Melongok makam impian Bung Karno yang tak pernah terwujud
Istana Batu Tulis dibangun oleh Ahli Vulkanologi Belanda Van Riebeeck, yang kemudian menjadi Istana Soekarno.
Bangunan itu memang tampak misterius. Rumah dikelilingi tembok bercat putih setinggi 1,5 meter, dengan pagar besi renggang-renggang. Dari luar, rumah ditutupi rindang daun bunga dan rupa-rupa tumbuhan lain, termasuk aneka pepohonan. Itulah rumah peristirahatan Presiden Soekarno , Istana Batu Tulis.
Lokasi Istana Batu Tulis memang strategis, mudah dijangkau dari pusat Kota Bogor, Jawa Barat. Istana ini berjarak sekitar 2 kilometer dari Istana Bogor. Nama lain istana tempat peristirahatan Presiden Soekarno ini adalah Hing Puri Bima Sakti, terletak di Jalan Batu Tulis, Kelurahan Batu Tulis, Bogor Selatan.
Konon, Soekarno sang proklamator, sebelum meninggal menghendaki Istana Batu Tulis dijadikan makam ketika dia mangkat. Namun entah apa alasan pemerintahan Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres RI Nomor 44 Tahun 1970 yang memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Bung Karno .
Orang Bogor, terutama yang tinggal di sekitar Istana Batu Tulis, hanya tahu dulu bangunan itu sempat dijadikan sebagai rumah peristirahatan Bung Karno , seperti istana lain di Indonesia. Misalnya Istana Bogor, Istana Cipanas, Cianjur maupun Istana Merdeka Jakarta.
"Seumur hidup saya, sebagai warga asli Bogor yang tinggal di sekitar Istana Batu Tuli, saya baru pertama kali masuk ke dalam, itupun hanya melihat-lihat di halaman yang masih jauh dengan bangunan-bangunan," kata Mang Eman, 56, warga Kelurahan Batu Tulis, yang berjualan pisang ditepi pagar Istana Batu Tulis, Kamis (20/6) pagi.
Istana Batu Tulis kini sudah menjadi milik keluarga Soekarno . Menurut Eman, sudah tidak ada lagi saksi mata dari warga kampung yang bisa menceritakan detail ihwal aktivitas Soekarno di istana itu. Hanya orang-orang tua yang bisa bercerita, tapi semuanya sudah meninggal.
-
Siapa yang melahirkan dan membesarkan Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai. Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghormati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Di mana rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu berada? Lokasi rumah ini berada di Jalan Jeruk yang kini berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
-
Apa saja yang disimpan di rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Di dalam bangunan, banyak sekali barang-barang peninggalan Bung Karno yang sampai saat ini masih awet. Di antaranya yaitu sepeda onthel, satu set kursi yang ada di ruang tamu, lemari makan, bahkan surat cinta yang ia tulis untuk Fatmawati, dan beberapa perabotan klasik lainnya.
-
Bagaimana bentuk dan ukuran rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Rumah ini memiliki luas bangunan 162 meter persegi dengan bangunan 9 x 18 meter. Bentuknya persegi panjang, tidak berkaki serta memiliki halaman yang cukup luas.
-
Kapan Bung Karno merenovasi Masjid Jamik? Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dari catatan sejarah yang ada, di balik keberadaan Masjid Jamik rupanya ada peran Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu pada 1938 sampai 1942.
-
Bagaimana cara Bung Karno menghabiskan waktu di Istana Gebang? Di Rumah Gebang, Bung Karno muda menghabiskan waktu libur sekolah dan berdiskusi secara informal tentang kemerdekaan Indonesia dengan sahabat, keluarga dan pekerja rumah tangga di sana.
Dia sendiri penasaran dengan istana itu. Suatu hari Eman pernah hendak menyelinap masuk ke rumah. Namun apes, belum sampai masuk, dia sudah ditegur penjaga istana.
Sulaeman, 61, warga lain menyesalkan sikap tertutup penjaga keamanan istana. Padahal sebenarnya warga ingin sekali mengetahui area bangunan yang mungkin menjadi petilasan Bung Karno . "Saya saja asli sini lebih sering mengunjungi makam Bung Karno di Blitar. Sudah hampir 16 kali saya ke Blitar. Tapi kalau ke Istana Batu Tulis cuma sekali, itupun tidak ke dalam," katanya.
Ketatnya penjagaan di area Batu Tulis ditunjukan petugas keamanan saat merdeka.com meminta izin mengetahui suasana di dalam. "Harus ada izin dulu dari Bu Mega," kata salah satu penjaga istana.
Istana Batu Tulis ini letaknya persis berseberangan dengan lokasi situs Batu Tulis yang sempat heboh karena Menteri Agama era Presiden Andurrahman Wahid alias Gus Dur, pernah secara diam-diam menggali tanah di area prasasti itu untuk mencari harta karun terpendam.
Sulaeman melanjutkan, banyak cerita aneh dituturkan orang-orang tua zaman dulu soal kondisi istana. Konon, di dalam istana terdapat hutan kecil atau perkebunan yang dipenuhi pepohonan buah-buahan, mulai dari buah kemang, pala, gandaria, kecapi dan pepohonan lainnya sejenis pohon sengon.
Didalam area Istana Batu Tulis juga terdapat kolam ikan seluas 10 x 5 meter. Di tepi kolam itu terdapat patung wanita tanpa busana. Tak jauh dari kolam juga terdapat patung dua rusa tutul. "Di dalam kolam itu, kata orang tua saya sempat ada ular besar, bahkan pada malam hari sering terdengar suara binatang seperti buaya bermain air," katanya.
Tak hanya itu, tak sedikit warga sekitar Batu Tulis mempercayai Bung Karno masih hidup. "Kejadiannya sekitar 7 tahun lalu, aspal di depan pintu masuk utama istana amblas berbentuk telapak kaki, saya dan warga sekitar kaget dan menilai ini adalah kaki Bung Karno , tapi percaya nggak percaya kang," kata mang Eman.
Ia juga mempertanyakan ketatnya penjagaan dan tertutupnya pagar Istana. Ada kesan istana menyimpan misteri barang berharga atau harta karun. "Kata orang tua dulu, harta karun atau barang berharga yang ada di dalam Istana Batu Tulis bisa membeli Kota Bogor," terangnya.
Maka dari itu, menurut dia wajar bila istana ditutup. Sebab di sana diduga banyak barang berharga milik Bung Karno yang jumlahnya tak ternilai.
Sementara itu, juru kunci Prasasti Batu Tulis Ibu Maemunah, 75, mengaku tidak mengetahui persis sejarah istana yang tak jauh dari kediamannya itu. "Wah saya kurang tahu, yang tahu mungkin orang-orang tua dulu," ujarnya saat ditemui di situs dan prasasti Batu Tulis.
Sementara itu berdasarkan literatur sejarah Bogor, asal muasal pembangunan istana ini ternyata lebih dekat kaitannya dengan meletusnya Gunung Salak. Letusan itu mendorong Belanda mengirim Van Riebeeck peneliti gunung atau vulkanologi untuk melakukan penelitian dampak letusan.
Gunung Salak meletus malam hari tanggal 4-5 Januari 1699. Gunung itu meletus diiringi gempa bumi dahsyat. Sebuah catatan tahun 1702 menggambarkan dataran tinggi antara Batavia dengan Cisadane di belakang bekas keraton raja-raja yang disebut Pakuan, berubah menjadi lapangan luas dan terbuka tanpa pepohonan sama sekali.
Sedemikian dahsyatnya letusan Gunung Salak, sehingga aliran Ciliwung dekat muaranya tersumbat sepanjang beberapa ratus meter akibat tertutup lumpur letusan Gunung. Tidak ada berita mengenai nasib penduduk sepanjang aliran Ciliwung waktu itu.
Namun demikian, pada 1701 penduduk Kampung Baru diceritakan masih dapat mengantar Ram & Coops ahli vulkanologi Belanda itu. Ini berarti letusan Gunung Salak tidak sampai memusnahkan penduduk Bogor. Sayang Abraham van Riebeeck tidak membuat catatan apa-apa mengenai akibat letusan itu.
Tetapi, untuk menunjukkan bahwa kehidupan penduduk masih ada di Bogor, Van Riebeeck mendirikan Istana Batu Tulis. Pendirian itu sekaligus sebagai tanda bahwa Gunung Salak tidak menakutkan lagi. Istana yang dibangun tahun 1704 oleh Van Riebeeck selanjutnya menjadi pondok peristirahatan Soekarno , Istana Batu Tulis.
Baca juga:
Menengok Wisma Yasoo, tempat Soeharto menahan Soekarno
Tangisan istri-istri Soekarno melepas kepergian sang arjuna
De-Soekarnoisasi, Soeharto 'bunuh' Bung Karno di hati rakyat
Soeharto tolak wasiat terakhir Bung Karno soal makam