Raja Belanda Pesan Batik Seharga Rp950 Ribu di Yogyakarta
Raja Belanda ini mengambil batik yang dipesannya sejak Januari 2020 lalu di Iwan Setiawan yang merupakan warga Kampung Cyber. Iwan sendiri adalah pemilik Galeri Batik'e Lok Iwan.
Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima berkunjung ke Yogyakarta. Setelah sempat menemui Sultan HB X di Keraton Yogyakarta, Raja Belanda sempat mengambil batik pesanannya di Kampung Cyber, RT 36 RW 09, Patehan, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.
Raja Belanda ini mengambil batik yang dipesannya sejak Januari 2020 lalu di Iwan Setiawan yang merupakan warga Kampung Cyber. Iwan sendiri adalah pemilik Galeri Batik'e Lok Iwan.
-
Mengapa museum batik Yogyakarta dibangun? Museum Batik Yogyakarta beralamat di Jalan Doktor Sutomo No. 13A, Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. Museum ini dinyatakan sebagai museum batik pertama dan terlengkap di Yogyakarta pada tahun 1973 dan diresmikan pada tahun 1979. Pada tahun 2001, museum ini mendapatkan sertifikat dari UNESCO sebagai warisan kultur dunia. Keberadaan museum batik Yogyakarta ini telah mengangkat derajat Kota Yogyakarta dengan diberikannya nama Kota Batik oleh WCC pada tahun 2014 lalu. Dikutip dari Liputan6.com, Museum Batik Yogyakarta dibangun oleh pasangan Hadi Nugroho dan R. Ng. Jumima Dewi Sukaningsih. Museum itu dibangun karena keprihatinan para pengrajin batik dengan munculnya batik printing. Saat itu, kehadiran batik printing sangat terlihat.“Karena itu nilai batik di tengah masyarakat mulai memudar. Batik bukan hanya selembar kain, tapi di dalamnya ada makna, doa, simbol, dan ada pula harapan,” kata Pemandu dan Pembatik Museum Batik Yogyakarta, Didik Wibowo, dikutip dari liputan6.com.
-
Siapa pengusaha batik legendaris dari Jogja yang dijuluki "Raja Batik"? Banyak orang menjulukinya “Raja Batik”. Dikutip dari Liputan6.com, Haji Bilal lahir dan tumbuh besar di Kampung Kauman.
-
Siapa yang membangun museum batik Yogyakarta? Dikutip dari Liputan6.com, Museum Batik Yogyakarta dibangun oleh pasangan Hadi Nugroho dan R. Ng. Jumima Dewi Sukaningsih.
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Di mana Batik Sampan dibuat dan terkenal? Di Provinsi Sumatra Barat terdapat salah satu identitas batik yang cukup legendaris, yaitu Batik Sampan yang lahir di Dusun Sampan, Punggung Lading, Kota Pariaman.
Iwan mengatakan, dirinya mengerjakan secara manual batik yang dipesan Raja Belanda itu. Batik itu dikerjakan dalam waktu 5 hari.
"Batik karya saya bergaya klasik kontemporer. Saya tetap mempertahankan ragam motif klasik. Hanya saya kombinasi motif dan warna modern bisa dilihat dari goresan canting ke setiap kain," katanya, Rabu (12/3).
Dia memakai konsep 'menumpuk' motif dalam membuat batik untuk Raja Belanda. Iwan merinci berbagai motif klasik, seperti corak Kawung, Parang Rusak sampai Truntum ada dalam kain batik pesanan Raja Belanda.
Iwan menerangkan Raja Belanda tak memilih corak atau motif batik secara khusus. Raja Belanda, sambung Iwan memercayakan motifnya kepada dirinya sebagai desainer.
"Klasiknya tetap saya pertahankan sebagai ciri khas utama. Kalau gaya kontemporernya dari gerakan ekspresif. Liukan canting lalu pakai kuas sampai centong dalam menorehkan lilin malam di permukaan kain," ungkapnya.
Iwan mengungkapkan batik pesanan Raja Belanda ini dihargainya Rp 950 ribu. Dia merinci harga tersebut sudah termasuk biaya menjahit menjadi kemeja lengan pendek.
"Tidak nuthuk (menaikkan harga). Itu sekaligus jahitnya. Yang mahal puringnya karena ukurannya cukup besar," urainya.
"Bangsawan dari Belanda pesan batik saya. Ini luar biasa sekali sampai saya tidak bisa berkata-kata. Ini apresiasi yang luar biasa bagi karya saya," tutup Iwan.
(mdk/fik)