Protes keluarga penumpang selama misi pencarian AirAsia
"Lama prosesnya, delapan hari baru 30 korban yang ditemukan," kata Ongko.
Hingga hari ke-10, Blackbox pesawat AirAsia QZ8501 belum juga ditemukan. Korban pun baru ditemukan 37 orang, dan belum banyak korban teridentifikasi.
Dari sisi waktu, keluarga keluarga korban mulai merasa tidak sabar karena proses evakuasi dan identifikasi mereka anggap sangat lambat. Karena memang belum banyak yang bisa ditemukan.
Ongko Gunawan, salah satu keluarga korban berharap para korban segera ditemukan secepatnya. Dia berharap adik dan keponakannya segera ditemukan.
"Lama prosesnya, delapan hari baru 30 korban yang ditemukan," kata Ongko di Surabaya, Minggu (4/1).
Tak cuma protes soal lambannya pencarian korban. Banyak protes dilontarkan oleh keluarga korban, termasuk kepada para media yang meliput.
Berikut berbagai protes yang dilontarkan para keluarga korban AirAsia QZ8501, seperti yang berhasil dihimpun merdeka.com, Selasa (6/1/2014):
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Kapan pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada 2 Oktober 1987. Awalnya beroperasi dalam maskapai Kanada Wardair dengan registrasi C-FGWD, Wardair lalu diakuisisi oleh Canadian Airlines International pada tahun 1989 dan operasi mereka terkonsolidasi dan terintegrasi di bawah panji Canadian Airlines.
Putri pilot AirAsia protes media TV salahkan papanya
Perasaan Angela Anggi Ranastianis, putri pilot AirAsia QZ8510 rute Surabaya-Singapura Kapten Iriyanto sedih bercampur kesal. Dia sedih memikirkan kondisi ayahnya yang hingga kini belum pasti dan kesal dengan pemberitaan media.
Kekesalan itu dia tuangkan dalam media sosial Path miliknya. Angela marah karena seolah-olah pemberitaan di televisi menyudutkan ayahnya.
"Semakin kesini TV semakin mencari kesalahan pada pilot. Tolong, utk saat ini fokuskan untk mencari papa saya. Papa saya blm ktmu. Jangan ngmng ini itu tentang papa saya," tulis Angela seperti dikutip merdeka.com, Sabtu (3/1).
Menurut Angela, saat ini keberadaan ayahnya masih belum diketahui. Dia pun memohon agar media televisi tidak menyalahkan ayahnya.
"Papa saya keadaannya msh blm tau dimana. Please utk semua Stasiun TV utk tdk membuat berita yg seolah-olah menyalahkan papa saya. Mengerti keadaan klrga saya bagaimana kan?" tulisnya lagi.
Keluarga korban AirAsia kesal kesedihan mereka diabadikan media
Biasanya, setiap ada jenazah korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 yang berhasil diidentifikasi, akan dilakukan jumpa pers dan upacara seremonial penyerahan jenazah. Namun sejak hari ini, upacara penyerahan jenazah mulai ditiadakan.
"Hari ini tidak ada seremonial penyerahan jenazah. Langsung kami serahkan kepada keluarga," kata Kombes Pol Awi Sutiono, Kabid Humas Polda Jawa Timur, Sabtu (3/1).
Biasanya wartawan bebas meliput acara upacara penyerahan jenazah dari Polri ke AirAsia. Kemudian dilanjutkan dari AirAsia akan menyerahkan kepada keluarga korban. Upacara biasanya digelar di dalam rumah sakit Bhayangkara.
Namun karena ekspos yang dianggap berlebihan oleh keluarga, akhirnya acara itu ditiadakan. Keluarga keberatan, kesedihan mereka dipotret, diabadikan bahkan disiarkan secara live.
Nada keberatan juga disampaikan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang mengaku mendapat pengaduan dari para keluarga korban. Mereka mengaku keberatan dengan ekspos kesedihan para korban.
"Tanya ke saya saja, jangan keluarga korban. Mereka sedang bersedih, kalau pingin tanya banyak hal tanya saya saja. Kasihan mereka, sedang susah," kata Risma berulang-ulang.
Keluarga keluhkan proses evakuasi lambat
Blackbox pesawat AirAsia QZ8501 belum juga ditemukan. Korban pun baru ditemukan 37 orang, dan belum banyak korban teridentifikasi.
Dari sisi waktu, keluarga mulai merasa tidak sabar karena proses evakuasi dan identifikasi yang sangat lambat. Karena memang belum banyak yang bisa ditemukan.
Ongko Gunawan, salah satu keluarga korban berharap para korban segera ditemukan secepatnya. Dia berharap adik dan keponakannya segera ditemukan.
"Lama prosesnya, delapan hari baru 30 korban yang ditemukan," kata Ongko di Surabaya, Minggu (4/1)
Ongko antara sabar dan tidak sabar sedang menunggu kepastian kabar adik kandungnya Kusuma Chandra, adik iparnya Ong Sherly dan keponakannya Kho Fera Chandra (19). Mereka berangkat dari Surabaya menuju Singapura untuk berlibur.