Mangkir Panggilan Kasus Benur, Istri Edhy Prabowo Diultimatum KPK
KPK mengultimatum kepada Iis Rosyita Dewi dan para saksi lainnya yang telah dipanggil secara patut menurut hukum untuk kooperatif hadir memenuhi panggilan tersebut.
Anggota DPR Iis Rosyita Dewi mangkir alias tak memenuhi panggilan pemeriksaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Istri dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo itu sejatinya diperiksa pada Jumat, 5 Maret 2021.
"Tidak hadir dan tanpa konfirmasi kepada tim penyidik KPK," ujar Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya, Sabtu (6/3).
-
Bagaimana KPK menetapkan Eddy Hiariej sebagai tersangka? Hasilnya, Hakim menyatakan status 'tersangka' Eddy tidak sah karena tidak memenuhi dua alat bukti yang cukup berdasarkan pasal 184 ayat 1 KUHAP.
-
Kenapa KPK memeriksa Eddy Hiariej? Eddy Hiariej diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi.
-
Kapan Eddy Hiariej diperiksa oleh KPK? Eddy Hiariej rampung menjalani pemeriksaan penyidik KPK, Senin (4/12).
-
Siapa Eko Prawoto? Dilansir dari Wikipedia, Eko Prawoto merupakan seorang arsitek legendaris dari Indonesia. Pria kelahiran Purworejo, Agustus 1958 itu menerjuni dunia arsitektur sejak menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 1977.
-
Apa yang dilakukan KPK terhadap Eddy Hiariej? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengajukan surat pencegahan ke luar negeri atas nama Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej.
-
Apa yang diklaim oleh Prabowo? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan.
Selain Iis, dalam panggilan pemeriksaan kemarin, terdapat enam saksi laiinya yang mangkir dari pemeriksaan penyidik. Mereka adalah Mohamad Ridho (karyawan swasta), Mohammad Sadik (pensiunan PNS), Siti Maryam (Mahasiswi), Randy Bagas Prasetya (staf Hukum Operasional BCA), Lies Herminingsih (Notaris), dan Ade Mulyana Saleh (wiraswasta).
KPK mengultimatum kepada Iis Rosyita Dewi dan para saksi lainnya yang telah dipanggil secara patut menurut hukum untuk kooperatif hadir memenuhi panggilan tersebut.
"KPK juga mengimbau kepada pihak-pihak yang diduga mengetahui adanya aset-aset milik tersangka EP (Edhy Prabowo) dan kawan-kawan untuk kooperatif segera menyampaikan pada KPK," kata Ali.
Ali mengingatkan adanya ancaman pidana bagi mereka yang sengaja mempersulit proses penegakkan hukum. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 21 UU Tipikor.
"Kami mengingatkan pihak-pihaj yang dengan sengaja merintangi penyidikan perkara ini, KPK tidak segan untuk menerapkan ketentuan Pasal 21 UU Tipikor," kata Ali.
Dalam kasus ini KPK menjerat Edhy Prabowo dan enam tersangka lainnya. Mereka adalah Safri (SAF) selaku Stafsus Menteri KKP, Siswadi (SWD) selaku Pengurus PT Aero Citra Kargo, Ainul Faqih (AF) selaku Staf istri Menteri KKP, Andreau Pribadi Misanta (APM) selaku Stafsus Menteri KKP, Amiril Mukminin (AM) selaku sespri menteri, dan Suharjito (SJT) selaku Direktur PT Dua Putra Perkasa (DPP).
Edhy diduga telah menerima sejumlah uang dari Suharjito, chairman holding company PT Dua Putera Perkasa (DPP). Perusahaan Suharjito telah 10 kali mengirim benih lobster dengan menggunakan jasa PT Aero Citra Kargo (PT ACK).
Untuk melakukan ekspor benih lobster hanya dapat melalui forwarder PT Aero Citra Kargo dengan biaya angkut Rp 1.800/ekor. Perusahaan PT ACK itu diduga merupakan satu-satunya forwarder ekspor benih lobster yang sudah disepakati dan dapat restu dari Edhy.
Dalam menjalankan monopoli bisnis kargo tersebut, PT ACK menggunakan PT Perishable Logistics Indonesia (PLI) sebagai operator lapangan pengiriman benur ke luar negeri. Para calon eksportir kemudian diduga menyetor sejumlah uang ke rekening perusahaan itu agar bisa ekspor.
Uang yang terkumpul diduga digunakan untuk kepentingan Edhy Prabowo dan istrinya, Iis Rosyita Dewi untuk belanja barang mewah di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat pada 21-23 November 2020. Sekitar Rp 750 juta digunakan untuk membeli jam tangan Rolex, tas Tumi dan Louis Vuitton, serta baju Old Navy.
Edhy diduga menerima uang Rp 3,4 miliar melalui kartu ATM yang dipegang staf istrinya. Selain itu, ia juga diduga pernah menerima USD 100 ribu yang diduga terkait suap. Adapun total uang dalam rekening penampung suap Edhy Prabowo mencapai Rp 9,8 miliar.
Reporter: Fachrur Rozie
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Tolak Percepat Izin Ekspor Benih Lobster, Eks Dirjen KKP Diancam Dicopot Edhy Prabowo
Diduga Terkait Suap Ekspor Benih Lobster, Rumah Stafsus Edhy Prabowo Disita KPK
KPK Dalami Kasus Suap Edhy Prabowo Lewat Direktur di Ditjen KKP
Periksa Effendi Gazali, KPK Telisik Rancangan Kebijakan Ekspor Benur KKP
KPK Periksa Istri Edhy Prabowo Terkait Kasus Suap Benih Lobster
KPK Bidik Aset dan Aliran Duit Suap Ekspor Benur Edhy Prabowo
Mangkir Panggilan Kasus Benur, Istri Edhy Prabowo Diultimatum KPK