Limbah Medis Meningkat Sejak Pandemi, Bappenas Dorong Reformasi Pengelolaan Sampah
Dia memaparkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) total timbulan limbah medis sejak Maret 2020 hingga Agustus 2021 meningkat signifikan sebesar 20.110,585 ton per kubik.
Salah satu tantangan akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan adalah menumpuknya limbah medis yang masuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). Direktur Lingkungan Hidup KemenPPN/Bappenas, Medrilzam mendorong penerapan Asas Pencemar Membayar (polluter pays principle) dalam pengelolaan limbah medis tersebut.
"Kita sebagai yang menghasilkan limbah harus bertanggung jawab, tidak bisa limbah yang kita hasilkan itu kita lempar semua itu urusan orang lain, urusan pemulung, urusan pengelola sampah, dan sebagainya. Kita juga harus betul-betul punya tanggung jawab dalam mengelola sampah-sampah yang kita hasilkan," kata Medrilzam dalam webinar change.org, Selasa (24/8).
-
Bagaimana cara pemerintah menangani sampah plastik? Pemerintah pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik.
-
Dimana sampah plastik ditemukan mengapung? Sampah plastik mengapung di Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Rabu (20/12/2023).
-
Mengapa warga Bandung mengolah sampah plastik menjadi kerajinan? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
-
Kenapa pencemaran lingkungan oleh sampah plastik menjadi masalah serius bagi Indonesia? Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
-
Dimana sampah plastik yang dibakar dapat mencemari lingkungan? Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia beracun yang terlepas dari pembakaran sampah plastik dapat terbawa oleh angin atau air hujan dan mencemari sumber air, seperti sungai, danau, laut, dan air tanah.
-
Bagaimana Monumen Antroposen memanfaatkan sampah plastik? Bahan baku material pembuatan dinding monumen dibuat dari sampah plastik yang dipanaskan, lalu dipress dan dibentuk menyerupai batu bata. Setiap batu bata plastic dibuat dari 6 kg sampah plastik.
Menurut dia, harus ada reformasi besar-besaran dalam pengelolaan persampahan di Indonesia lantaran kondisinya sudah darurat. "Daruratnya bukan hanya limbah medis, tapi darurat sampah," ujar dia.
Dia memaparkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) total timbulan limbah medis sejak Maret 2020 hingga Agustus 2021 meningkat signifikan sebesar 20.110,585 ton per kubik.
"Timbulannya begitu tinggi, timbulan sampahnya itu naik signifikan, ini jujur saja di luar perkiraan. Siapa yang menyangka ada Covid, dengan adanya Covid ini dengan adanya jarum suntik dan segala macam, naik semua limbah B3 medis ini. Dan ini tentunya membuat repot semua pihak tidak hanya pihak rumah sakit," kata dia.
Dalam kondisi seperti ini, kata dia, pemerintah tentu tidak tinggal diam. Beberapa rumah sakit memiliki insinerator atau alat pengelolaan limbah yang berizin hingga jasa pengolah limbah B3 medis tersebut.
"KLHK juga membangun berbagai insinerator-insinerator di 32 provinsi. Sekarang ini baru sekitar 10 yang dibangun di seluruh provinsi. Sederhananya harus ada 1 unit pengolah limbah B3 medis setiap provinsi. Jangan sampai tidak ada," kata dia.
Dia menambahkan, tidak hanya sekedar limbah B3 medis, namun limbah domestik pun demikian. Gerakan memilah sampah sudah didengung-dengungkan sejak puluhan tahun lalu menurut dia masih sulit diterapkan.
"Saya enggak tahu berapa generasi lagi nih, kita betul-betul bisa memilah sampah dengan baik. Sehingga pengurangan sampah yang sedang kita dorong di hulu bisa mengurangi beban pengolahan sampah yang ada di hilir," tandasnya.
Bappenas Prediksi 112 Juta Ton Sampah Makanan Per Tahun Pada 2024
Kementerian PPN/ Bappenas memprediksi sampah makanan atau timbulan akibat food loss and waste (FLW) dapat mencapai 112 juta ton per tahun atau 344 kilogram/kapita/tahun.
“Tanpa adanya intervensi kebijakan, kita melakukan business as usual, bisa mencapai 112 juta ton per tahun. Itu artinya (FLW per kapita) 1 kilogram per hari,” kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/ Bappenas, Arifin Rudiyanto dalam webinar di Jakarta, Rabu (9/6).
Dia menyebut berdasarkan studi Economist Intelligence Unit, Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil makanan di dunia dan menghasilkan hampir 300 kilogram sampah makanan per orang per hari di setiap tahunnya. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebanyak 44 persen timbulan sampah Indonesia pada 2018 merupakan sampah makanan.
Kajian Food loss and waste di Indonesia pada 2000-2019 timbulan FLW mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram/kapita/tahun. Hal tersebut berdampak pada emisi total gas rumah kaca yang mencapai 1.702,9 Mega ton CO2-ek.
Kehilangan ekonomi yang mencapai Rp213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Serta dampak dari sisi sosial berupa kehilangan kandungan energi yang setara dengan porsi makan 61 hingga 125 juta orang atau 29-47 persen populasi Indonesia.
Timbulan tersebut, lanjut Arifin, berasal dari lima tahap rantai pasok pangan dengan timbulan terbesar terjadi pada tahap konsumsi sebanyak 31,80 persen. Sementara, berdasarkan jenis pangan terjadi di sektor tanaman pangan kategori padi-padian dengan persentase 62,8 persen.
“Intinya dari seluruh sayur-sayuran yang dikonsumsi lebih banyak yang terbuang daripada yang dikonsumsi,” tutur Arifin seperti dilansir dari Antara.
Arifin membeberkan lima penyebab dan pendorong FLW di Indonesia, yakni kurangnya implementasi good handling practice, kualitas ruang penyimpanan yang kurang optimal, standar kualitas pasar dan preferensi konsumsi, lalu kurangnya edukasi pekerja pangan dan konsumen, serta kelebihan porsi dan perilaku konsumen.
Lebih lanjut Arifin, timbulan tersebut dapat ditekan dengan skenario strategi pengelolaan food loss and waste (FLW). Bappenas memprediksi melalui pengelolaan FLW, diestimasikan dapat menurunkan total FLW sampai 55,88 persen atau dapat ditekan pada angka 49 juta ton per tahun atau 166 kilogram/kapita/tahun pada tahun 2045.
“Dengan asumsi skenario strategi pengelolaan FLW, pada 2030 Indonesia dapat memenuhi target SDG 12.3 penurunan food waste sebesar 50 persen jika per tahunnya rata-rata dapat menurunkan timbulan FW sebesar 2,83 persen,” jelas Arifin.
Adapun strategi pengelolaan FLW di Indonesia terdiri dari perubahan perilaku, pembenahan penunjang sistem pangan, penguatan regulasi dan optimalisasi pendanaan, pemanfaatan FLW, serta pengembangan kajian dan pendataan FLW.
Reporter Magang: Leony Darmawan
Baca juga:
Dua Tahun Pandemi, Jasa Medivest Musnahkan Lebih dari 1.000 Ton Limbah Covid-19
KLHK Bentuk Tempat Khusus Pemusnahan Limbah Medis Covid-19 di Daerah
Menko Luhut: Darurat Pengelolaan Limbah Medis Selama Pandemi Harus Segera Ditangani
Maruf Amin Nilai Perlu Badan Layanan Umum untuk Mengatasi Limbah Medis
Menteri LHK Ancam Sanksi Pemda Buang Limbah Medis Covid-19 ke TPA
Menteri LHK: 27 Juli 2021, DKI Alami Peningkatan Limbah Medis Capai 10.939,053 Ton