Mengumbar senyum seolah tak menyesal bunuh orang
Perilaku enam terdakwa klitih membuat keluarga korban emosi. Saat di persidangan, mereka mengumbar senyum dan memelototi saksi. Keluarga korban menganggap sikap tersebut tak mencerminkan penyesalan.
Retno Supardini emosi melihat ulah enam pelaku klitih yang telah merenggut nyawa putranya, Ilham Bayu Fajar (16). Bagaimana tidak, saat sidang perdana di PN Yogyakarta, Senin (3/4), terdakwa mengumbar senyum kepada keluarga korban. Seolah tak ada tampang penyesalan.
"Lihat, dia sudah menghilangkan nyawa anak saya. Dia masih bisa tersenyum," teriak Retno.
Keenam terdakwa AA (17), TP (13), JR (14), MK (14), AR (15) dan FF (20) dibawa ke pengadilan menggunakan mobil tahanan. Begitu tiba mobil tahanan berisi para terdakwa sudah ditunggu oleh keluarga korban, rekan korban dan dijaga ketat oleh petugas Kepolisian Polresta Yogyakarta.
Setibanya di PN Yogyakarta, para terdakwa klitih yang menggunakan baju putih segera turun dari mobil tahanan. Saat turun itulah para tersangka melemparkan senyum kepada keluarga korban.
Senyum dari para tersangka ini pun segera mendapatkan respons dari sejumlah pengunjung di pengadilan, baik itu keluarga maupun rekan korban. Teriakan makian kepada para tersangka terdengar saat para tersangka berjalan ke dalam ruangan. Bahkan ada pula pengunjung yang langsung menantang para tersangka. Beruntung, kejadian yang bisa berakhir ricuh ini segera bisa dikondisikan oleh petugas kepolisian.
Sidang perdana dipimpin Hakim Luis Bety Silitonga, serta dua hakim anggota Erna Indrawati dan Khoiruman Pandu Kusuma. Berkas tersangka dibagi ke dalam lima dokumen oleh jaksa penuntut umum.
JPU menjerat keenam terdakwa dengan Pasal 80 ayat 3 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Di sisi lain, jaksa menjerat pasal tambahan kepada JR, yakni dengan Pasal 2 Ayat 1 UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951, karena kepemilikan senjata celurit.
Salah satu JPU, Widodo menjelaskan penggunaan pasal yang sama kepada 6 tersangka karena keenamnya ikut terlibat dalam aksi kekerasan hingga berujung pada kematian Ilham. Dalam pasal itu, lanjut Widodo, disebutkan bahwa yang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan yang mengakibatkan anak mati, bisa dijerat dengan pasal tersebut.
"Ancaman hukumnya 15 tahun penjara. Tapi kalau anak-anak tidak bisa maksimal, mungkin setengahnya. Tergantung nanti fakta di persidangan," kata Widodo.
Kelakuan tak terpuji juga terjadi di sidang kedua, Rabu (5/4). Dalam sidang beragendakan mendengarkan keterangan saksi-saksi, terdakwa sempat pelototi saksi.
Kejadian ini disaksikan ayah Ilham, Tedy Febriansyah. Menurut Tedy, ekspresi itu menunjukkan terdakwa tidak menyesali perbuatan mereka yang sudah menewaskan anaknya.
"Semua pelaku tidak ada ekspresi penyesalan perbuatan mereka, terutama esksekutornya. Ini bukan lagi kenakalan remaja, tapi sudah tindakan kriminal yang harus dihukum berat," tegas Tedy.
Ilham tewas diserang para pelaku, Sabtu (11/3) dini hari. Korban saat itu baru pulang bermain biliar bersama saudara dan teman-temannya. Korban sempat berhasil melarikan diri, namun akhirnya tertangkap dan dihabisi para pelaku.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Apa yang dilakukan anak muda saat ngabuburit di pinggir rel kereta di Purwakarta? Mereka sekedar berfoto, membuat video dan mengabadikan kereta api yang melintas.
-
Siapa yang tampil di panggung acara sekolah? Kedua putri mereka, Megu dan Mishka, tampil memukau di panggung acara sekolah.
-
Bagaimana cara Festival Anak Yatim di Banyuwangi merangsang bakat anak? "Tidak sekadar main-main, tapi kita rangsang pula bakat dan minat anak-anak ini. Supaya mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk menentukan cita-cita mereka kelak," imbuh Ipuk.
Baca juga:
Pengakuan mantan pelajar pelaku klitih di Yogyakarta
Pelajar SMK di Bantul dibacok sekelompok orang berkalung sarung
Berkas tersangka penyerang siswa SMA Muhi dilimpahkan ke Kejaksaan
Dipanah orang tak dikenal, Deri gagal ikut Ujian Nasional
Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi
Ini kronologi lengkap penyerangan 7 anak SD di Sabu Raijua