KPU Tegaskan Serangan Siber Tak Akan Mempengaruhi Hasil Pemilu 2019
KPU Tegaskan Serangan Siber Tak Akan Mempengaruhi Hasil Pemilu 2019. KPU telah mempunyai beberapa langkah antisipasi bilamana adanya serangan siber. Salah satu langkahnya yakni dengan meningkatkan lagi sistem keamanan IT KPU.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Pramono Ubaid menegaskan, serangan siber terhadap sistem Informasi Teknologi (IT) KPU tidak akan berpengaruh pada hasil Pemilu 2019. Karena, proses rekapitulasi suara nanti akan dilakukan secara manual.
"Serangan terhadap sistem IT KPU itu tidak akan mengubah apapun hasil dari Pemilu. Karena, hasil Pemilu itu di tempatkan melalui proses rekapitulasi secara manual, itu yang paling penting sebenarnya, bukan soal serangan ke KPU nya itu enggak ngaruh apa-apa," kata Pramono di Grand Hotel Paragon, Jakarta Barat, Rabu (27/3).
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Data apa yang bocor dari situs KPU? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, data yang bocor dari situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan data DPT.
-
Apa yang diminta oleh hacker dalam serangan ransomware di Server Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa hacker yang pernah meretas komputer Departemen Pertahanan Amerika Serikat? Jonathan James (c0mrade)Jonathan James merupakan hacker remaja pertama yang pernah ditangkap karena kejahatan siber di Amerika Serikat. Saat ia berusia 15 tahun, di tahun 1999, James pernah melakukan peretasan ke dalam komputer Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Dengan aksinya itu, James berhasil mendapat akses ke lebih dari 3.000 pesan dari pegawai pemerintah, kata sandi, dan berbagai data sensitif lainnya.
Meski begitu, KPU telah mempunyai beberapa langkah antisipasi bilamana adanya serangan siber. Salah satu langkahnya yakni dengan meningkatkan lagi sistem keamanan IT KPU.
"Selama ini dari sisi kapasitasnya sudah kita tingkatkan, storage-nya, lalu pengamanannya. Kita juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait seperti Kominfo, BSSN dengan pihak-pihak lain. Kita terus bekerjasama untuk mengantisipasi dan bagaimana penanganan cepat jika serangan itu terjadi," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Siber Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi mengatakan, ada berbagai jenis ancaman pada saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, salah satunya yakni ancaman siber. Menurutnya, ancaman itu saat ini sedang dihadapi oleh masyarakat.
"Telah terjadi perubahan paradigma mengenai ancaman di masa saat ini yaitu ancaman yang dihadapi sebuah negara tidak hanya ancaman fisik atau militer. Melainkan juga tidak kasat mata atau non fisik yang kita kenal sebagai ancaman non militer. Salah satu bentuk ancamannya adalah ancaman serangan siber," kata Djoko saat memberikan sambutan di hadapan peserta 'Rakornas Bidang Kewaspadaan Nasional Dalam Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019' di Hotel Grand Paragon/.
Ia pun menegaskan, ancaman siber saat ini bisa menyebabkan lumpuhnya sebuah negara. Karena, ancaman siber bukan hanya melumpuhkan negara saja. Tapi bisa juga mengganggu privasi individu seseorang.
"Seperti serangan siber yang melumpuhkan Estonia tahun 2007. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan pemilu 2019 di Indonesia tidak luput dari adanya potensi ancaman serangan siber ini," tegasnya.
Baca juga:
Ini Tahapan Pemilu Paling Rawan Serangan Siber Versi BSSN
Kepala BSSN Sebut Ancaman Siber Saat Pemilu Bisa Lumpuhkan Negara
Kerap Diretas, KPU Perkuat Server Sistem Perhitungan Pemilu 2019
Bukalapak Pastikan Tidak Ada Data Pribadi Pengguna yang Berhasil Diretas
Badan Siber Pastikan Situs KPU Aman dari Serangan Hacker Sampai Pemilu 2019
Awas, Jumlah Serangan Mobile Malware Semakin Meningkat