Mengintip dapur operator telepon seks
Di dalam ruangan, banyak majalah-majalah berbau porno sebagai panduan para operator.
Puluhan remaja putri yang berada di lantai delapan sebuah gedung perkantoran di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan tidak bisa berbuat apa-apa saat puluhan petugas dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) datang menggerebek kantor mereka. Mereka tidak menyangka, kantor mereka digerebek dan diketahui oleh petugas.
Kantor yang dijadikan bisnis telepon seks bertarif premium itu langsung diperiksa oleh petugas dari Kominfo. Dalam kantor yang berlokasi di daerah perkantoran eksklusif di Jakarta tersebut, setiap operator itu bekerja dari sebuah bilik yang terbuat dari kayu yang berukuran 1x1 meter, dengan tinggi sekat sekitar 1 setengah meter.
"Dalam ruangan itu juga terdapat majalah-majalah pria dewasa yang menjadi bahan buat operator itu berbicara dengan penelepon," kata salah seorang saksi mata di lokasi bernama Warto kepada merdeka.com, Minggu (24/3).
Ruangan operator telepon seks tersebut hanya dibagi dalam dua ruang. Ruang utama, yaitu bilik untuk operator yang berjumlah 12 buah, dan sebuah ruang resepsionis yang bersifat formalitas.
Yang paling khas dari ruangan tersebut adalah, bau khas minyak angin. Bau itu menyeruak saat memasuki ruangan operator. Sekilas, kantor itu mirip warung internet (Warnet). "Pas pertama kali masuk, langsung tercium bau minyak angin," ujarnya.
Para operator telepon seks itu menggunakan minyak angin untuk menjaga diri. Alasannya, karena mereka seharian berada di dalam ruangan ber-AC. Dalam sehari, operator tersebut harus duduk selama delapan jam setiap satu shift. "Sehari mereka dibagi tiga shift, satu shift delapan jam," ujarnya.
Dalam bekerja, para operator seks dituntut untuk bisa membuat lawan bicara betah berlama-lama berbincang dengan mereka. Semakin lama perbincangan, semakin banyak bonus yang akan diterima oleh operator.
Tidak seperti suaranya yang menggoda, tidak ada satu pun dari operator ini yang memiliki paras cantik. Dalam bekerja, operator ini hanya mengandalkan suara yang menggoda, dan informasi yang didapat dari majalah pria dewasa.
Yang menarik dari bisnis telepon seks ini adalah, pemilik usaha ini bukanlah orang Indonesia, melainkan orang asing. Menurut keterangan para operator, sang bos hanya datang sepekan sekali.