Eko Prawoto Arsitek Legendaris Jogja Meninggal Dunia, Ini Sosoknya
Kepergiannya menjadi duka bagi dunia arsitektur Indonesia.
Kepergiannya menjadi duka bagi dunia arsitektur Indonesia.
Eko Prawoto Arsitek Legendaris Jogja Meninggal Dunia, Ini Sosoknya
Arsitek legendaris asal Yogyakarta, Eko Prawoto, meninggal dunia pada Rabu (13/9). Kepergiannya meninggalkan duka bagi banyak orang. Apalagi semasa hidupnya ia banyak menghasilkan karya yang berpengaruh pada dunia kearsitekan di Indonesia.
Sumber Foto: Facebook Butet Kartaredjasa
-
Dimana Eyang Kudo Kardono dimakamkan? Sebagai sesepuh kampung Tegalsari, jenazah Eyang Kudo Kardono dimakamkan di sini.
-
Dimana Eyang Kudo dimakamkan? Kendati berada di tengah padatnya Kota Surabaya, kompleks makam Eyang Kudo masih terawat.
-
Kapan Eyang Kudo meninggal? Makam Eyang Kudo ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2015 dengan SK Nomor 188.45/4126.1.2/2014.
-
Di mana Pangat Karso Pawiro meninggal? Pangat meninggal di RSU Moewardi Solo pada Selasa (25/7) pukul 16.58 WIB karena sakit Cardiongenic Shock.
-
Kapan Eddy Rumpoko meninggal? Pada Kamis (30/11), Kepala Lapas Kelas I Semarang, Usman Madjid, menyatakan bahwa Mantan Wali Kota Batu, Jawa Timur, Eddy Rumpoko meninggal dunia karena gagal jantung saat dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
-
Kenapa Eddy Rumpoko meninggal? Kepala Lapas Kelas I Semarang, Usman Madjid, menyatakan bahwa Mantan Wali Kota Batu, Jawa Timur, Eddy Rumpoko meninggal dunia karena gagal jantung saat dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Dilansir dari Wikipedia, Eko Prawoto merupakan seorang arsitek legendaris dari Indonesia.
Pria kelahiran Purworejo, Agustus 1958 itu menerjuni dunia arsitektur sejak menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 1977.
Ia kemudian melanjutkan program S2-nya di The Berlage Institute Amsterdam dan selesai pada tahun 1993.
Dalam karyanya, Eko selalu menonjolkan lokalitas Nusantara yang memihak pada kemanusiaan dan hunian hijau. Lokalitas Nusantara yang dimaksud adalah penggunaan bahan-bahan bangunan dari daerah atau lokal serta menyelaraskan dengan alam Indonesia. Baginya, dunia arsitektur itu harus kontekstual.
Misalnya saja, dalam proses pembuatan rumah, Eko lebih banyak menggunakan bahan-bahan yang bersifat alami seperti kayu, bambu, dan batu alam maupun recycle elements berupa batu bata bekas, pecahan keramik bekas, hingga daun pintu jendela bekas pula.
Eksplorasi dalam penggunaan material lokal dan bekas selalu menjadi pemikiran utama di balik karya arsitek Eko Prawoto.
Karya-karya pentingnya antara lain Gereja Kristen Indonesia Sokaraja, Cemeti Art House Yogyakarta, Butet Kertaradjasa House, dan Via-via Café.
Setelah gempa Yogyakarta tahun 2006, Eko Prawoto tergabung sebagai relawan di Ngibikan dalam proyek rekonstruksi daerah bencana.
Selama perjalanannya sebagai seorang arsitek, Eko Prawoto banyak mengerjakan karya kecil seperti rumah pribadi, galeri seni, atau fasilitas masyarakat. Karya-karyanya pernah dipamerkan di beberapa acara antara lain Venice Biennale 2000, Arte all’arte, Gwangju Biennale, Echigo Tsumari Art Triennial, Kamikatsu Art Festival, Anyang People Art Project di Korea, Common Ground Australia, Regionale XII di Austria, Singapore Biennale 2013, Holbaek Denmark 2016, dan Sonsbeek 2016.
Dilansir dari Arkomindonesia.id, dalam dunia arsitektur Eko Prawoto berpandangan bahwa arsitektur adalah sebuah perjalanan. Mencari keseimbangan baru di dunia yang terus berubah dan arsitektur merupakan sarana untuk menjaga semangat kebersamaan masyarakat dan hidup selaras dengan alam.
Tak hanya bagi dunia arsitektur Indonesia, kepergian Eko Prawoto juga menjadi duka bagi sejumlah tokoh penting. Berbagai ungkapan duka berdatangan, salah satunya dari seniman Butet Kertaradjasa.
Sumber Foto: Facebook Butet Kartaredjasa
“Baru saja Pak Eko Prawoto, arsitek alumni UGM dan pensiunan dosen Universitas Kristen Duta Wacana Yogya, pulang sowan ke Gusti Allah. Siang tadi Rama Sindhunata dan Rama Banar memenuhi harapan Pak Eko supaya berkenan mendoakan dan menguatkan hatinya. Terima kasih Pak Eko yang telah berkenan membuat tempat berlindung keluarga kami, mendesain rumah tinggal dan warung bu ageng. Sumangga Gusti,” tulis Butet dalam akun Facebook-nya.