Penjelasan BMKG soal potensi gempa bumi Megathrust Magnitudo 8,7 di Jakarta
Menurut analisis para pakar gempa bumi, gerakan penunjaman lempeng tersebut memungkinkan dapat mengakibatkan gempa megathrust dengan kekuatan/magnitudo maksimum yang diperkirakan dapat mencapai M 8,7.
Gempa bumi Megathrust Magnitudo 8,7 disebut-sebut berpotensi terjadi di Jakarta. Hal itu dikatakan Ketua Umum Ikatan Alumni Meteorologi Geofisika (Ikamega) Subardjo, dalam sebuah diskusi di Auditorium Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta Pusat, Rabu (28/2).
"Megathrust Selat Sunda akan setara dengan gempa di Aceh (2004) sehingga dapat menyebabkan tsunami. Bukan tsunaminya yang jadi kekhawatiran tetapi getarannya," kata Subardjo ketika itu.
-
Kapan gempa dan tsunami Aceh yang menghancurkan Rumah Sakit Umum Meuraxa? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Mengapa Indonesia sering mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, dan gunung meletus? Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Hal itu mengakibatkan Indonesia kerap mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, maupun gunung meletus.
Menanggapi pernyataan tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan wilayah Indonesia terletak di zona pertemuan lempeng tektonik aktif, maka Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempa bumi.
"Oleh karena itu pemerintah (melalui Pusat Studi Gempa Nasional-PUSGEN) dengan didukung oleh para pakar gempa dari beberapa perguruan tinggi, lembaga/kementerian termasuk BMKG, telah menerbitkan buku 'Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017' sebagai salah satu upaya dan langkah mitigasi gempabumi di Indonesia," ujar Dwikorita dalam rilis yang dikirim oleh Kabag BMKG Harry Tirto Djatmiko kepada merdeka.com, Jumat (2/3).
Peta tersebut, lanjutnya, merupakan pedoman untuk mendesain konstruksi bangunan di daerah rawan gempa bumi, dengan mempertimbangkan percepatan tanah akibat perambatan gelombang gempa.
"Peta tersebut diterbitkan bersama buku dengan judul yang sama. Di dalam buku tersebut diinformasikan bahwa berdasarkan hasil kajian para pakar gempabumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust dan proses penunjaman lempeng tersebut masih terjadi dengan laju 60-70 mm per tahun," jelasnya.
Selanjutnya, menurut analisis para pakar gempa bumi, gerakan penunjaman lempeng tersebut memungkinkan dapat mengakibatkan gempa megathrust dengan kekuatan/magnitudo maksimum yang diperkirakan dapat mencapai M 8,7.
"Maka Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) berinisiatif menyelenggarakan diskusi dengan Pemprov DKI untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi gempabumi tersebut," tegasnya.
Ia menegaskan, diskusi tersbut dirancang untuk kalangan terbatas, antara para pakar dan pemegang kebijakan. "Karena membahas hal yang cukup sensitif namun urgen untuk segera dilakukan langkah lanjut, sebagai bentuk tanggung jawab para pakar dalam memberikan layanan keselamatan publik di daerah rawan gempa bumi," tegasnya.
Namun, ternyata ada beberapa tulisan yang beredar viral, yang kurang tepat dalam menyimpulkan diskusi dalam sarasehan tersebut, sehingga dimaknai berbeda oleh sebagian masyarakat. "Oleh karena itu kami perlu meluruskan kesalahpahaman tersebut, sebagai berikut," tambahnya.
Dwikorita menegaskan meski para ahli mampu menghitung perkiraan Magnitudo maksimum gempa di zona megathrust, akan tetapi teknologi saat ini belum mampu memprediksi dengan tepat, apalagi memastikan kapan terjadinya gempa megathrust tersebut.
"Kita pun belum mampu memastikan apakah gempa megathrust M 8,7 akan benar-benar terjadi, kapan, dimana, dan berapa kekuatannya? Maka dalam ketidakpastian tersebut, yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi yang tepat," jelasnya.
"Kemudian menyiapkan langkah-langkah kongkrit yang perlu segera dilakukan untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa seandainya gempa benar-benar terjadi, khususnya dengan cara menyiapkan kesiapan masyarakat maupun inftrastrukturnya," tandasnya.
Baca juga:
Lagi, pekerja di gedung perkantoran Jakarta rasakan guncangan gempa Banten
Mitos gerhana bulan dan gempa besar di Jakarta
Gempa 5,1 SR kembali goyang Lebak, terasa sampai Jakarta
Akibat getaran gempa, atap gypsum Supermal Karawaci rontok
Akibat gempa, kaca skybridge di Bandara Soekarno-Hatta pecah