Mengungkap Legenda Malin Kundang Dikutuk Jadi Batu
Kota Padang Sumatera Barat (Sumbar) memiliki beragam objek wisata mulai dari tema religi, sejarah hingga cerita rakyat seperti Batu Malin Kundang. Batu ini berada di Pantai Air Manis, Kota Padang, Sumatera Barat.
Kota Padang Sumatera Barat (Sumbar) memiliki beragam objek wisata mulai dari tema religi, sejarah hingga cerita rakyat seperti Batu Malin Kundang. Batu ini berada di Pantai Air Manis, Kota Padang, Sumatera Barat.
Perjalanan menuju Pantai Air Manis bisa ditempuh menggunakan sepeda motor. Dari Jembatan Siti Nurbaya, perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 20 menit. Sepanjang perjalanan, wisatawan akan disuguhkan pemandangan hijau perbukitan dan juga pesona pinggir laut.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Dari pintu masuk Pantai Air Manis, perjalanan berlanjut sekira 300 meter menuju Batu Malin Kundang. Sampai di lokasi, tampak batu menyerupai bangkai kapal berserta alat-alatnya, salah satunya tali pengait kapal serta manusia yang disebut Malin Kundang sedang telungkup.
Di sekitar lokasi, banyak berjejer kios cinderamata. Wisatawan dapat menemukan pernak-pernik Pantai Air Manis Padang mulai dari topi, baju hingga gantungan kunci. Selian itu juga di sana terdapat area kuliner.
Objek wisata yang terinspirasi dari dongeng yang begitu melekat pada masyarakat Minang ini hanyalah relief semata. Bukan kejadian yang benar-benar terjadi di Ranah Minang.
Singkat cerita, Malin Kundang merupakan sebuah cerita rakyat asal Sumatera Barat yang berkisah tentang seorang anak durhaka kepada orang tuanya hingga dikutuk menjadi batu. Malin Kundang merupakan anak semata wayang yang tinggal bersama Ibunya di Pantai Air Manis, dengan latar belakang yang berasal dari keluarga miskin.
Kemudian pada saat menginjak remaja Malin ingin mengubah hidupnya dan keluar dari garis kemiskinan, hingga memutuskan untuk merantau. Berkat kegigihan dan ketekunannya dalam bekerja, dia mampu menjadi saudagar kaya raya hingga menikah.
Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang memboyong istrinya untuk berlayar dan berlabuh di tanah kelahirannya hingga sang ibu menyaksikan anaknya yang pulang dengan penampilan berbeda. Lalu ia mendekat dan membuat Malin marah. Malin tidak mau mengakui wanita tua tersebut sebagai ibunya karena berpenampilan lusuh dan kotor.
Mendapat perlakuan itu dari anaknya, Ibu Malin marah sehingga menyumpahi anaknya menjadi batu. Namun Malin tidak mengindahkan sumpah tersebut, sehingga datanglah badai dasyat yang menghancurkan kapalnya kemudian tubuhnya berubah menjadi kaku dan akhirnya menjadi batu.
Relief Batu Malin Kundang Dianggap Menyesatkan
Pembangunan relief Batu Malin Kundang yang berasal dari legenda rakyat tersebut dikritisi pakar sejarawan. Pakar sejarawan sekaligus akademisi Universitas Islam Negeri Imam (UIN) Imam Bonjol Padang Yulizal Yunus mengatakan, Malin Kundang dikutuk menjadi batu karena durhaka kepada ibunya hanyalah sebuah legenda bukan kisah nyata.
Menurutnya, legenda yang dibuatkan menjadi relief adalah sebuah hal yang merusak situs itu sendiri sehingga menyesatkan generasi berikutnya.
"Namanya legenda, tidak mesti dibuat menjadi nyata. Legenda itu dilihat dari nilai yang dapat dipetik hikmahnya. Seperti anak tidak boleh durhaka kepada Ibunya," tutur Yulizal saat diwawancarai merdeka.com di Kampus UIN IB Padang, Kamis (1/12).
Dia melanjutkan, meskipun cerita telah beredar di masyarakat bahwa Batu Malin Kundang hanyalah sebuah legenda semata, namun bisa mengubah pandangan masyarakat ketika melihat secara langsung relief Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis tersebut.
"Ketika orang melihat secara langsung relief ini, orang bisa dua paham. Pertama berpendapat itu hanyalah sebuah legenda, dan kedua seolah-olah kejadian yang benar-benar nyata. Adanya relief ini bisa saja membohongi publik," bebernya.
Respons Cagar Budaya Nasional
Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Surya Helmi (69) mengatakan, cerita Malin Kundang merupakan sebuah legenda di Pantai Air Manis yang tidak dikenal siapa pengarangnya, dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak agar tidak durhaka kepada orang tua. Namun pada waktu itu ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk memvisualkan legenda tersebut seolah benar-benar serupa kejadian.
Sambungnya, relief Batu Malin Kundang dibuat sebelum tahun 90-an yang diukir di atas batu karang. Relief ini dianggap menyesatkan sejarah dan generasi berikutnya serta merusak lingkungan.
"Legenda yang divisualkan ini dapat menyesatkan generasi berikutnya, apalagi 100 hingga 200 tahun kemudian ceritanya makin kabur. Ini adalah legenda yang harus tetap dianggap legenda. Ketika saya menjadi dosen di Sumbar kala itu ketika umur 30-an saya mengkritisi pemerintah terkait relief ini, tetapi apa boleh buat relief tersebut sudah ada," katanya dihubungi merdeka.com.
"Nanti orang berpikir Malin Kundang ini memang ada, padahal itu hanyalah buatan manusia semata. Generasi berikutnya bisa sesat, sekarang saja saya yakin orang sudah ada yang menganggap itu kejadian nyata," tuturnya.
Respons Wisatawan
Salah satu wisatawan asal Bogor, Provinsi Jawa Barat, Guntur Eko mengatakan, objek wisata Batu Malin Kundang bagus untuk memberikan edukasi kepada anak-anak supaya tidak durhaka kepada orang tua.
"Ini adalah legenda yang bagus, terutama memberikan edukasi kepada anak-anak. Berdasarkan tulisan-tulisan yang saya baca, Malin Kundang dikutuk oleh ibunya menjadi batu akibat durhaka kepada orang tua," tuturnya kepada merdeka.com di lokasi.
Sambungnya, ini adalah objek wisata yang positif untuk generasi yang akan datang, dan memang harus dijaga, baik itu kebersihan hingga penataan lokasi. "Untuk kebersihan sekitar pantai dan Batu Malin Kundang cukup bagus, tetapi perlu ditingkatkan lagi," harapnya.
Dinobatkan Menjadi Wisata Favorit di Kota Padang
Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis dinobatkan menjadi destinasi wisata favorit. Batu Malin Kundang banyak dikunjungi wisatawan baik luar daerah hingga mancanegara.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Bidang Destinasi dan Daya Tarik Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Padang Diko Riva Utama. Menurutnya, hingga Oktober 2022 tercatat 1.120.000 orang mengunjungi Batu Malin Kundang.
Sambungnya, kunjungan tersebut meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pemkot dan masyarakat sekitar pantai juga terus berbenah untuk memberikan pelayanan wisata lebih baik.
"Tahun 2021 kunjungan wisata tercatat sebanyak 1.002.270 orang, 2022 ini hitungan yang belum sampai Desember telah melebihi kunjungan 2021. Semoga akhir tahun semakin bertambah. Sepengetahuan saya Batu Malin Kundang itu adalah legenda yang dibuatkan reliefnya oleh masyarakat," tuturnya kepada merdeka.com, Kamis (1/11).
(mdk/cob)