KPAI: Ibu Paling Sering Lakukan Kekerasan pada Anak Selama Pandemi
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Trafficking dan Eksploitasi, Ai Maryati Solihah mengungkapkan, kekerasan yang terjadi pada anak selama masa pandemi Covid-19 dominan dilakukan oleh ibu.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Trafficking dan Eksploitasi, Ai Maryati Solihah mengungkapkan, kekerasan yang terjadi pada anak selama masa pandemi Covid-19 dominan dilakukan oleh ibu.
"Anak-anak 23 persen secara fisik mengakui pernah dicubit orangtua, dengan total 63 persen dicubit ibu, 36 persen oleh kakak, diikuti dengan ayah sebesar 27 persen. Di sini kami memberikan 'highlight' ibu menjadi pelaku, karena ada efek domino dari beban ganda bahkan multi ya," kata Ai dalam webinar Membangun Relasi Ibu dan Anak di Masa Pandemi yang diselenggarakan oleh Jaman Perempuan Indonesia secara daring di Jakarta, Sabtu (24/7), dikutip dari Antara.
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Apa itu kejang demam pada anak? Kejang demam pada anak atau yang sering disebut penyakit step terjadi akibat adanya kenaikan suhu tubuh alias demam yang tinggi. Pada umumnya, demam tinggi itu disebabkan oleh adanya inveksi virus ataupun bakteri.
-
Apa saja tipe gangguan kecemasan pada anak? Mengutip situs Anxiety and Depression Association of America, terdapat beberapa tipe gangguan kecemasan pada anak, antara lain: Gangguan Kecemasan Umum Tipe gangguan kecemasan pada anak yang pertama disebut kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder (GAD). Ketika gangguan kecemasan pada anak ini terjadi, ia akan merasakan kekhawatiran secara berlebih pada semua hal. Gangguan kecemasan pada anak tipe ini akan membuat pribadi anak menjadi terlalu perfeksionis terhadap berbagai hal. Jika terus berlanjut hingga lebih dari 6 bulan, gangguan kecemasan pada anak akan membuatnya memaksakan diri mencapai semua hal dengan sempurna dan merasa ketakutan atas kesalahan sekecil apapun. Gangguan Kepanikan Tipe gangguan kecemasan pada anak yang selanjutnya adalah gangguan kepanikan atau panic disorder.Pada umumnya, dokter atau psikiater akan melakukan pemeriksaan tipe gangguan kecemasan pada anak apabila ia sudah mengalami minimal dua kali serangan panik secara tiba-tiba tanpa adanya alasan yang jelas.(Foto : istockphoto.com) Kecemasan saat Berpisah Gangguan kecemasan pada anak yang selanjutnya adalah Separation Anxiety Disorder (SAD). Kondisi kecemasan ini biasanya dimulai ketika anak berusia 18 bulan hingga 3 tahun. Diperlukan penanganan yang lebih serius jika terus mengalami gangguan kecemasan pada anak karena hal ini dapat menghambat potensi anak untuk berkembang dan hidup mandiri dengan dirinya sendiri. Kecemasan Sosial Tipe gangguan kecemasan pada anak yang keempat disebut kecemasan sosial atau social anxiety atau fobia sosial. Kondisi ini mengakibatkan anak akan merasa ketakutan ketika diminta berinteraksi dengan dunia sosial. (Foto : istockphoto.com) Selective Mutism Ketika anak secara tiba-tiba menjadi diam membisu apabila ia merasa ketakutan dan panik, ini dapat dikategorikan sebagai gangguan kecemasan pada anak tipe Selective Mutism. Anak yang mengalami gangguan kecemasan ini akan diam, tidak bergerak, tidak berekspresi, menghindari kontak mata, dan menundukkan kepalanya ketika menghadapi situasi yang menegangkan baginya. Fobia Fobia merupakan kondisi ketakutan secara berlebihan terhadap suatu hal. Gangguan kecemasan pada anak yang satu ini dapat menyerang anak apabila ia dihadapkan pada suatu hal yang membuatnya gelisah, menangis, tantrum, rewel, sakit kepala, atau bahkan sakit perut.(Foto : istockphoto.com) Obsessive-compulsive Disorder (OCD) OCD juga termasuk ke dalam tipe gangguan kecemasan pada anak. Kondisi ini biasanya lebih banyak dialami oleh anak pada usia 8 hingga 12 tahun. Anak yang mengalami gangguan kecemasan satu ini akan terobsesi pada suatu hal yang tidak wajar, terutama pada keteraturan dan pengulangan.(Foto : istockphoto.com) Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) Tipe gangguan kecemasan pada anak yang terakhir adalah Post-traumatic Stress Disorder atau biasa disebut dengan trauma. Merasa takut atau sedih akan sesuatu hal yang emosional memanglah wajar. Namun, sejumlah anak mungkin akan mengalami trauma jika situasi tersebut sangat mengerikan atau mencekam. Gangguan kecemasan pada anak ini akan mengubah karakter anak secara keseluruhan dan sangat diperlukan penanganan secara khusus agar mental anak membaik.
-
Bagaimana cara mengatasi gangguan kecemasan pada anak? Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan pada Anak 1. Berikan Perhatian PenuhApabila terdapat tanda-tanda gangguan kecemasan pada anak, berikan perhatian penuh padanya karena ia sangat membutuhkan perhatian ekstra terutama pada apa yang ia rasakan. 2. Tetap Tenang Ketika gangguan kecemasan pada anak terjadi, orang tua atau pun kerabat yang ada di sekitarnya haruslah tetap tenang.(Foto : istockphoto.com) 3. Berikan Pujian Selalu berikan apresiasi atau apapun usaha yang telah anak lakukan. Hal itu akan membantunya untuk perlahan bangkit dari gangguan kecemasan pada anak.(Foto : istockphoto.com) 4. Tidak Menghukum Sembarangan Apabila anak mengalami perkembangan yang kurang dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, jangan menghukumnya. Orang yang ada di sekitarnya memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantunya agar tidak menjadi gangguan kecemasan pada anak. Beritahu dan peringatkan anak dengan bahasa yang baik dan lembut. 5. Ubah Ekspektasi Jangan terlalu menaruh harapan yang sangat tinggi kepada anak, bantu ia menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang sedang dialami agar tidak terjadi gangguan kecemasan pada anak.(Foto : istockphoto.com) 6. Bersiap untuk Segala Perubahan Luangkan waktu untuk anak dalam segala perubahan yang sedang ia alami agar ia tidak mengalami gangguan kecemasan pada anak dan mengetahui bagaimana penanganan terhadap situasi yang sedang dialami.(Foto : istockphoto.com)
-
Apa saja ciri kepribadian anak? Lima Ciri Kepribadian pada Anak Seperti temperamen, ciri kepribadian telah dijelaskan dengan berbagai cara oleh peneliti yang berbeda. Salah satu teori kepribadian yang terkemuka memusatkan perhatian pada lima ciri kepribadian utama berupa: Keteraturan (Conscientiousness) Seseorang yang cenderung tepat waktu, bertanggung jawab, dan bekerja menuju tujuan jangka panjang dengan sedikit pengawasan. Kebajikan (Agreeableness) Seseorang yang menyenangkan, bersosialisasi positif, membantu orang lain, dan berkolaborasi baik dalam situasi kelompok. Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience) Orang yang kreatif, fleksibel, penasaran, dan berani. Neurotisme (Neuroticism) Seseorang yang cenderung mengalami kondisi emosional negatif secara teratur. Ekstroversi (Extroversion) Seseorang yang mendapatkan energi dari interaksi sosial.
-
Apa dampak pelukan bagi anak? Anak yang sering dipeluk atau merasakan sentuhan fisik dari orang tua juga cenderung memiliki hati yang tenang dan dapat menularkan kebahagiaan kepada orang lain ketika mereka dewasa. Hal ini karena mereka tidak terpapar kekerasan dan merasa aman serta dicintai.
Berdasarkan data survei terhadap 25.164 responden anak dan 14.169 orangtua yang dilakukan di 34 provinsi di 2020. Dia mengatakan, kekerasan fisik pertama yang dilakukan seorang ibu adalah mencubit anak, diikuti dengan memukul dan menjewer telinga anak. Sedangkan secara psikis, sebesar 79 persen anak mengakui pernah dimarahi dan dibentak oleh ibu.
Menurut dia, kekerasan tersebut terjadi karena adanya beban dari peran ganda yang harus dilakukan oleh seorang ibu, baik saat menjadi ibu rumah tangga, pekerja kantor, atau guru bagi anak saat berada di rumah selama pandemi.
"Dampak domino itu menjadi 'related' dengan penelitian Komnas Perempuan juga, bahwa situasi emosi yang dirasakan ibu saat pandemi ini harus menemukan kanal untuk menyampaikan atau mengekspresikan atau mengkonsultasikan. Tapi inilah yang belum dilakukan," katanya.
Berbicara soal bagaimana pengasuhan terhadap anak, sebesar 66 persen orang tua mengaku tidak pernah mengikuti pelatihan atau mendapat informasi tentang pengasuhan anak. Sisanya, mengaku pernah mendapatkan informasi pengasuhan anak melalui media sosial.
Sementara itu, psikolog klinis sekaligus pejabat eksekutif tertinggi (CEO) dan pendiri Personal Growth Ratih Ibrahim mengatakan orang tua perlu menerapkan konsep kasih, konsekuen, konsisten, kompak, kompromi (5K) dalam pengasuhan anak.
"Jadi waktu melakukan pengasuhan pada anak kita konsepnya 5K saja deh. Nomor satu kasih, kita sayangi anak kita. Dengan kasih, seberat-beratnya, semenantang-menantangnya kita, tetap punya kasih sayang di situ," kata Ratih.
Selanjutnya, menurut dia, orang tua perlu konsekuen dengan apa yang telah diajarkan kepada anak. Seperti saat mengajarkan anak untuk memakan sayuran, hal ini perlu diimbangi dengan konsistensi yang dapat membantu sistem tersebut berjalan.
Ratih mengatakan, bila sistem yang telah dibuat oleh orang tua dapat berjalan secara konsekuen dan konsisten, maka keluarga akan menjadi kompak.
"Ini adalah tahun untuk kolaborasi, semua kita lakukan bareng-bareng bapak, ibu, anak. Anak masih kecil memang bisa diajarkan tanggung jawab, bu? Bisa kok," katanya menjelaskan konsep terakhir dalam pengasuhan terhadap anak.
Baca juga:
Kekerasan pada Anak di Sumut saat Pandemi Cukup Tinggi, Ini Faktor Penyebabnya
Ibu di Aceh Tega Bunuh Bayinya Gara-Gara Kerap Menangis
Pasutri Ini Tega Siksa Anak Angkat Berusia 6 Bulan Gara-Gara Rewel
Pandemi Covid-19 Berisiko Menaikkan Kasus Kekerasan Pada Anak
Ayah Sadis Habisi Nyawa Empat Anak, Satu Masih Hidup Jadi Korban Kebejatannya