Malu hingga takut ditagih, alasan korban Taat Pribadi ogah pulang
Malu hingga takut ditagih, alasan korban Taat Pribadi ogah pulang. Permasalahan hukum pidana yang menjerat Taat Pribadi tak menyurutkan semangat para pengikutnya untuk tetap setia. Meski banyak yang sudah kembali ke asalnya masing-masing, namun tak sedikit pula pengikut Taat yang memilih bertahan di Padepokan.
Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur bikin heboh. Bagaimana tidak, pria yang memiliki Padepokan yang diberi nama sama dengan namanya tersebut mengaku mampu menggandakan uang.
Praktik itu sempat menjadi viral, dimana Taat Pribadi yang duduk disebuah kursi dan beberapa orang tengah menunggu ia mengeluarkan sejumlah uang. Siapa yang tak tergiur. Iming-iming dapat memperoleh uang banyak secara instan, pengikut Taat Pribadi pun semakin bertambah.
Bermodal itulah, sang Kanjeng mampu mempunyai pengikut hingga ribuan yang berasal dari pelbagai daerah di Indonesia. Namun, kini pamornya menurun. Perlahan asal muasal ribuan uang yang diklaim ia gandakan terbongkar. Hal itu terungkap setelah salah satu pengikutnya yang melaporkan dirinya atas dugaan praktik penipuan. Tak hanya penipuan, Taat pun harus menghadapi tuduhan pembunuhan dua pengikutnya yakni Ismail dan Abdul Gani.
Permasalahan hukum pidana yang menjerat Taat Pribadi tak menyurutkan semangat para pengikutnya untuk tetap setia. Meski banyak yang sudah kembali ke asalnya masing-masing, namun tak sedikit pula pengikut Taat yang memilih bertahan di Padepokan.
Ketua MUI Jabar Ketua Umum MUI Jabar Rachmat Safe'i mengungkapkan beberapa alasan para korban Taat Pribadi hingga kini ogah pulang ke rumahnya.
"Ada beberapa faktor hingga menyebabkan korban ini belum pulang ke rumahnya masing-masing," katanya.
Faktor yang pertama, lanjutnya, lantaran korban Dimas Kanjeng di padepokan malu untuk kembali keluarga. Seperti, pengguna narkoba orang tersebut biasanya cenderung pasif lantaran malu untuk direhabilitasi.
"Yang ada di sana enggak mau pulang dia malu kembali ke masyarakat, seperti pengguna narkoba," ujarnya.
Faktor kedua, lanjut dia, para korban Dimas Kanjeng takut kembali ke rumah lantaran tak mampu membawa sejumlah uang yang awalnya berniat untuk digandakan. Uang tersebut sebagian besar berasal dari titipan kerabat maupun keluarga yang turut ingin digandakan.
"Karena ada titipan. Kan dijanjikan pulang bawa uang yang digandakan. Sehingga takut ditagih. Kalau pulang enggak bawa kan enggak berani si korban ini," ucapnya.
Faktor terakhir menurutnya, masih menanti penyelesaian seperti apa yang dijanjikan Dimas Kanjeng sebelumnya. Sehingga para korban ini masih menunggu kepastian nasibnya.
"Menunggu di sana bagaimana penyelesaiannya," terangnya.
Warga Jabar sendiri diketahui yang masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi berjumlah 72 orang. Dia meminta pada pengikut Dimas Kanjeng untuk segera kembali ke keluarga masing-masing. Sebab dapat dipastikan dari segi ajaran, tidak ada cara instan membuat kaya dengan cara tidak bekerja.
"Pada pengikut padepokan itu lebih baik pulang saja ke keluarga. Jangan merasa malu. Karena itu lebih baik kumpul keluarga dari pada kumpul di sana enggak jelas cara penyelesaiannya. Apalagi kalau ada unsur penipuan sudah ada keplolisian menangani," tandasnya.