Perkuat Literasi Digital, Cara Cegah Hoaks dan SARA Jelang Pemilu
Hoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Banyak cara untuk mengidentifikasi berita hoaks yang beredar di internet.
- Jelang Pemilu, PPATK Waspadai Serangan Fajar Lewat Uang Elektronik dan Aset Kripto
- MKMK Usut Dugaan Pelanggaran Etik Putusan MK, Berdampak ke Elektabilitas Prabowo-Gibran?
- Jelang Pemilu 2024, Satpol PP dan Linmas Dibekali Literasi Digital
- PDIP: Elektabilitas Ganjar Unggul Seiring Literasi Politik Masyarakat Meningkat
Perkuat Literasi Digital, Cara Cegah Hoaks dan SARA Jelang Pemilu
Hoaks dan Isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) patut diwaspadai dan dapat dicegah melalui pembekalan diri dengan keterampilan literasi digital yang baik. Diharapkan, ajang Pemilu 2024 dapat berjalan dengan aman dan kondusif.
"Menjelang pemilu di tahun depan, kita harus sangat mewaspadai dua fenomena yang mengerikan, hoaks dan isu-isu SARA. Kedua hal itu bisa kita atasi kalau kita punya literasi digital yang bagus," ujar Ketua Komunitas Sapunyere, Dadi Munardi dalam sambutannya pada kegiatan Komunitas Literasi Digital Sapunyere di Aula Villa Jati Kampung Lowa Curug Nangka, Kabupaten Bogor.
Menurut Dadi, hoaks dan SARA juga dapat menimbulkan bahaya serta berbagai dampak negatif seperti dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik, sehingga dapat mengancam keharmonisan antar manusia.
"Makanya, kita jangan sampai terprovokasi oleh dua hal tersebut. Harapannya semoga dengan literasi digital ini kita bisa mencegah terjadinya hoaks dan SARA agar dapat tetap menjaga keharmonisan dan kedamaian dengan bersama-sama," tutur Dadi.
Dalam kesempatan yang sama, Pendamping UMKM Juara Jawa Barat, Dewi Sartika menjelaskan bahwa saat ini hoaks terjadi sangat cepat di era digital seiring dengan perkembangan teknologi digital. Penyebaran hoaks harus diatasi dengan cara berpikir kritis.
"Kita harus berpikir kritis kalau ada orang kasih berita, jadi berita itu nggak kita telan mentah-mentah, jadi kita bisa compare dulu dengan berita yang lain untuk memverifikasi lagi kebenaran beritanya," jelas Dewi.
Tidak hanya mengkomparasi dengan berita lain, mengidentifikasi hoaks juga dapat dilakukan dengan melihat judul yang cenderung provokatif, terdapat ajakan untuk disebarluaskan dan memiliki susunan kalimat yang tidak terstruktur.
"Intinya kalau kita dapat informasi yang tidak penting, sebaiknya tidak usah di-share. Karena dengan selektif memilih dan membagikan informasi, berarti menentukan kualitas kepribadian diri kita," ucap Dewi.
Hoaks memang dapat membuat perpecahan antar individu, sama halnya seperti isu-isu SARA yang juga membawa bencana bagi antar umat manusia. Presiden Teman Bisnis Indonesia, Rosalina Anggraeni turut menjelaskan bahwa SARA merupakan persoalan yang harus paling diwaspadai menjelang Pemilu 2024.
"Sebisa mungkin SARA itu harus dihindari, kita tidak boleh kasih tempat untuk adanya diskriminasi antara salah satu pihak. Karena saking berbahayanya, SARA itu berpotensi untuk terjadinya perpecahan," jelas Rosalina.
Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya perpecahan, isu-isu SARA perlu diatasi dengan adanya diskusi yang berfokus kepada argumen fakta dan kebijakan yang diiringi dengan moral dan adab yang berlaku.
"Hal-hal seperti ini lah yang sepatutnya dilakukan sebagai tindakan toleransi kita untuk saling menghargai pendapat orang lain," pungkas Rosalina.