Menelusuri Jejak Pengasingan Bung Karno di Sumut
Presiden pertama RI Soekarno tak lepas dari pengasingan di masa kolonial Belanda. Salah satu daerah pengasingan sempat dirasakan Bung Karno adalah Sumatera Utara.
Presiden pertama RI Soekarno tak lepas dari pengasingan di masa kolonial Belanda. Salah satu daerah pengasingan sempat dirasakan Bung Karno adalah Sumatera Utara.
Bung Karno bersama Sutan Sjahrir dan Agus Salim dinyatakan sebagai tahanan politik. Oleh pemerintah Hindia Belanda dibawa ke Berastagi. Di sanalah dia nyaris dibunuh.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Kapan Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda? Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Kapan Soekarno diasingkan di Bengkulu? Masa pengasingan Soekarno mulai tahun 1938 sampai 1942 ini telah muncul jalinan asmara dengan Fatmawati setelah sang presiden aktif dalam kegiatan kepemudaan Bengkulu.
-
Apa yang dilakukan Soekarno untuk menyerap aspirasi warga Bandung? Menyandang gelar baru sebagai pemimpin partai dia mulai bergerilya, menjadwalkan mencari aspirasi dari kampung ke kampung.
Namun, rencana itu tidak berhasil, lantaran sang pembunuh tak tega dan mengaku sendiri kepada Bung Karno. Tak lama, dia bersama dua tokoh lainnya dipindahkan di Parapat, persis depan Danau Toba.
Hingga sekarang, tempat tersebut menjadi obyek wisata dan mengingatkan Bung Karno pernah hidup bersama-sama dengan warga Batak.
"Sebelum di Parapat ini Bung Karno dibuang ke Berastagi. Di Berastagi tak lama. Sekitar 10 hari bersama Agus Salim dan Sjahrir. Waktu di Berastagi itulah Bung Karno mau dibunuh," cerita Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, saat mengunjungi Pesanggrahan Bung Karno di Parapat, Sumut, Senin (17/12).
Djarot bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dan rombongan melihat ruangan Bung Karno di masa pengasingannya. Ini adalah bagian dari penutupan dari rangkaian Safari Politik Kebangsaan III partai berlambang banteng bermoncong putih itu.
Dia menegaskan, ada yang bisa diambil dari kisah pengasingan Bung Karno ini. "Jadi kita harus belajar sejarah. Bagaimana para pemimpin bangsa mampu menghadapi tantangan itu dengan tegas, tidak cengeng, tegar," ungkap Djarot.
Selain itu, kata dia, bersama Agus Salim dan Sjahrir, meski berbeda pandangan tetap bisa duduk bersama.
"Kita tahu Bung Karno sama sekali ada berbeda pendapat, tapi mereka tetap bisa menjalin hubungan silaturahim dengan baik dan berdiskusi secara produktif. Mereka bicara tentang persoalan negara dengan sangat produktif, meskipun mereka berbeda aliran. Termasuk juga dengan Agus Salim untuk betul-betul menyatukan bahwa Islam itu pada dasarnya adalah cinta tanah air," jelas Djarot.
Dia memandang, ini bisa jadi instropeksi para elite. Di mana masih berdiskusi bukan substansinya.
"Suka membenci, suka mencaci, suka memfitnah, tapi tidak pernah melahirkan pemikiran yang produktif untuk kebaikan bangsa ini," pungkasnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Sandiaga Nilai Semangat Wirausaha Mampu Ciptakan 'Bung Karno Zaman Now'
Sepak Terjang Bung Karno Pimpin Indonesia
Surat dari Ende, Sukarno Rindu Priangan Seperti Taman Eden
Monumen Soekarno akan dibangun di perbatasan RI-Timor Leste
Tema upacara yang beda di Situs Ndalem Bung Karno Kediri
Puti hadiri Sarasehan Kebangsaan di Untag, Basarah beberkan sejarah Pancasila