Psikolog: Cara polisi tangkap dan tahan siswa SD ganggu psikis anak
Menurut Violeta, jika polisi melakukan cara kekerasan, dikhawatirkan akan berimbas pada mental si anak itu sendiri.
Kasus penangkapan enam siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 012 Pangkalan Kerinci kabupaten Pelalawan, Riau, yang dilakukan personel Kepolisian Sektor Pangkalan Kerinci dinilai akan mengganggu psikis dan membuat anak-anak semakin agresif.
Pengamat psikologi Anak Pekanbaru, Violeta saat dihubungi melalui selulernya Selasa (24/3) sangat menyayangkan perbuatan penegak hukum dalam menindak anak-anak yang masih sangat labil tersebut. Anak-anak dipaksa mengaku dengan bentakan dan ancaman.
"Jelas salah, akibatnya ada dua kemungkinan, bisa jadi mengaku karena takut disalahkan atau terpaksa mengaku meski tidak berbuat kesalahan. Harusnya ini menjadi faktor yang diperhatikan oleh kepolisian, khususnya dalam menindak anak-anak," kata Violeta.
Dalam menjalankan penyelidikan terhadap anak di bawah umur, kata Violeta, harus ada perlakuan khusus dari polisi, mulai dari penangkapan, interogasi sampai dengan proses penahanan.
"Proses interogasi kepada anak berbeda, tidak bisa mengancam seperti pelaku kejahatan lainnya dan wajib didampingi oleh psikolog atau unit Perlindungan Perempuan dan Anak," kata Violeta.
Menurut Violeta, jika polisi melakukan cara kekerasan, dikhawatirkan akan berimbas pada mental si anak itu sendiri. Bisa jadi anak akan semakin keras dan agresif, atau malah penakut, pendiam dan tertutup.
"Harusnya ada Standar Operasional Prosedur pada anak. Ada pendekatan khusus, tidak bisa to the point begitu, apalagi dengan cara frontal," kata dia.
Dan yang paling penting, sambung Violeta, polisi harus mencari penyebab kenapa sang anak bisa sampai berulang kali melakukan aksi kejahatan serupa. Ini bisa melibatkan para pakar untuk mencari solusi, dan bukan diberi sangsi rata sebagaimana pelaku yang sudah dewasa.
"Harus ada solusi, bukan digertak begitu. Kita harus mencari apa penyebab masalah, apakah karena tekanan di rumah, pergaulan dan lingkungan, atau kesalahan pada pola asuh. Semua faktor harus dikaji dan didalami. Barulah kita rehabilitasi dengan melibatkan orang tua dan sekolah," tandasnya.
Baca juga:
'Polisi jebloskan siswa SD ke sel itu pelanggaran HAM'
Dilaporkan mencuri, murid SD ditangkap polisi saat belajar
Jenguk anaknya ke sel, Neliati dipersulit anggota polisi
Kepala sekolah SMP di Riau lecehkan siswi sedang nyapu kelas
Tak ada air di sekolah, anak pelosok ini jalan 5 km naik gunung
Tantang maut,anak SD ke sekolah seberangi sungai dengan seutas tali
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Siapa yang ditugaskan untuk memantau anak yang bermasalah di sekolah? “Orang tua harus terlibat aktif mendidik putra-putrinya. Di sekolah kita menekankan kepada guru BP untuk melakukan pemantauan terhadap anak-anak yang memiliki perilaku khusus, misalnya yang mengarah pada perilaku bullying dan tawuran,” kata Halim dikutip dari ANTARA.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Di mana Laskar Pelangi bersekolah? Novel Laskar Pelangimenceritakan tentang kehidupan 10 anak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka berasal dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan di suatu sekolah yang penuh dengan keterbatasan.
-
Dimana pemuda itu bertemu polisi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @bgd.info memperlihatkan seorang Polisi sedang menolong pemuda yang berjalan kaki di jalan tol Cipularang KM 127.
-
Siapa yang harus bertanggung jawab atas keamanan anak di sekolah? Satuan pendidikan harus menyadari mereka memiliki tugas dan fungsi perlindungan anak, selain tugas layanan pembelajaran.