetulan kan Ibu Ella itu kan sudah ada sopir (taksi onine) langganan. Terus pas sudah tanya sopirnya kan sopirnya nanya ke kita ini Ini gimana ini kenapa customer saya. Pas dia ngelihat ya kita ceritakanlah, tiba-tiba sopirnya itu ngasih tahu 'oh iya pak, Bu Ella itu baru nyampe hari ini', hari itu juga. Padahal sebelumnya dia (Ella) mengatakan ke admin bahwa dia di Jakarta sudah dua hari."
"Padahal kalau kita secara prosedur kalau ada yang ingin melakukan sedot lemak itu ya wajib minimal harus ada istirahat satu hari gitu. Karena bilang tadi sudah dua hari di Jakarta ya kita ya ini (percaya) aja lah, berarti dia kan sudah istirahat,” ujarnya.