Melihat Tradisi Nyadran, Perayaan Syukur Masyarakat Suku Tengger di Lumajang
Tradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Masyarakat Suku Tengger di Desa Ranu Pane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menggelar tradisi Nyadran. Tradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Perayaan ini menjadi momen penting bagi warga Suku Tengger untuk mempererat hubungan spiritual dengan leluhur mereka. Pelaksanaan tradisi Nyadran adalah bagian tak terpisahkan dari puncak perayaan Hari Raya Karo.
- Dianggap Sakral, Yuk Kenalan dengan Kesenian Dodod yang Masih Eksis di Pandeglang
- 6 Tradisi Unik Iduladha di Indonesia, Mulai dari Manten Sapi hingga Ngejot
- Sedekah Serabi, Tradisi Memenuhi Nazar Khas Suku Lintang yang Sudah Mulai Dilupakan
- Keseruan Tradisi Praonan di Pasuruan, Warga Ramai-Ramai Naik Perahu Nelayan Rayakan Lebaran Ketupat
"Tradisi Nyadran ini digelar pada puncak atau penutupan Hari Raya Karo 2024," kata Pj. Kepala Desa Ranupani, Bambang Sugianto, Minggu (8/9).
Upacara Nyadran dipimpin oleh dukun adat setempat, yang memegang peranan sebagai penjaga tradisi dan penghubung spiritual antara warga dan leluhur mereka.
Tradisi Nyadran sendiri dimulai dengan warga berbondong-bondong menuju makam leluhur mereka. Dengan membawa bunga dan sesajen, mereka berjalan kaki ke area pemakaman yang menjadi tempat peristirahatan para pendahulu.
Setiba di makam, mereka melakukan tabur bunga sebagai simbol penghormatan terhadap para leluhur, sekaligus sebagai wujud syukur atas kehidupan yang mereka jalani.
Prosesi tabur bunga ini bukan sekadar ritual biasa, melainkan manifestasi dari keyakinan kuat masyarakat Suku Tengger akan pentingnya menghormati leluhur.
"Mereka percaya bahwa roh-roh leluhur berperan dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan keluarga dan desa," jelas Bambang.
Dengan memanjatkan doa di makam leluhur, warga berharap mendapatkan restu dan perlindungan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Selain aspek spiritual, Nyadran juga memiliki nilai sosial yang sangat penting bagi Suku Tengger. Tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan antar warga, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan antar generasi.
"Anak-anak dan remaja diajak untuk ikut serta dalam prosesi ini, belajar tentang pentingnya menghormati tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur," kata Bambang.
Kegiatan Nyadran juga menjadi sarana bagi Suku Tengger untuk menjaga keberlanjutan tradisi mereka.
Meski zaman terus berkembang, masyarakat Tengger tetap teguh memelihara warisan budaya mereka. Nilai-nilai seperti rasa syukur, penghormatan kepada leluhur, dan kebersamaan terus ditanamkan dalam setiap generasi, sehingga tradisi ini tetap lestari.
Bagi masyarakat Suku Tengger, Nyadran bukan sekadar ritual tahunan, tetapi cerminan dari identitas mereka sebagai masyarakat yang menjaga keseimbangan antara kehidupan spiritual dan sosial.
Dengan semaraknya acara Nyadran, mereka menunjukkan bahwa tradisi ini bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga bagian penting dari kehidupan suku Tengger sekarang hingga ke depan.