Pria tewas dikeroyok di Sukawati ternyata pentolan Laskar Bali
Korban sempat dipepet dan dikejar hingga perumahan warga. Dia dihabisi di pekarangan rumah.
Seorang pria yang tewas usai diserang sekelompok pria bercadar di pekarangan rumah, pinggir jalan wilayah Sukawati, Gianyar, Bali, ternyata seorang tokoh ormas Laskar Bali asal Bangli. Korban diketahui bernama Dewa Gede Artawan alias Ajik Satria (51), asal Tembuku, Bangli.
Ajik tewas saat dalam perjalanan pulang selepas melayat dari rumah duka ketua DPC Laskar Bali Gianyar, Jumat (3/6), sekitar pukul 14.00 WITA.
Dari keterangan warga, saat itu mendiang Ajik mengendarai sepeda motor berboncengan dengan Komang Budi, asal Desa Batubulan, Sukawati. Mereka menuju ke arah Denpasar usai melayat dari Gianyar. Diduga korban memang sudah dibuntuti sejak awal.
Hingga di Jalan Raya Batubulan, korban diserempet dan terjatuh. Komang Budi rupanya tidak menjadi target, dia hanya dipukuli. Sedangkan Ajik Satria terus dikejar hingga masuk ke rumah-rumah penduduk.
"Saya sedang duduk di lorong, tiba-tiba ada orang berpakaian adat berlari, terus dikejar oleh tiga orang bercadar dengan menghunus pedang panjang. Orang itu kemudian lari ke pekarangan, rumah tetangga saya, dan saya lihat sudah tergeletak penuh darah," kata saksi warga setempat saat ditanyai polisi.
Menurut saksi itu, saat itu dia hanya melihat tiga orang berbadan besar menggunakan cadar kain hitam.
"Hanya tiga orang keluar dari pekarangan rumah sambil nenteng pedang sudah penuh darah. Terus kabur, saya tidak berani teriak," kata saksi Made RR.
Berselang beberapa menit, warga kemudian berdatangan ke rumah itu. Ternyata Ajik sudah terkapar tak bernyawa.
Kapolres Gianyar, AKBP Waluya, saat ditemui di TKP mengatakan, pihaknya masih mengusut dan meminta keterangan sejumlah saksi.
"Kami belum depat menjelaskan motif di balik pembunuhan ini. Dari informasi sementara, korban dikejar sekelompok orang bercadar lanjut dianiaya hingga tewas. Kami masih menunggu keterangan rekan korban yang selamat dan kini masih dirawat di RSU Ganesa, Celuk, Sukawati," kata Waluya.