MOS di Depok masih diwarnai kegiatan nyeleneh
Pihak sekolah mengaku juga bukan tanpa alasan menyuruh siswa memakai kalung permen dan menggunakan atribut aneh lainnya.
Pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sejumlah sekolah di Depok masih nyeleneh. Siswa baru di beberapa sekolah masih terlihat mengenakan atribut aneh seperti kalung permen dan topi karton, kalung dari minuman dan name tag berukuran besar.
Di SMK Setia Negara misalnya yang meminta siswa baru mengenakan kalung permen dan topi karton. Pihak sekolah mengaku hal itu masih dipertahankan tanpa maksud lain. Dengan cara itu, maka mental siswa baru bisa teruji.
"Anak itu secara mental mau gak ke sekolah dengan pake atributnya name tag, kalung permen, topi yang terbuat dari karton, dan kaus kaki," kata Wakil Ketua Panitia MPLS SMK Setia Negara Kota Depok, Deni Haidin, Selasa (28/7/2015).
Pihak sekolah juga bukan tanpa alasan menyuruh siswa memakai kalung permen. Kalung itu juga sebagai indikator kedisiplinan. Jika siswa terlambat datang selama pelaksanaan MPLS maka satu permen akan dicopot satu per satu.
"Kalau ada anak telat 5 menit, kita akan ambil satu permen. Nah untuk kalung permen yang utuh berartinya dia tidak pernah melanggar," ucapnya.
Sementara itu, di SMAN 1 Depok justru penerapan MPLS berjalan normatif. Hal itu merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah. Dalam aturan itu, sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi peserta didik yang mengarah kepada tindakan kekerasan, pelecehan, dan tindakan destruktif lainnya yang merugikan peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis.
Wakil Seksi Bidang Kesiswaan SMAN 1 Depok, Teguh Syahrudin mengatakan, siswa yang masuk di Sekolah SMA 1, merupakan yang pintar, cerdas, dan kreatif. Pihaknya mengaku tetap melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan perkenalan dengan stand by, keliling kelas, dan evaluasi setiap sore. Tahun lalu, kata dia, pelaksanaan MPLS memang masih dilakukan dengan menyuruh siswa baru menggunakan atribut aneh pada masa perkenalan.
"Tahun kemarin sih ada pake-pake atribut aneh itu, terus banyak keluhan dari orang tua siswa. Jadi untuk tahun ini kita tidak memakai atribut yang aneh-aneh yang bikin orang tua bingung" katanya.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Depok Rezky M Noor meminta sekolah tidak melaksanakan praktik perpeloncoan selama MPLS. Dia mengarahkan agar sekolah lebih melaksanakan kegiatan yang positif.
"Pelaksanaannya harus lebih bermakna dengan pengenalan terhadap sekolah agar lebih cepat dalam beradaptasi. Jadi siswa tidak canggung dan tidak takut selama belajar agar lebih cepat dalam menyerap materi pembelajaran di sekolah mereka," kata Rezky.
Dia juga menyarankan agar pihak kepolisian dilibatkan dengan memberikan materi yang berkaitan dengan siswa. Misalnya materi untuk mengatasi masalah tawuran, antisipasi kenakalan remaja dan bahaya narkoba.
"Sekolah baru ya memberikan rasa nyaman, jangan justru bikin siswa nggak nyaman. Sampai sekarang kami belum terima laporan soal keluhan siswa," katanya.