Pihak Harun Al Rasyid yang Tewas Ditembak saat Tragedi Pemilu 2019 Belum Dapat Hasil Autopsi, Ini Kata Polri
Nama Harun kembali mencuat setalah calon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan mengundang dan akan membantu menjawab keadilan orangtua Harun, Didin.
Harun Al Rasyid (15) seorang pelajar yang tewas saat kerusuhan di kawasan Slipi, Jakarta Barat pada 22 Mei 2019 lalu.
- Bukan Bunuh Diri, Ini Hasil Autopsi Tahanan Tewas di Rutan Polsek Kumpeh Ilir Jambi
- Cerita Ayah Harun Al Rasyid Ditelepon Anies, Minta Izin Bantu Suarakan Keadilan dan Diajak Hadir Debat
- Penantian Empat Tahun Tak Berujung Keluarga Harun Al Rasyid, Korban Tewas Tragedi Pilpres 2019
- CEK FAKTA: Menelusuri Klaim Anies soal Harun Al Rasyid Pendukung Prabowo
Pihak Harun Al Rasyid yang Tewas Ditembak saat Tragedi Pemilu 2019 Belum Dapat Hasil Autopsi, Ini Kata Polri
Harun tewas pasca ikut dalam aksi protes hasil pemilu 2019.
Nama Harun kembali mencuat setalah calon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan mengundang dan akan membantu menjawab keadilan orangtua Harun, Didin Wahyudin dan Murniyati dalam debat perdana Capres (12/12) kemarin.
Didin menjelaskan pasca tragedi yang menimpa anaknya itu, mendapat pesan video dari salah seorang relawan telah menemukan bocah umur 15 tahun dengan luka sekujur tubuhnya yang penuh dengan luka. Hanya saja saat itu Didin belum sepenuhnya percaya bahwa bocah remaja itu adalah anaknya.
Lantas Didin coba memastikan dengan menghubungi salah seorang relawan yang mengirim video tersebut.
"Singkat cerita beliau (relawan itu) datang ada beberapa orang, lalu memperlihatkan video yang durasi enggak panjang, di video itu ada dalam ruangan ambulan yang sedang jalan dibawa seorang anak yang berlumuran darah sedang dibersihkan. Memang masih dalam keadaan bernyawa. Saya lihat dari atas Ampe bawah ternyata benar itu anak saya Harun," kata Didin kepada merdeka.com, Minggu (17/12).
Nahas, nyawa Harun tak tertolong ketika dibawa ke Rumah Sakit Dharmais.
Kala itu Harun masih berstatus seorang pelajar dan tidak ditemukan identitas, alhasil dilarikan ke RS Polri Kramatjati.
Didin melanjutkan, saat mendengar kabar anak keduanya dari tiga bersaudara itu dipindahkan ke RS Polri, ia hendak menjemput anaknya seraya memastikan lagi dan lagi bahwa itu adalah Harun.
Hanya saja, Didin kala itu masih dalam keadaan syok dilarang oleh keluarganya untuk menjemput almarhum. Alhasil pihak keluarga lain yang menjemput remaja SMP itu.
Singkat cerita Harun harus dilakukan autopsi terlebih dahulu dengan alasan dari kepolisian bahwa almarhum ditetapkan sebagai salah satu pelaku kerusuhan pasca pemilu 2019.
"Saya cuman lihat dari konferensi pers polisi Harun Al Rasyid ini perusuh itu yang buat saya sakit hati," pungkas dia.
"Saya juga melihat di konpers polisi bahwasanya Harun itu ditembak dengan jarak 11 meter, orang tersebut diri di atas trotoar dengan tangan kidal dia memakai senjata laras pendek," lanjut Didin.
Proses autopsi pun di tanda tangan oleh perwakilan keluarga Didin yang mengurus. Selepas proses autopsi kelar, hasilnya hingga kini tidak kunjung ada ditangan keluarga Didin justru membuat dirinya curiga.
"Mungkin ada sesuatu hal yang dicurigakan atau apa. Harusnya kan ada dan pakaian yang dipakai harusnya ada tapi enggak ada semua, hanya jenazah yang sudah dimandikan usai diautopsi," tandas dia.
Penjelasan Polri
Dihubungi secara terpisah, Kepala Rumah Sakit RS Polri Kramatjati, Brigjen Pol Hariyanto menyebut pihak perlu mengecek terlebih dahulu data akan hasil autopsi Harun.
Ia menjelaskan proses autopsi dilakukan atas permintaan dari penyidik yang melakukan penyidikan terhadap suatu kasus. Hasilnya pun hanya untuk penyidik.
"Kalau dari kedokteran forensik, kami melakukan autopsi berdasarkan permintaan tertulis penyidik. Hasil autopsi hanya untuk penyidik," ungkap Hariyanto saat dihubungi merdeka.com