Menengok Pondok Pesantren yang Didirikan Mantan Teroris di Deli Serdang
Pondok tersebut Al-Hidayah, termasuk satu model pondok pesantren yang terbilang unik di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Didirikan tahun 2015 oleh seorang mantan pelaku teroris bernama Khairul Ghazali alias Abu Ahmad Yasin, yang sempat divonis enam tahun atas tindak pidana perampokan Bank CIMB Niaga.
Pondok tersebut Al-Hidayah, termasuk satu model pondok pesantren yang terbilang unik di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Didirikan tahun 2015 oleh seorang mantan pelaku teroris bernama Khairul Ghazali alias Abu Ahmad Yasin, yang sempat divonis enam tahun atas tindak pidana perampokan Bank CIMB Niaga pada Agustus 2010.
Pondok pesantren ini merupakan buah hasil keinginan kuat Ghazali untuk memutus mata rantai paham radikalisasi.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Mengapa puisi menyambut Ramadan penting? Puisi menyambut Ramadan memiliki peran penting dalam memberikan pesan-pesan positif yang memotivasi umat Muslim untuk menjalani Ramadan dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
-
Kenapa ucapan menyambut Ramadhan penting? Kata-kata ucapan menyambut Ramadhan 2024 dapat menjadi perekat silaturahmi, sekaligus disisipi doa-doa baik untuk Ramadhan esok.
-
Kenapa niat puasa Ramadan penting? Niat puasa Ramadan adalah pernyataan batin yang mengkonfirmasi keinginan dan komitmen seseorang untuk menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Ini adalah momen reflektif di mana seseorang menyatakan tujuannya untuk berpuasa, memisahkan diri dari kegiatan sehari-hari dan fokus pada spiritualitas dan disiplin diri.
-
Apa yang dilakukan pengasuh pondok pesantren terhadap para santriwati? Dari enam santriwati yang dicabuli, beberapa di antaranya bahkan diminta untuk melayani kebutuhan biologisnya. Pencabulan itu diketahui sudah dilakukan oleh terduga pelaku sejak dua tahun terakhir. Terakhir kali, terduga pelaku mencabuli salah satu santrinya pada 17 Agustus 2023.
Dia ingin membimbing anak-anak mantan terorisme yang kerap menjadi korban atas perbuatan keji yang dilakukan kedua orang tua, sehingga menimbulkan rasa dendam lantaran ketidakpahaman dan dikucilkan dari lingkungan, bergelut dalam batin setiap anak yang mengetahui bahwa orang tuanya adalah teroris.
"Melihat banyaknya anak-anak eks teroris yang tidak sekolah atau putus sekolah bahkan menjadi buruh anak, tentunya ini membahayakan karena mereka bisa jadi mengikuti jejak langkah orang tuanya yang salah," ungkap Ghazali, Rabu (8/5). Dikutip dari Antara.
Ghazali mengatakan, tantangan yang dihadapi pada awal memulai pesantren ini datang dari masyarakat setempat. Banyak dari mereka yang curiga dengan didirikannya pesantren yang menampung anak-anak mantan teroris tersebut.
"Ketika kita sudah memulai tahun pertama, kita didukung dan diberikan support oleh pihak keamanan dan negara dalam hal ini oleh BNPT (badan Nasional Penanggulangan Teroris) yang tertarik dengan ide-ide yang kita buat, sehingga mereka membantu dengan sepenuhnya termasuk membangunkan kelas dan masjid," jelasnya.
Pondok pesantren ini hanya memiliki dua lokal dengan jumlah santri sebanyak 25 orang yang merupakan anak dari eks teroris.
"Ditambah 6 orang anak dari masyarakat sekitar, itu tujuannya untuk pembauran agar anak-anak ini tidak terstimalisasi, dan tidak ada diskriminasi dalam pendidikan sehingga mereka berbaur dengan anak-anak lainnya," tuturnya.
Proses belajar maupun sistem pendidikan di pondok pesantren ini, sama saja dengan sistem pendidikan di sekolah-sekolah lainnya yang berbasis kurikulum dari Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama (Kemenag).
Hanya saja terdapat pelajaran tambahan yaitu Deradikalisasi dan Trauma Helling Centre. Kedua pembelajaran ini kata Ghazali, bertujuan untuk menghilangkan memori ingatan anak-anak eks teroris tersebut terhadap kekerasan usai penangkapan orang tua mereka.
"Ada juga orang tua mereka yang dibunuh, ada yang masuk penjara dan lain sebagainya. Sehingga sudah terpapar dengan paham radikal, dengan kekerasan dan dengan jihad yang salah, nah ini yang kita luruskan," ujarnya.
Baca juga:
Umar Patek, 'Pendosa' yang Tak Lagi Merasa Kesepian
TKN Usul Jokowi Bahas Deradikalisasi Saat Debat Capres Keempat
Buya Syafi'i Puji Kepala BNPT Soal Deradikalisasi Sampai Masuk Sarang Teroris
Kepala BNPT Sebut Ba'asyir Napi Terorisme Hardcore, Sulit Terima Deradikalisasi
15 Mantan Narapidana Teroris di Solo Belajar Mengolah Ikan
Dimodali BNPT, Mantan Teroris Bom Bali 1 Buka Warung Kelontong