Pengrajin Baduy mengeluh omzet menurun
Pengrajin Baduy mengeluh omzet menurun. Pendapatan pengrajin Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menurun selama liburan akhir tahun hingga awal 2017. Padahal kunjungan wisatawan ke daerah itu melonjak.
Pendapatan pengrajin Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menurun selama liburan akhir tahun hingga awal 2017. Padahal kunjungan wisatawan ke daerah itu melonjak.
"Kami tentu mengeluhkan menurunnya omzet pendapatan itu," kata Neng (30) seorang pengrajin Baduy saat ditemui di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, demikian dilansir Antara, Selasa (3/1).
Pengunjung wisatawan sejak Sabtu (31/12) sampai Senin (2/1) terus berdatangan hingga permukiman kawasan Baduy ramai. Mereka kebanyakan wisatawan datang dari sejumlah daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Namun, melonjaknya kunjungan wisatawan tahun baru tidak membuahkan keuntungan bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) kerajinan Baduy.
"Saya kira penjualan produksi kerajinan Baduy tahun baru ini tampak lesu karena pendapatan turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.
Menurut dia, selama ini pengunjung wisatawan yang membeli produk aneka kerajinan Baduy relatif berkurang. Padahal, produk-produk Baduy sangat alami dan memiliki keunikan karena didominasi warna biru dan hitam, seperti pakaian batik, kain tenun, sarung, selendang, dan tas koja
"Kami menduga lesunya pembeli produk Baduy itu karena akhir bulan," katanya.
Begitu juga Ambu Gendut, seorang pengrajin tenun Baduy mengaku omzet penjualan menurun drastis walaupun pengunjung yang merayakan tahun baru ke daerah ini meningkat dibandingkan hari normal.
Biasanya, pergantian tahun baru membawa berkah bagi pengrajin Baduy dengan meningkatnya penjualan. Namun, saat ini tampak lesu sehingga berdampak terhadap pendapatan pengrajin Baduy.
"Meskipun omzet menurun, tapi kami terus memproduksi tenun," ujarnya.
Sementara itu, Jali, pengrajin UKM Baduy mengatakan saat ini permintaan produk kerajinan Baduy di pasaran berkurang. Keadaan ini dikeluhkan para pengrajin karena penurunan omzet penjualan.
Saat ini pemasaran produk Baduy mengalami kesulitan, terlebih musim hujan.
"Kerajinan Baduy memiliki nilai jual di pasaran karena bahan bakunya terbuat dari alam, seperti tas koja terbuat dari akar pepohonan yang ada di hutan kawasan Baduy. Dan sebetulnya, produk-produk Baduy tidak kalah dengan produk pabrikan, meskipun dikerjakan secara tradisional," katanya menjelaskan.
Ia menyebutkan, pertumbuhan kerajinan Baduy saat ini sedang berkembang, namun mereka kesulitan pemasaran juga permodalan.
Selama ini pelatihan yang diberikan pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten masih minim. "Kami minta pengrajin Baduy diberikan bantuan modal," katanya.