Lukman Edy: Cak Imin Terlalu Lama Pimpin PKB, Perlu Dipertahankan atau Diganti
Berapa lama usia jabatan sebagai ketua umum tersebut disebutnya tidak ada dalam AD/ART.
Eks Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy mengaku tidak ada pembicaraan soal opsi pergantian Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB. Hal ini diungkapkan usai memenuhi panggilan tim bentukan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (31/7).
- Laporkan Eks Sekjen PKB Lukman Edy, Kakak Cak Imin Diperiksa Polisi
- Reaksi Lukman Edy Dipolisikan PKB: Saya Hadapi
- PKB Meradang, Laporkan Eks Sekjen Lukman Edy ke Bareskrim karena Diduga Cemarkan Nama Baik Cak Imin
- Eks Sekjen Lukman Edy Ungkap Keputusan Cak Imin yang Bikin Panas Hubungan PKB-PBNU: Kurangi Peran Kiai di Dewan Syuro
"Tidak ada pembicaraan seperti itu ya (menggantikan Cak Imin) cuma saya katakan bahwa DPW-DPC itu sekarang sedang memantau perkembangan DPP seperti apa, memantau perkembangan PBNU seperti sampai pada saatnya nanti DPW-DPC bersikap ya kepemimpinan PKB itu apakah perlu dipertahankan atau diganti," kata Lukman kepada wartawan.
Meski begitu, dirinya sempat menyampaikan kepada tim bentukan PBNU terkait usia kepemimpinan Cak Imin yang disebutnya sudah cukup lama.
"Tapi saya katakan kepada PBNU tadi kepada tim bahwa Cak Imin ini terlalu lama memimpin, sudah 19 tahun hampir 20 tahun memimpin PKB," ujarnya.
Kendati demikian, berapa lama usia jabatan sebagai ketua umum tersebut disebutnya tidak ada dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PKB. Sehingga, tidak ada masalah secara AD/ART jika mantan Calon Wakil Presiden (Cawapres) tersebut masih menjabat sebagai Ketua Umum PKB.
"Oh enggak ada aturan, di ADRT enggak ada ketentuan berapa kali-berapa kali. Ya secara AD/ART enggak masalah. Etika saja yang bermasalah," sebutnya.
Lalu, saat disinggung soal apabila adanya pergantian kursi kepemimpinan di PKB. Siapa sosok yang pantas untuk menggantikan posisi tersebut. Menurutnya, banyak tokoh-tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
"Dari internal DPP kami sekarang kan banyak juga tokoh-tokoh ya. Dari NU, tokoh-tokoh NU juga banyak ya. Masih jago-jago lah ini ya," ujarnya.
"Kalau dari PBNU kan enggak boleh kan, merangkap partai kan enggak boleh ya. Banyak lah, tokoh-tokoh muda saja banyak kita sudah," pungkasnya.