Mendagri: Angka Kematian Tinggi di Sumsel akibat Rendahnya 3T Pada Awal Pandemi
Begitu juga dengan angka kasus positif. Menurut dia, angka yang sedikit belum tentu secara riil dan akibat kesuksesan penanganan, justru bisa saja ada kemungkinan data tersembunyi dan berbeda fakta di lapangan.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebut tingginya kasus kematian Covid-19 menjadi bukti lambannya penanganan pemerintah daerah di awal pandemi. Sementara rendahnya kasus positif bukan berarti kesuksesan pencegahan.
Hal itu diungkapkan Tito saat berkunjung ke Palembang, Rabu (31/3). Dia mencontohkan Sumatera Selatan dengan case fatality rate di angka 4,21 persen yang melebihi nasional 2,7 persen dan rata-rata dunia 2,1 persen.
-
Bagaimana Mendagri Tito Karnavian meminta Pemda untuk mengendalikan inflasi? Di antaranya, Pemda melakukan pemantauan harga, melakukan rapat teknis Tim Pengendali Inflasi Daerah, menjaga pasokan bahan pokok barang penting, melakukan gerakan tanam, melaksanakan pasar murah dan sidak pasar, hingga memberikan bantuan transportasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
-
Bagaimana Tirto Adhi Soerjo menyuarakan kecamannya pada pemerintah kolonial? Melalui surat kabarnya, Tirto melakukan propaganda berisi kecaman-kecaman pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
-
Apa yang menjadi fokus utama Mendagri Tito Karnavian dalam rapat koordinasi inflasi daerah? Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (Pemda) agar terus memonitor perkembangan inflasi di wilayahnya masing-masing.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
Menurut dia, tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Sumsel akibat lambannya penanganan di awal pandemi. Penanganan itu dilakukan dengan cara 3T, yakni treatment, testing, dan tracing.
"Pendapat saya dengan kondisi angka kematian tinggi di Sumsel, akibat rendahnya 3T di awal pandemi," ungkap Tito.
Meski demikian, Tito menyebut masih ada waktu bagi pemerintah daerah dalam membenahi di setiap sektor. Angka kematian yang tinggi perlu keseriusan dari pemerintah daerah.
"Maka harus ada perubahan, biar semakin cepat tahu ada yang positif maka cepat pula penanganannya dan dapat melakukan pencegahan penyebaran," ujarnya.
Begitu juga dengan angka kasus positif. Menurut dia, angka yang sedikit belum tentu secara riil dan akibat kesuksesan penanganan, justru bisa saja ada kemungkinan data tersembunyi dan berbeda fakta di lapangan.
"Semuanya harus serius karena satu nyawa yang meninggal akan sangat berarti. Satu nyawa sangat berarti, apa lagi jika ada keluarga kita yang terdampak," kata dia.
Jika kondisi ini terus berlangsung, Tito menyarankan Sumsel dapat menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 5 April 202q meski tidak masuk dalam lima wilayah baru.
"Dari segi nasional Sumsel termasuk berisiko sedang, antara kuning dan oranye. Tapi jangan sampai lengah, kalau lihat angka memang gak perlu untuk PPKM namun fatality rate dan bed occupancy rate (BOR)," pungkasnya.
Baca juga:
WHO Serukan Penyelidikan Kemungkinan Virus Corona Berasal dari Kebocoran Laboratorium
Satgas Deteksi Pengidap Covid-19 Dilengkapi Surat Sehat di Perbatasan Negara
5 Guru Positif Covid, Belajar Tatap Muka SMAN 1 Bangka Disetop Sementara
Aturan Terbaru Perjalanan di Dalam Negeri, Berlaku Mulai 1 April 2021
Melawan Hoaks saat Pandemi Melalui Pemahaman Literasi Digital
Kejadian Ikutan Pascaimunisasi Vaksin AstraZeneca Termasuk Ringan