Pesan Komisi X DPR pada Mendikbud Nadiem: Perundungan di Sekolah Semakin Parah
Anggota Komisi X Fraksi Demokrat Bramantyo Suwono mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memberi perhatian khusus pada aksi perundungan yang terjadi di sekolah. Hal ini dia sampaikan dalam rapat kerja dengan Mendikbud Nadiem Makarim.
Anggota Komisi X Fraksi Demokrat Bramantyo Suwono mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memberi perhatian khusus pada aksi perundungan yang terjadi di sekolah. Hal ini dia sampaikan dalam rapat kerja dengan Mendikbud Nadiem Makarim.
"Beberapa program sudah luar biasa tapi sepertinya kita sudah harus fokus pada isu perundungan ini agar bisa diselesaikan. Karena menurut saya sudah semakin genting dan parah," kata dia, di Ruang Rapat Komisi X, Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (20/2).
-
Bagaimana bullying tersebut terjadi? Dalam video tampak korban, AY (14), tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku. Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
-
Apa dampak utama dari bullying pada anak? Dampak bullying pada anak yang paling signifikan adalah penurunan harga diri. Pelecehan, penghinaan, dan pengucilan yang terus menerus dapat menyebabkan perasaan tidak berharga dan tidak mampu.
-
Apa saja contoh tindakan bullying yang dilakukan anak dan remaja? Mereka mungkin melecehkan atau mengolok orang lain dalam upaya untuk menonjol di antara teman-teman mereka.
-
Apa saja tanda-tanda yang menunjukkan anak menjadi korban bullying? Tanda anak jadi korban bullying yang pertama adalah tidak lagi melakukan hobi atau kesenangannya. Apabila anak-anak kehilangan minat pada hobi atau makanannya, coba orang tua memperhatikan mereka. Orang tua juga bisa mencoba mengajak anak komunikasi tentang apa yang tengah dialaminya.
-
Mengapa anak yang di-bully sering merasa terisolasi? Korban bullying sering mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan insomnia. Stres dan ketakutan yang terkait dengan bullying dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga anak-anak lebih rentan terhadap penyakit.
-
Apa yang dimaksud dengan bullying? Bullying atau perundungan salah satu masalah sosial yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja hingga dunia maya.
Sejauh ini, sudah cukup banyak kasus perundungan yang dialami siswa-siswi di sekolah. Termasuk di daerah pemilihannya.
"Beberapa waktu kita dengar ada anak sekolah yang melompat dari sekolah. Ada anak perempuan yang di-bully oleh teman-temannya, di dapil saya di Bogorejo," ungkapnya.
Dia mengakui memang butuh kerja sama banyak elemen masyarakat dalam mengatasi problem tersebut. Meskipun demikian, dia mengharapkan Kemendikbud dapat memainkan peran yang menjadi tanggung jawabnya. Termasuk guru yang juga berperan sebagai orang tua di sekolah.
"Terkadang korban tidak bisa terlihat dari sosoknya mungkin senang-senang saja tapi di dalamnya mereka merasa rapuh dan ini saya dorong kepada guru-guru untuk memiliki komunikasi yang lebih baik dan lebih dekat lagi pada anak muridnya agar bisa tercipta suasana nyaman dan murid bisa lebih terbuka tentang situasi yang dia rasakan," tegasnya.
Setop Perundungan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turut menyoroti kasus kekerasan di sekolah ini. KPAI menyesalkan aksi perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah saat masih jam belajar.
KPAI juga menyayangkan perundungan terjadi di lingkungan sekolah saat masih jam sekolah, di dalam kelas dan tidak ada pengawasan oleh pihak sekolah, misalnya guru piket. Anak lain di sekitar anak pelaku dan anak korban juga tidak ada yang melaporkan pada guru piket atau guru wali kelas. Tidak ada juga cctv di dalam kelas, sehingga tidak dapat dideteksi oleh pihak sekolah," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti, saat dikonfirmasi, Jumat (14/2).
KPAI melihat aksi kekerasan dilakukan anak-anak baik seperti di lingkungan saat ini salah satunya dipengaruhi perkembangan teknologi. Informasi masif di media sosial diterima anak-anak tanpa filter menjadi salah satu pengaruh kekerasan era digital. Oleh sebab itu, KPAI meminta orang tua lebih mengawasi penggunaan media sosial dilakukan anaknya.
KPAI mendorong para orangtua untuk ikut mengawasi media social anak-anaknya, sambil melakukan edukasi kepada anak-anak bagaimana menggunakan media social secara aman dan sehat,"ujar dia.
KPAI juga mendorong sekolah memiliki sistem pengaduan yang melindungi anak korban dan anak pelaku ketika mengadu. KPAI melihat kekerasan di dunia pendidikan juga terus terjadi karena sekolah tidak memiliki sistem pengaduan yang melindungi anak korban dan anak saksi.
Penanganan yang tidak melindungi korban, akan berpotensi kuat kalau pengadu/korban akan makin di bully fisik karena pelaku tidak terima kalau perbuatannya di laporkan kepada pihak sekolah seperti terjadi dalam kasus perundungan di Purworejo ini,"kata dia.
KPAI pun mendorong orang dewasa di sekitar anak juga harus memiliki kepekaan terhadap anak-anak yang mengalami perundungan. Jangan menganggap remeh dampak perundungan, karena dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Anak juga harus dididik berani bicara, berani menolak, speak up!".
(mdk/noe)