Perjuangan Suhriyeh, Kuli Panggul Wujudkan Impian ke Tanah Suci
Mbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Mbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
- Perjuangan Tukang Sempol, Dicibir Tetangga Bakal Bangkrut hingga Alami Kondisi Mistis
- Terlilit Utang Ratusan Juta Ulah Serda Adan, Keluarga Iwan Sutrisman Berharap Bantuan Pemerintah
- Pungli Rp160 Juta, Mantan Lurah Sawah Besar Jaka Suryanta Dituntut 4 Tahun 3 Bulan
- Ditagih Utang, Pria di Pelalawan Bunuh Temannya
Perjuangan Suhriyeh, Kuli Panggul Wujudkan Impian ke Tanah Suci
Mbah Suhriyeh benar-benar harus bekerja keras untuk menggapai impiannya ke Baitullah.
Wanita berumur 60 tahun yang bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Pabean Surabaya ini akhirnya bisa menunaikan ibadah haji setelah menyisihkan sedikit demi sedikit upahnya memanggul.
Hampir selama 40 tahun, Mbah Suhriyeh bekerja sebagai kuli panggul. Mulai dari barang dengan berat antara 50 Kg hingga 60 Kg, sudah pernah dipanggulnya.
Ia pun, bekerja tak kenal lelah. Tak seperti pekerja kantoran, jam kerja Mbah Suhriyeh justru dimulai saat orang-orang beranjak tidur. Yakni, mulai pukul 20.00 WIB hingga 04.00 WIB.
“Dulu waktu masih muda malah kuat bisa 60 kilo. (Barang-barang dipanggul) antara lain bawang, empon-empon, lombok, dan sejenisnya. Gimana lagi bisanya cuma ini,” ujarnya.
Soal pendapatan, Mbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja. Itu pun jika disebutnya sedang dalam kondisi ramai.
“Pendapatan saya perhari sekitar Rp30-40 ribu. Itupun kalau ramai,” tuturnya.
Dari pendapatannya itu tiap hari ia menyisihkan sekitar Rp10 ribu sebagai tabungan haji.
“Kalau sepi ya paling saya hanya bisa menyisihkan dua ribu rupiah. Kalau dari nominal uangnya, sedikit pendapatan saya tetapi Alhamdulillah, barokah. Saya bisa naik haji,” terang wanita asli Sampang, Madura ini.
Setelah menabung sekian lama, pada 2011 Suhriyeh bisa mendaftar haji.
“Saya sendiri yang mendaftar haji karena saya belum berkeluarga,” jelasnya.
Dari keluarga besarnya pun, Suhriyeh adalah satu-satunya yang mendapat kesempatan berhaji.
“Kedua orang tua maupun kakak adik saya belum berhaji,” ungkapnya.
Suhriyeh menuturkan kuli panggul adalah satu-satunya pekerjaan yang ia lakoni. Dia tidak mempunyai pekerjaan lain. “Pernah mencoba nyambi jualan, tapi saya tidak bakat eh malah merugi,” terangnya.
Di tanah suci nanti, Suhriyeh ingin memohonkan doa supaya selamat di dunia maupun akhirat.
“Semoga semua kesalahan saya baik dosa kecil maupun dosa besar diampuni Allah SWT,” harapnya.
Dia juga akan mendoakan keluarganya semoga diberi kesempatan untuk berhaji ke Baitullah.
Suhriyeh mengaku untuk persiapan keberangkatan ke tanah suci ia mengikuti manasik hingga datang kepada para ustadz untuk menimba ilmu secara langsung.
Pada musim haji ini, anak ketiga dari 5 bersaudara ini tergabung dengan kloter 15 dari Kota Surabaya.