Mahasiswa UGM Kecelakaan saat Mau Sidang Skripsi, Sebelum Meninggal Bilang ‘Aku Mau Sidang’
Dewi tetap diwisuda dan mendapatkan ijazah sarjana diwakilkan oleh orangtuanya
Dewi tetap diwisuda dan mendapatkan ijazah sarjana diwakilkan oleh orangtuanya
- Pengakuan Keluarga Siswi SMP Korban Pembunuhan di Palembang: Orang Tua Tersangka Ngotot Tak Bersalah, Enggan Minta Maaf
- Orang Tua Mahasiswa Ini Ikut Kuliah di UGM Gantikan Anaknya yang Telah Tiada, Begini Kisah Sedih di Baliknya
- UGM Periksa Mahasiswa Diduga Melakukan Pelecehan Seksual, Minta Korban Segera Melapor
- Mahasiswa UI Pembunuh Juniornya Dituntut Hukuman Mati, Ini Hal yang Memberatkan
Mahasiswa UGM Kecelakaan saat Mau Sidang Skripsi, Sebelum Meninggal Bilang ‘Aku Mau Sidang’
Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar wisuda untuk program Sarjana dan Sarjana Terapan periode II tahun akademik 2023/2024.
Wisuda ini digelar di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM pada Rabu (21/2).
Saat prosesi wisuda, ada pemandangan tak biasa terjadi. Khususnya, di barisan orangtua wisudawan.
Tampak sepasang suami istri duduk sembari memeluk pigura foto berukuran 40cm × 60cm dengan potret anak kesayangan mereka.
Sepasang suami istri ini adalah Ngadinah (50) dan Jono (80). Keduanya warga Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY.
Mereka adalah orangtua dari mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM bernama Dewi Sekar Rumpoko.
Mata Ngadinah dan Jono sesekali melihat nanar saat nama-nama wisudawan dipanggil.
Sesekali Ngadinah mengusap air matanya dengan tisu saat nama-nama wisudawan dipanggil.
Sementara Jono yang duduk di samping istrinya, tak hentinya mengelus foto sang putri.
Jono terlihat lebih sering menundukkan kepala sembari mengelus foto putrinya.
Saat nama Dewi Sekar Rumpoko dipanggil sebagai wisudawan, Ngadinah dan Jono pun berjalan ke podium. Jono berjalan sembari memeluk foto putri itu.
Di atas podium, Rektor UGM Ova Emilia telah menunggu Ngadinah dan Jono untuk menyerahkan ijazah milik Dewi Sekar Rumpoko.
Saat penyerahan ijazah ini, suasana haru menyeruak saat prosesi ini.
Usai ijazah diterima oleh Ngadinah, wisudawan lain dan orangtuanya pun bertepuk tangan memberikan apresiasi atas perjuangan Dewi Sekar Rumpoko yang meninggal pada 26 Januari 2024 menjadi sarjana.
"Bangga ya yang menyerahkan ijazah anak saya, Bu Rektor sendiri. Mungkin kalau anak saya tahu, dia bahagia sekali. Biar dia tenang di sana," kata Ngadinah usai wisuda.
"Ini perjuangan dia selama empat tahun lebih. Saat skripsi keluar masuk hutan untuk mengambil data. Sekarang anak saya mendapatkan hasilnya, menjadi sarjana. Saya juga ikut bangga walau Dewi sudah enggak ada," sambung Ngadinah.
Ngadinah menceritakan, Dewi sudah menyelesaikan skripsinya dan akan menjalani sidang skripsi pada 7 Desember 2023 lalu. Namun di hari yang sama, Dewi mengalami kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan itu membuat Dewi harus menjalani perawatan di rumah sakit selama sebulan dan harus keluar masuk rumah sakit. Dewi kemudian meninggal dunia pada 26 Januari 2024.
"Tanggal 7 (Desember 2023) dia kecelakaan. Benturan gimana enggak tahu, ditabrak orang atau jatuh sendiri, enggak tahu saya. Itu mau berangkat sidang skripsi," ucap Ngadinah.
Ngadinah mengenang saat siuman di rumah sakit, hal pertama yang ditanyakan Dewi adalah sidang skripsinya.
Ngadinah menerangkan, Dewi sempat mencari laptop dan HPnya yang berisikan materi skripsinya.
"Sampai meninggal yang diingat itu. Pokoknya dia mau sidang skripsi. Di rumah sakit dia ngajak pulang, mau sidang," kenang Ngadinah.
"Ini lho aku sidangnya tanggal 7. Ini undangannya sudah disebar. Aku mau sidang," imbuh Ngadinah.
Ngadinah mengenang Dewi yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara merupakan sosok yang sayang pada keluarga terutama pada adiknya.
Dewi, lanjut Ngadinah selalu mengantar adiknya kemana saja dan membantu kalau ada kesulitan tugas sekolah.
"Dewi itu anaknya periang. Kalau di rumah ada dia, suasana jadi hangat. Jadi ceria. Kehilangan Dewi seperti kehilangan separuh nyawa kami. Rumah jadi sepi, pada sedih. Dia itu pokoknya kayak matahari di keluarga kami," ungkap Ngadinah.
Ngadinah mengungkapkan rasa syukur mereka bahwa perjuangan sang anak selama menjalani perkuliahan pada akhirnya membuahkan gelar sarjana.
Ngadinah berkisah bahwa Dewi sempat mengungkapkan rencananya untuk segera bekerja selepas lulus.
Dewi, sambung Ngadinah, ingin mengumpulkan uang untuk membiayai studi adiknya dan membayar hutang orang tua. Setelah menunaikan janjinya tersebut, Dewi ingin melanjutkan studi di jenjang S2.
Dekan Fakultas Kehutanan, Sigit Sunarta menyebut meski Dewo tidak sempat mengikuti pendadaran atau sidang skripsi, ia dinyatakan lulus kuliah berdasarkan rapat senat fakultas, karena dinilai memiliki rekam jejak studi yang baik.
Sigit menuturkan, Dewi memang dikenal cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan terlibat dalam sejumlah penelitian yang dilakukan dosen pembimbingnya.
Sigit menerangkan skripsi Dewi dengan judul “Distribusi Spasial dan Temporal Vokalisasi Tokek Hutan di Kawasan Hutan Desa Tahawa Kalimantan Tengah” memperoleh predikat A berdasarkan penilaian para penguji.
"Sebagai bentuk penghargaan untuk dedikasi Dewi dalam melakukan riset, pihak fakultas berencana untuk menulis ulang skripsi yang ia susun untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah," ucap Sigit.
“Kalau boleh saya katakan bahwa ini mungkin tingkatannya sudah ada di tingkat S2, tapi ini di S1, sudah sangat-sangat bagus. Saya berharap ilmu ini bisa dikembangkan oleh teman-teman yang lainnya karena ini sangat penting dan berguna bagi masyarakat,” pungkas Sigit.