Patung bikin hubungan Bupati Purwakarta dan ormas Islam tak mesra
Gara-gara patung, Bupati Purwakarta sering bersilang pendapat dengan ormas.
Pada kepemimpinan Bupati Dedi Mulyadi, Purwakarta 'disulap' menjadi wilayah berkesenian budaya sunda dan banyaknya patung-patung dibangun menghiasi jalan yang ada di wilayah tersebut.
Tidak sedikit orang memprotes kebijakan Dedi. Karena langkahnya itu dianggap musyrik oleh sebagian tokoh agama. Namun, Dedi menilai hal tersebut kembali kepada orang itu bagaimana menyikapi sebuah patung.
"Persoalan niat menambah patung itu bagaimana sudut pandangnya patung tersebut. Menurut saya, seberapa banyak patung itu dibutuhkan, berapa nilai estetika, nilai branding Purwakarta dan daya tarik keinginan orang ke Purwakarta," kata Dedi saat ditemui merdeka.com di rumah dinasnya di Purwakarta, Kamis (17/3).
Dedi mengungkapkan, orang yang menuduh dirinya syirik dan sempat menghalang-halangi kegiatannya di berbagai tempat adalah orang yang tidak paham dengan konstitusi.
"Menurut saya kan sudah jelas negara kan punya konstitusi. Pertanyaannya adalah ada enggak undang-undang yang melarang bikin patung, ada enggak patung itu perbuatan pidana," ujar Dedi.
"Ada enggak undang-undang yang melarang kebebasan berpendapat, berpikir yang saya sampaikan? kan enggak ada. Sekarang ini konstitusi dikalahkan oleh persepsi," sambung Dedi.
Baginya, orang-orang yang tidak suka kepada dirinya dilatarbelakangi politik semata bukan pada tataran agama semata.
"Ya itu lah orang yang enggak suka dengan cara berpikir saya. Orang yang enggak suka politik yang saya jalani. Orang yang kalah juga dalam politik menggunakan institusi persepsi agama menjadi sentimen individu, yang menanggap konstitusi untuk kepentingan politiknya," ucap Dedi.
Dedi menampik bahwa dirinya memiliki masalah terhadap ormas-ormas Islam. Baginya perbedaan cara berpikir adalah hal yang wajar dan tidak menjadi persoalan yang meluas kepada sebuah organisasi.
"Saya enggak ada masalah pribadi dengan ormas, yang ada ialah perbedaan gagasan pandangan. Itu saja," ucapnya.
"Saya memandang Islam bisa diterjemahkan sebagai nilai nilai keadilan, memberikan penghargaan kepada orang, tapi orang lain enggak bisa," imbuhnya.
"Saya juga memandang Islam dengan nilai-nilai keadilan, pemerintah demokratis, orang miskin diurus, sampah ditata, itu syariat Islam. Orang lain menanggap itu bukan syariat Islam," sambung Dedi.
"Institusi negara dikalahkan kelompok. Masa polisi dikalahkan oleh laskar," ucap dia.
Menurutnya, di Indonesia keimanan seseorang hanya diukur dari cara berpakaian dan tata bahasa saja. Tidak melihat seberapa jauh aplikasi nilai-nilai agama diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
"Karena keimanan kita simbolistik, keimanan kita diukur oleh pakaian, keimanan kita diukur oleh bahasa, keimanan kita diukur oleh ormas. Mungkin karena saya tidak ikut ormas dianggap bukan bagian dari mereka. Saya kalau keluar kota masih dikejar-kejar ormas islam," kata Dedi.
Dedi juga mengungkapkan di balik keputusannya yang sering mengeluarkan Perbup yang terbilang unik. Di antaranya, peraturan bagi para pelajar di Purwakarta yang harus tidur siang di kelas, siswa tidak boleh jajan di sekolah dan tidak boleh membawa kendaraan sepeda motor ke sekolah.
"Kalau aturan siswa wajib tidur siang dan nggak boleh naik motor itu lahir dari ide original saya. Saya mengalami kontemplasi kehidupan yang lama, saya mengalami hidup seperti itu. Saya melihat ketika siswa masuk jam 7 pagi malah kesiangan. Ketika siswa jajan jajanan di sekolah banyak yang sakit. Ketika siswa bawa sepeda motor ke sekolah malah menjadi bandel," kata Dedi saat ditemui merdeka.com di rumah dinasnya di Purwakarta, Kamis (17/3).
Menurut Dedi, siswa yang bangun lebih awal bisa menyerap pelajaran secara maksimal dan bisa menyempatkan untuk berolah raga.
"Sebab itu saya wajibkan masuk jam 6 pagi. Jadi siswa tidurnya lebih awal dan bangunnya lebih pagi, subuh sudah bangun, habis solat subuh otak fresh buat belajar. Maka saya geser masuk lebih awal siswa di sini," ujarnya.
"Alhasil sekarang sekarang badan para siswa segar, jarang yang sakit, bugar," imbuhnya.
Begitupun jajanan di sekolah, sambung Dedi, bayak siswa masuk ke rumah sakit. Pedagang pakai minyak jelantah, mereka dapat untung banyak sedangkan siswa pada sakit akibat jajanan yang tidak bersih.
"Kalau bawa bekal dari rumah kan hubungan anak dan ibu menjadi akrab, siswa jadi sayang kepada ibunya, nanti dikenang masakan ibunya yang enak kalau dia menjadi orang sukses," tuturnya.
Dedi menambahkan, Ibunya juga bisa bangun pagi buat bikin sarapan anaknya. Anaknya kembali menyukai makanan ibu, pola hidup sehat, jalan kaki. Naik sepeda atau jalan kaki ke sekolah.
Soal larangan siswa bawa sepeda motor, Dedi mengatakan ironis melihat para siswa yang tidak taat pada aturan lalu lintas. Baginya itu hal yang sangat membahayakan jiwa.
"Ini negeri enggak pakai standar. Umur 9 tahun berempat mengendarai sepeda motor. Enggak pakai helm, kebut-kebutan. Ini harus segera dibenahi, apa negeri ini mau terus-terusan dengan orang berperilaku seperti itu. Makanya siswa di sini nggak boleh bawa sepeda motor ke sekolah," tegasnya.
"Kita jadi anak dulu sewaktu kecil, bapak kita ngajarin dengan tegas, karena itu kepemimpinan yang saya miliki berkat pendidikan orang tua," ucapnya.
Semisal, sambung Dedi, untung bapak gebukin saya dulu saya bandel, kalau enggak didik secara tegas dan benar, bisa jadi gembel sekarang.
"Pemimpin harus tegas enggak harus dari militer, masih banyak orang sipil konsisten yang tegas kok," pungkasnya.
Baca juga:
Bupati Purwakarta bakal bangun patung lagi di Situ Wanayasa
Bupati Purwakarta tantang MUI bongkar patung di kantor polisi Jabar
Bupati Dedi emosi sopir angkot ngetem sembarangan
Dedi Mulyadi pantang keluar tanah Pasundan
Uniknya kampung di Purwakarta, hanya ada 20 rumah di sana
-
Apa yang diharapkan dari Dana Desa di Purwakarta? “Alhamdulillah, dana desa sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Purwakarta, khususnya yang berada di desa. Ini terlihat dari jumlah Desa Mandiri di Purwakarta yang meningkat menjadi 60 desa, dari yang sebelumnya 25 desa. Capaian ini merupakan lompatan yang luar biasa bagi Purwakarta,” ucap Anne.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Siapa Mbak Dewi? Atha Dewi Prihantini (38) jadi salah satu pelestari adrem yang belakangan mulai terangkat ke permukaan.
-
Dimana letak Purwakarta? Terletak di jantung Provinsi Jawa Barat, wilayah ini tidak hanya dikenal dengan keindahan budaya Sunda, tetapi juga peradaban masa lampau dan masa kininya.
-
Siapa Dewi Rengganis? Legenda Dewi Rengganis penjaga Gunung Argopuro Diceritakan bahwa Dewi Rengganis, putri dari Kerajaan Majapahit, diasingkan ke puncak gunung bersama enam dayangnya.
-
Dimana lokasi Kecamatan Sukasari di Purwakarta? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.