PDN Diretas, Data Imigrasi Dipindah ke Amazon Web Service
Serangan siber ransomware terhadap Pusat Data Nasional (PDN) membuat layanan di sejumlah instansi publik menjadi terganggu, termasuk imigrasi.
Serangan siber ransomware terhadap Pusat Data Nasional (PDN) membuat layanan di sejumlah instansi publik menjadi terganggu, termasuk imigrasi.
- Layanan PDNS 2 Pulih Total Usai Diserang Ransomware, Kominfo Ungkap Pembangunan PDN 1 Cikarang Capai 83 Persen
- PDN Diretas, Ditjen Imigrasi: Layanan Visa Online, Izin Tinggal dan Paspor Sudah Pulih 100%
- PDN Diserang Ransomware, Data Arsip Daerah NTT Hilang
- Apa Itu Ransomware yang Serang Pusat Data Nasional dan Bagaimana Cara Menghindarinya? Simak Penjelasannya
PDN Diretas, Data Imigrasi Dipindah ke Amazon Web Service
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan, data yang berhubungan dengan imigrasi untuk sementara dipindah ke Amazon Web Service (AWS).
"Ya kita terpaksa migrasi dulu ke, apa, AWS (Amazon Web Services)," ujar Yasonna di Kompleks Istana Kepresidenan, dikutip Selasa (25/6).
Yasonna menjelaskan, pemindahan layanan imigrasi sebagai solusi darurat. Pihaknya memakai Amazon untuk sementara.
"Jadi menunggu PDN baik kita harus emergency apa, solusi emergensi. Jadi kita pakai apa, yang Amazon dulu," tutur Yasonna.
Yasonna belum bisa memastikan sampai kapan penggunaan AWS.
Pihaknya hanya bisa menunggu PDN selesai diperbaiki. "Ya kita tunggu aja PDN nya," sambungnya.
Sementara, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengakui terganggunya layanan di beberapa instansi publik yang disebabkan server down Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) adalah karena faktor serangan siber.
"Ini karena serangan siber ransomware, Braincipher," kata Hinsa saat konferensi pers di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Jakarta, Senin (24/6).
Ransomware Braincipher yang menyerang PDNS ini merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0. Ransomware ini hampir sama dengan yang pernah menyerang data Bank BSI. Namun variannya berbeda.
"Ini ransomware jenis baru dan kami sudah lihat dari sample yang didapatkan. Ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi di instansi lain," ujar dia.