Ada Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan Industri Asuransi?
BMKG mencatat bahwa di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa Indonesia berpotensi mengalami gempa di dua zona megathrust yang dapat memicu tsunami.
BMKG mencatat bahwa di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust, terutama yang bisa menimbulkan dampak bencana dari skala ringan hingga berat. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan, kesiapan dan mitigasi risiko dari berbagai sektor.
Industri reasuransi di Tanah Air berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam menyediakan layanan berbasis pengetahuan kepada para mitra bisnis dan stakeholders di industri asuransi dan reasuransi.
Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero), Beatrix Santi Anugerah menyebut bahwa Indonesia berada di wilayah rawan bencana, termasuk potensi gempa megathrust yang dapat memberikan risiko signifikan bagi berbagai sektor, terutama asuransi dan reasuransi.
"Kolaborasi yang kuat antara akademisi dan praktisi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi potensi risiko bencana megathrust," ujar Beatrix dikutip di Jakarta, Jumat (11/10).
Hal ini dikatakan Beatrix dalam webinar bertajuk "Potensi Gempa Megathrust: Identifikasi Bahaya, Potensi Kerugian, dan Langkah Mitigasi".
Webinar ini dihadiri oleh para profesional di industri asuransi dan reasuransi, termasuk direktur danmanajemen, underwriter, klaim analis, dan aktuaris.
Webinar ini juga merupakan bagian dari program iLearn yang diinisiasi oleh Indonesia Re Institute untuk memperkuat kapabilitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi risiko bencana.
Asuransi Bisa Hitung Risiko karena Bencana
Penanggung Jawab Tim Diseminasi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Septa Anggraini dalam paparannya menyebut bahwa BMKG telah membangun sistem end-to-end yang memonitor dan mendeteksi gempa.
Sistem ini mengolah data seismograf menjadi informasi yang kemudian disampaikan kepada pemerintah, sehingga tindakan atau kebijakan yang tepat dapat segera diambil untuk melindungi masyarakat.
Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Udrekh menjelaskan bahwa siklus kegempaan yang terjadi saat ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi terjadinya gempa di masa depan. Informasi ini sangat penting bagi asuransi dalam menghitung risiko terjadinya bencana berdasarkan waktu terakhir sebuah segmen gempa aktif.
"BNPB bekerja sama dengan para pakar untuk menghasilkan peta bahaya dan risiko bencana. Peta ini menjadi alat penting dalam mitigasi bencana serta dalam perhitungan potensi kerugian, baik dari perspektif asuransi maupun ekonomi," tambahnya.
Akademisi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Irwan Meilano menyoroti pentingnya membangun ketahanan bangsa dalam menghadapi gempa juga menjadi prioritas.
"Dengan model perhitungan probabilitas, kita dapat mengestimasi potensi kerugian akibat gempa, termasuk pada bangunan seperti sekolah yang sering rusak akibat guncangan atau tsunami. Hal ini penting untuk mitigasi di berbagai daerah yang berisiko," tutupnya.