Pelacur lokal di Legian lebih suka dikencani bule
Para PSK di Bali sebagian masih berusia muda. Mereka mengaku lebih puas kencan dengan bule.
Bali menjadi surga para pelancong baik lokal maupun mancanegara. Pantai dan keindahan alam Bali yang eksotik memiliki daya tarik tersendiri.
Saban pagi hingga sore menjelang, pelancong bule mulai berjemur di Pantai Kuta. Mereka hanya mengenakan celana dalam dan kutang. Ada juga yang tidur berjemur tanpa menggunakan bra dengan posisi tengkurap. Aktivitas seperti itu sudah biasa di Bali.
Namun di balik sisi Eksotiknya, Bali juga menyimpan masalah sosial. Sejak menjamurnya para pelancong, prostitusi juga mulai menjamur di tempat ini. Seperti misalnya daerah Nusa Dua, di sana para pemburu birahi dimanjakan wanita lokal dalam akuarium.
Pelacur-pelacur asal Indonesia itu menjadi buruan para pelancong bule maupun Timur Tengah. Satu jam tarifnya bermacam-macam. Mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Kalau di Nusa dua Rp 500 ribu," kata Lana, 30 tahun sopir taksi merangkap calo pelacur di Legian saat berbincang dengan merdeka.com, Senin dini hari lalu.
Lana lantas menawarkan pelacur lokal di Legian. Tarifnya Rp 400 ribu satu jam atau sekali kencan. Dia menjamin pelacur dagangannya belum pernah ditiduri oleh turis bule. Usianya pelacur tersebut 20 sampai 22 tahun.
"Saya nggak ambil disini, ada nggak jauh dari sini hanya 10 menit. Tinggal pilih dalam mobil, kalau nggak cocok tidak apa-apa," ujarnya menawarkan.
Lana mengakui jika di pelacur di kawasan Legian memang tidak cocok bagi orang Indonesia. Selain bekas ditiduri turis bule, pelacur lokal itu juga jarang berminat dengan orang Indonesia. Alasannya masuk akal, orang Indonesia beda ukuran dengan orang bule.
Selain Lana, Gede, 50 tahun juga merupakan calo pelacur lokal di legian. Dia mangkal untuk menjual jasa ojek tidak jauh dari Padies Pup. Sampingannya menjadi calo pelacur lokal. Bagi Gede, dia tidak memungkiri jika pelacur lokal di Legian memang sudah tidak lagi seorsinil aslinya.
"Kalau disini memang semuanya bekas Bule," kata dia.
Omongan Lana dan Gede memang bukan isapan jempol jika kebanyakan pelacur lokal lebih doyan dengan bule. Selain berkantong tebal, 'milik' mereka juga diyakini besar. Seperti penelusuran merdeka.com di Legian. Lima orang pelacur sejak pukul 12.00 WITA berdiri di samping tembok dekat sebuah kelab. Mereka menanti bule keluar dari kelab itu. Dengan senyum manis dan pakaian serba seksi, mereka merayu setiap Bule lelaki melintas.
Selain menawarkan diri, pelacur itu juga dijajakan oleh calo di sepanjang Legian. Wina, salah satu pelacur menawarkan jasa menjualkan diri selama satu jam Rp 500 ribu. Dia ogah untuk menurunkan harga, meski beberapa bule memintanya Rp 400 ribu untuk sekali kencan.
"Rp 500 mau nggak," katanya saat dirayu.
Baca juga:
Sopir taksi di Legian mengaku kerap diajak turis cewek mesum
Turis Australia langganan mabuk dan buat ulah di Legian
Mushroom, mabuk wine dan ekstasi 'KW2' di Legian
'Obral' pelacur lokal di Legian
Bau lendir di Legian, dari Viagra hingga PSK
-
Apa yang dilakukan Nia Ramadhani di Bali? Baru-baru ini, Nia Ramadhani melakukan perjalanan ke Bali untuk mengikuti acara half marathon di sebuah resor mewah.
-
Apa yang Jessica Mila kenakan saat liburan di Bali? Artis cantik itu tampak kenakan dress biru dengan aksen lengan puffy.
-
Apa yang dilakukan Selvi Kitty di Bali? Baru-baru ini, Selvi Kitty terlihat di Bali, menyusuri jalanan dengan moge di sela aktivitasnya.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Apa yang ditawarkan oleh Intrepid di Bali? Intrepid di Bali memimpin 11 karyawan, 30 pemandu perjalanan lokal dan mengoperasionalkan 10 paket perjalanan wisata keliling Indonesia.
-
Dimana letak Desa Bedulu, pusat peradaban Bali di masa silam? Desa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.