Laki-Laki Ternyata Berisiko Terkena Kanker Payudara, Kenali Gejalanya Berikut Ini
Kanker pada laki-laki biasanya disebabkan oleh hiperestrogenisme, atau kelebihan hormon esterogen, sehingga diberikan obat untuk menekan produksi hormon itu.
Praktisi kesehatan masyarakat dr Ngabila Salama mengatakan, laki-laki dapat terkena kanker payudara, meskipun jumlah insidennya sangat kecil, sekitar kurang dari satu persen.
Hal tersebut diungkapkan Ngabila sebagai respons dari pertanyaan penonton dalam siaran Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat (11/10).
Ngabila mengatakan bahwa kanker pada laki-laki biasanya disebabkan oleh hiperestrogenisme, atau kelebihan hormon esterogen, sehingga diberikan obat untuk menekan produksi hormon tersebut.
Gejala-gejalanya pun sama dengan kanker payudara pada perempuan, katanya, di mana terdapat pembesaran payudara, payudara dan puting yang keras, puting tertarik ke dalam, dan cairan yang keluar dari puting.
"Pembesaran kelenjar getah bening, utamanya di daerah ketiak atau leher ataupun dagu. Dan juga ada berbau, terkadang ada berbau juga di daerah payudara," kata Ngabila.
Dia menyebutkan bahwa tata laksana kanker payudara pada pria pun sama, dimulai dengan melihat keparahannya dengan USG, mamogram, CT scan maupun MRI. Setelah itu, kemudian kemoterapi, radioterapi, pembedahan, dan pengambilan sel tumornya.
"Dan tentunya perlu terus dievaluasi. Karena pasien yang pernah mengalami tumor jinak ataupun tumor ganas pada payudara, itu sangat sering terjadi relapse atau kambuh menjadi tumor kembali," ujar Ngabila.
Karena kekambuhan tersebut, Ngabila mengatakan, para survivor kanker disarankan untuk cek berkala, di mana tiap enam bulan sekali perlu melakukan pemeriksaan penunjang seperti USG maupun mamografi.
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa kanker payudara merupakan salah satu kanker yang banyak dan mematikan, dengan prevalensi sebesar 12 persen. Adapun persentase harapan hidup bagi penderita kanker stadium 3 dan 4 hanya 10 persen.
"Sedangkan kalau yang dideteksi di stadium 1 dan 2, itu kebalikannya. Bisa sembuh 80-90 persen," kata dia.
Persentase harapan hidupnya juga lebiuh tinggi, katanya, dan biaya terapinya tujuh kali lebih hemat kalau deteksi dilakukan secara dini.
Selain deteksi dini, Ngabila mengingatkan untuk menghindari faktor risiko kanker payudara, seperti dengan mengurangi paparan zat karsinogenik antara lain rokok, mikroplastik, zat pengawet, dan zat kimia.