Peneliti: Nyamuk Wolbachia Buat Kasus DBD di Yogyakarta Terendah Dibanding 30 Tahun Lalu
Peneliti Wolbachia Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Profesor Adi Utarini memberikan perkembangan dampak dari penyebaran nyamuk Wolbachia
Angka kasus DBD di Yogyakarta menurun sebesar 77%
Peneliti: Nyamuk Wolbachia Buat Kasus DBD di Yogyakarta Terendah Dibanding 30 Tahun Lalu
Kemenkes telah menyebar nyamuk berbakteri Wolbachia ke lima daerah di Indonesia.
Salah satu lokasi penyebaran adalah Yogyakarta. Penyebaran Wolbachia bertujuan untuk menekan kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
- Kemenkes Jawab PDIP soal Penelitian Nyamuk Wolbachia: Tidak Ada Kerja Sama dengan Asing
- Nyamuk Wolbachia Terbukti Turunkan Kasus DBD di Kota Yogyakarta dari 1700 Kasus Jadi 67 Kasus
- PDIP Sebut Penelitian Nyamuk Wolbachia Salahi Aturan, Apalagi Jika Ada Hibah dari Asing
- Profesor Adi Utarini dan Upaya Eliminasi Demam Berdarah di Indonesia
Hasil Penelitian Dampak Wolbachia
Peneliti Wolbachia Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Profesor Adi Utarini memberikan perkembangan dampak dari penyebaran nyamuk Wolbachia terhadap kasus DBD.
Hasilnya angka kasus DBD di DIY menurun sebesar 77% dan angka rawat inap di rumah sakit turun 86%. Selain itu, aktivitas fogging berkurang sebesar 83%.
"Dalam penelitian berskala luas di kota Yogyakarta, kita kemudian memberikan hasil bahwa pada wilayah yang dilepas nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia itu kejadian dengue-nya lebih rendah 77% dan juga angka rawat inap di rumah sakit turun 86%. Hasil yang terbaru, justru juga menunjukkan bahwa fogging berkurang sebesar 83%,"
kata Adi kepada wartawan, Jumat (24/11).
Berkat penerapan program WMP, pengendalian DBD di Yogyakarta kini lebih efektif. Yogyakarta pun menjadi kota dengan kasus DBD paling rendah.
"Kami menyimpulkan bahwa memang kejadian dengue saat ini angkanya terendah dibandingkan dengan masa 30 tahun yang lalu,"
ujar dia.
Adi memastikan, pihaknya telah menganalisis risiko dari Wolbachia tersebut. Dia menjelaskan, Wolbachia aman untuk hewan, manusia dan lingkungan karena bukan rekayasa genetika.
"Berbekal analisis risiko, kita memahami betul bahwa Wolbachia yaitu bakteri alami bukan rekayasa genetika dan wolbachia ini juga aman untuk manusia, hewan, dan lingkungannya,” papar Adi.
Diketahui, pilot project nyamuk Wolbachia di Indonesia dilaksanakan di lima kota, yakni di Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang. Sejauh ini, Kemenkes telah menyebar nyamuk Wolbachia di tiga kota yakni Semarang, Bontang, dan Kupang.
Riset terkait teknologi nyamuk ber-Wolbachia di Indonesia dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, yang merupakan kolaborasi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Monash University, dan Yayasan Tahija.