Mendagri Ungkap Keluarga Kepala Daerah & Timses Jadi Honorer: Jam 8 Masuk, Jam 10 Ngopi-ngopi
Mendagri mengatakan kebanyakan tenaga honorer dari keluarga Keluarga Kepala Daerah tak memiliki keahlian khusus.
Penumpukan honorer 'keluarga-timses' ini berimbas ke anggaran belanja daerah yang banyak tersedot untuk gaji pegawai
Mendagri Ungkap Keluarga Kepala Daerah & Timses Jadi Honorer: Jam 8 Masuk, Jam 10 Ngopi-ngopi
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan, banyak tenaga honorer di bidang administrasi yang berasal dari tim sukses dan keluarga pejabat di daerah.
Menurutnya, kebanyakan tenaga honorer di bidang itu tak memiliki keahlian khusus.
- DPRD Ungkap Gaji Guru Honoror di SDN Malaka Jaya 10 Jaktim Dipotong dari Rp9 Juta Jadi Rp300 Ribu
- Honorer Bakal Dihapus Tahun Depan, Ini Daftar Gaji Honorer Satpam Hingga Petugas Kebersihan
- Terlibat Kasus Sabu-Sabu, Dua Pegawai Honorer di Lumajang Langsung Dipecat dan Masuk Penjara
- Daftar Gaji Honorer Satpam, Sopir, hingga Petugas Kebersihan dari Aceh hingga Papua
"Tenaga administrasi, tenaga administrasi ini rata-rata adalah tim sukses atau keluarganya kepala daerah atau pejabat di situ,"
kata Tito di acara 'Penguatan APIP Melalui Pemenuhan Kebutuhan SDM di Provinsi/Kabupaten/Kota' di Kemendagri, Rabu (13/9).
merdeka.com
"Begitu ganti pilkada, ketemu pejabat baru, tim suksesnya masuk lagi terus numpuk jumlah tenaga honorer yang tidak punya keahlian khusus," tambahnya.
Tito mengungkapkan, mereka kerap pulang lebih cepat dari waktu kerjanya. Menurut mantan Kapolri itu, mereka masuk pagi kemudian menjelang siang sudah ngopi-ngopi.
"Dikasih kerjaan, jam 08.00 WIB masuk, tidak punya keahlian, jam 10.00 WIB sudah ngopi-ngopi, sudah hilang,"
ujar Tito Karnavian.
Menurutnya, penumpukan honorer 'keluarga-timses' ini berimbas ke anggaran belanja daerah yang banyak tersedot untuk gaji pegawai. Sedangkan biaya program untuk masyarakat hanya dapat sisa.
"Ini membuat belanja pegawai di daerah-daerah yang bergantung dari transfer pusat semua tersedot ke situ anggarannya," ucapnya.
"Yang belanja modal yang betul-betul menyentuh untuk rakyat, membangun jalan, mungkin cuma 15-20 persen. Jadi tidak ada kemajuan apa-apa," ujar Tito.
merdeka.com