Pidato Penuh Emosional Bupati Puncak: Hati Saya Sedih, KKB Buat Kacau Hambat Pembangunan
Dia menyesalkan apa-apa yang sudah diprogramkan menjadi tidak bisa berjalan dengan semestinya karena KKB.
Masa jabatan Bupati Puncak Papua, Willem Wandik, segera berakhir. Willem mengungkap luapan amarahnya melihat keberingasan kelompok bersenjata di hadapan anggotan DPRD Kabupaten Puncak.
Pidato Penuh Emosional Bupati Puncak: Hati Saya Sedih, KKB Buat Kacau Hambat Pembangunan
Luapan Emosi Bupati
Bupati Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, Willem Wandik menyampaikan pidato terakhirnya di hadapan anggota DPRD Kaupaten Puncak. Willem sudah dua periode memimpin Kabupaten Puncak, Papua dan masa jabatannya akan selesai pada 24 September nanti.
Dalam sambutannya, dia bercerita bagaimana kekejian kelompok kriminal bersenjata (KKB) mengganggu kenyamanan warga Kabupaten Puncak. Tak hanya itu, keberadaan KKB juga membuat pembangunan di wilayahnya terhambat.
- Banyak Manfaatnya, Ini Pentingnya Bersikap Bijak dan Pandai Mengelola Emosi
- 30 Kata-Kata Kecewa Penuh Makna, Ungkapan Sedih dari dalam Hati
- Kaget Campur Emosi, Pemuda Ini Tikam Temannya Hingga Tewas Karena Nekat Menikahi Sang Ibunda
- Momen Pamitan Mahasiswa KKN Banjir Air Mata, Dipeluk Puluhan Bocah SD & Warga
Masalah Kabupaten Puncak Cukup Kompleks
Willem kembali mengenang masa-masa pertama kali menjabat. Kala itu, katanya, permasalahan di Kabupaten Puncak, Papua, cukup kompleks.
Dia tak tinggal diam. Berbagai terobosan dilakukan. Di tangan Willem, satu persatu terwujud. Kabupaten Puncak mendapatkan royalti dari PT Freeport Indonesia dan ditetapkan sebagai daerah penghasil bersama Kabupaten Intan Jaya, dan Paniai.
Status daerah penghasil membuat wilayah ini mendapatkan royalty Rp89 miliar setiap tahunnya dan menjadi PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Puncak.
Willem mengakui, keberadaan PT Freeport Indonesia sangat memberikan kontribusi kepada kabupaten yang baru dimekarkan seperti Puncak. Pembagian royalti akan membantu dalam PAD.
"Saya sebagai anak adat, anak daerah pemilik wilayah Grassberg tidak hanya bicara-bicara. Tetapi langsung bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga Kabupaten Puncak masuk dalam daerah penghasil. Royalti dari Freeport itu akan bermanfaat untuk pembangunan," kata Willem saat sidang paripurna DPRD Puncak.
Di tengah capaian itu, hambatan keamanan tak bisa dia pungkiri. Niat menjadikan Puncak sebagai wilayah yang bisa mensejahterakan rakyatnya tetapi yang terjadi sebaliknya.
Pembangunan terhambat aksi kejahatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Apa-apa yang sudah diprogramkan menjadi tidak bisa berjalan dengan semestinya.
"Hati saya sedih, Kabupaten Puncak hadir untuk menjawab, persoalan keterbelakangan, kemiskinan, ibarat sumber air sudah dekat, akan ada perubahan baik infraktur, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kita harus ada di distrik-distrik, tenaga kerja. Namun yang membuat kita kacau adalah, kelompok bersenjata, sehingga kita tidak bisa buat apa-apa, dulu dengan panah masih aman-aman saja, tapi sekarang pegang senjata, membuat daerah ini kacau, hambat pembangunan," ucap Willem lirih.
"Jika kita tetap begini, maka teman-teman kita yang daerah aman, 5 atau 10 tahun mendatang, besok mereka membangun SDM, dan mereka yang akan memimpin di kabupaten, provinsi bahkan nasional, Sementara generasi Puncak akan menjadi penonton hanya gara-gara ulah kita saat ini," ucap Willem geram.
Dia merasa sangat menyesal sampai akhir masa jabatannya pembangunan belum berjalan semestinya di Kabupaten Puncak Papua. Meskipun dia kerap kali mengatakan, mereka yang berjuang dengan kekerasan tak akan mendatangkan kemenangan.
"Saya pernah katakan, ko pegang senjata, tapi ko pu umur berapa saja? Sebentar meninggal tidak dapat apa-apa, namun pemerintah dan negara, serta tanah ini tetap ada. Yang saya sedih waktu berjalan, kita tidak bisa buat apa-apa untuk ditinggalkan bagi anak cucu kita, generasi mendatang, kita sangat berdosa untuk generasi kita ke depan," kata Willem.