Pejabat korupsi, orang miskin bunuh diri
Berbagai program pemerintah masih gagal menyentuh masyarakat terbawah di negeri ini.
Seorang ibu dan anak memilih bunuh diri di Bogor. Diduga mereka tidak kuat menahan himpitan beban hidup. Keduanya melompat dari Jembatan Pulo Empang, Kota Bogor.
Ibu itu bernama Markiah (30), sementara anak laki-lakinya baru berusia tiga tahun. Anak sulung Markiah juga ingin melompat ke sungai untuk menyusul adiknya yang lebih dulu melompat. Beruntung warga berhasil membujuk anak itu untuk membatalkan niatnya.
Bunuh diri karena himpitan ekonomi bukan barang baru di Indonesia. Masih ingat kasus yang hampir sama di Kabupaten Bandung, Maret lalu?
Saat itu Herawati (42) dan anaknya Andika (4), ditemukan tewas. Herawati adalah warga Kampung Cigebar RT06/01 Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Sebelum bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya, Herawati membunuh Andika dengan cara menenggelamkannya ke selokan.
Lewat surat yang ditinggalkannya, Herawati mengaku tak kuat menahan derita hidup akibat kemiskinan dan perilaku temperamental suaminya. Karena itu Herawati memilih tindakan nekat untuk mengakhiri hidupnya.
Kemiskinan memang permasalah akut di Indonesia. Sama halnya dengan korupsi dan suap. Lihatlah korupsi Alquran, pengadaan sarung, mesin jahit, korupsi baju seragam, hingga korupsi minyak goreng. Tak ada yang lepas dari korupsi di negeri ini.
Selasa (3/7) kemarin, Endri Heru alias Mintoko (40), seorang tukang bakso ditemukan tewas gantung diri di pohon rambutan dekat rumahnya. Lagi-lagi kesulitan ekonomi menjadi alasannya. Awal bulan lalu, Seorang tukang ojek bernama Heru Irawan (37), mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di kamar mandi rumahnya, di Kompleks Depag, Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (8/6) malam, dan masih banyak lagi.
Berbagai program pemerintah masih gagal menyentuh masyarakat terbawah di negeri ini. Sebagian besar mungkin habis dikorupsi.
Baru saja Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengumumkan jumlah orang miskin di Indonesia turun. BPS menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang 0,89 juta orang pada Maret 2012 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga Maret, penduduk miskin tercatat 29,13 juta orang atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 30,02 juta orang.
Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah, Musni Umar, ikut menyatakan keprihatinannya pada masalah kemiskinan dan korupsi di tanah air. Musni menilai berbagai klaim keberhasilan pemerintah soal pertumbuhan ekonomi hanya menyentuh masyarakat menengah dan atas. Musni menilai negara yang tidak bisa mengurus orang miskin sebagai negara yang gagal. Hal ini diperburuk dengan aneka korupsi yang dilakukan pejabat. Makin terpuruklah si kecil.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, artinya hanya membuat si kaya menambah jumlah mobil di garasinya, atau membeli apartemen baru berharga miliaran. Sulit sekali bagi rakyat miskin untuk keluar dari lubang jarum kemiskinan. Banyak kebijakan pemerintah tidak memihak mereka. Selain hanya membagikan beras, atau bantuan langsung tunai yang akan langsung habis digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Orang miskin hanya dibantu untuk meneruskan hidup dari hari ke hari. Yang tidak kuat akhirnya memilih tindakan seperti Markiah dan Herawati. Membunuh anaknya kemudian bunuh diri.
Sampai kapan hal seperti ini akan terjadi di Indonesia?