Pertumbuhan ekonomi jadi motif China di konflik Laut Cina Selatan
Kebijakan China dalam ekspansi ekonomi dan militer sejatinya sudah lama dimulai sejak era Deng Xiaoping.
Dalam sebuah diskusi dengan tajuk 'Kita dan Sengketa Laut Cina Selatan' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sinolog (Ahli China) Prof. Dr. A. Dahana mengatakan, kebijakan China dalam ekspansi ekonomi dan militer sejatinya sudah lama dimulai sejak era Deng Xiaoping.
Di era tersebut, Deng mulai membuat China menjadi negara yang 'capital oriented', guna mengoptimalkan lagi jangkauan pasarnya di kawasan, terutama di wilayah Laut Cina Selatan.
-
Siapa saja yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan? Tiongkok menggambarkan tuduhan tersebut "hanya kebohongan belaka", dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menutup mata terhadap "provokasi dan pelecehan" yang berulang kali dilakukan oleh Filipina.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan kerusakan di Stasiun Luar Angkasa China terjadi? Stasiun luar angkasa milik China ini beroperasi pada 2022.
-
Kapan contraflow di Tol Jakarta - Cikampek berlaku? “Rekayasa lalu lintas One Way dari GT Kalikangkung KM 414 sampai denhan Cikampek KM 72 dan selanjutnya Lajur Contra Flow Cikampek KM 72 sampai dengan Cikarang Pusat KM 36 diperpanjang hingga Senin 15 April 2024 pukul 24.00 WIB, atas diskresi Kepolisian,” tulis akun X @PTJASAMARGA.
-
Bagaimana konflik antar kelompok terjadi? Konflik adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
-
Apa yang ditemukan di gurun pasir China yang membuat para ahli bingung? Para ahli telah mempersempit asal usul mumi misterius yang ditemukan di gurun pasir Tiongkok, dan hasilnya cukup mengejutkan.
"Situasi di China juga harus dilihat, di mana sejak era Deng Xiaoping mereka mulai menekankan pertumbuhan ekonomi, yang salah satu akibatnya adalah pembangunan ekonomi besar-besaran," ujar Prof Dahana dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (30/7).
"Secara jelas, hal itu membuat China lekas menjadi negara kapitalis yang semua kegiatan ekonominya dikontrol oleh negara," ujarnya menambahkan.
Dahana mengatakan bahwa secara ideologis, di era Deng Xiaoping itulah China telah memulai perjalanan baru untuk meninggalkan sosialisme dan komunisme sebagai ideologi tunggal negara.
Saat beranjak menjadi negara kapitalis itulah, China dianggap telah mengikis sosialisme dan komunisme sebagai akar ideologis mereka sendiri, yang telah lama ditumbuh kembangkan oleh pemimpin besar mereka Mao Zedong.
"Di sisi lain, ketika kapitalisme ini berjalan, makin banyak yang tidak percaya pada sosialisme, apalagi komunisme. Kekuatan luar ingin menjadikan China sebagai negara kapitalistis, tapi nyatanya China sendiri juga telah dikapitaliskan oleh partai komunis di dalamnya," ujar Prof Dahana.
Maka saat ini, lanjut Prof. Dahana, konsistensi China dalam mengklaim kekuasaannya di wilayah Laut Cina Selatan, kerap dianggap sebagai upaya mereka dalam mengembalikan semangat nasionalisme dan sosialisme tersebut.
Walaupun dengan resiko dikucilkan oleh negara lain, namun pemerintah China sama sekali tidak gentar, dan kembali berupaya menunjukkan power of resistance mereka di Laut Cina Selatan.
Hal ini dianggap mampu untuk mengembalikan rasa kebangsaan dan nasionalisme mereka, guna memperkuat kembali ekonomi dan pengaruh militernya di kawasan.
"Maka, kini mereka kembali menggali nasionalisme masyarakatnya, walaupun mereka juga sadar bahwa nasionalisme ini adalah pedang bermata dua yang bisa membunuh musuh dan tuannya sendiri," pungkasnya.
(mdk/hhw)