Ratusan peneliti bentuk konsorsium riset bidang hankam
Konsorsium ini juga melibatkan PT Pindad, PTDI, PT PAL, dan PT LEN.
Ratusan peneliti dari sejumlah Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia membentuk tim konsorsium untuk mengembangkan riset di bidang pertahanan dan keamanan. Selain peneliti, konsorsium juga melibatkan pelaku industri strategis bidang pertahanan dan keamanan. Antara lain PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia serta PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN).
Rektor UNS Solo, Prof DR Ravik Karsidi, kepada wartawan di Kampus UNS Solo, mengatakan, tim konsorsium dalam workshop konsorsium riset pertahanan keamanan yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo akhir pekan lalu telah menyepakati lima poin penting.
"Workshop dihadiri 168 peneliti dari berbagai universitas. Mereka sepakat adanya pertemuan lanjutan tim konsorsium dalam bentuk tim riset yang lebih fokus pada riset persenjataan, pesawat tempur dan pengintai, kapal perang, roket serta mekatronika sistem persenjataan," ujar Ravik, Senin (15/8).
Ravik menjelaskan, grup riset di bawah PT Pindad akan fokus pada riset persenjataan. Grup riset di bawah PT Dirgantara Indonesia akan fokus pada usulan riset topik pesawat tempur dan roket. Sedangkan grup riset di bawah PT PAL akan fokus mengawal usulan riset tentang kapal selam dan kapal perang termasuk coating anti radar. Grup riset di bawah PT LEN akan fokus pada pengembangan instrumen sistem mekatronika persenjataan.
"Usulan riset akan diajukan ke Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS). Riset bidang pertahanan dan keamanan tersebut didukung oleh dua direktorat jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti)," ucapnya.
Menurut Ravik, riset bidang pertahanan dan keamanan bertujuan untuk membangkitkan semangat kerjasama dan juga untuk mendekatkan antara masyarakat dengan TNI dan akademisi guna mempercepat proses hilirisasi.
Danrem 074/Warastratama, Kolonel Inf Maruli Simanjuntak menyambut baik dengan dibentuknya tim konsorsium riset bidang pertahanan dan keamanan tersebut.
Dalam persenjataan, kata dia, pihaknya khawatir jika terus mendapatkan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari luar negeri.
"Peran PT dalam mengembangkan riset bidang pertahanan dan keamanan sangat dibutuhkan. Apalagi saat ini usia Alutsista yang dimiliki TNI banyak yang sudah tua. Kami mengapresiasi peran UNS dalam penyelenggaraan pameran Alutsista UNS-TNI Technomilitary pekan lalu," tuturnya.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
-
Bagaimana Dr. Sardjito membuat ransum TNI? Kecerdikan Sardjito dalam membuat ransum melahirkan inovasi bernama 'Biskuti Sardjito'. Bentuknya yang bulat bisa memberikan energi untuk para tentara ketika di medan perang.
Baca juga:
Anggaran riset minim, penelitian di kampus Indonesia terseok-seok
Riset: 2030, populasi lansia bakal dominan di 56 negara
Pemangkasan anggaran Kemhan akan berdampak pada kesiapan tempur TNI
TNI AD uji coba roket buatan Brasil di Pantai Bocor Kebumen
Jokowi tegaskan pembelian alutsista sesuai kebutuhan bukan keinginan
Presiden Jokowi wajibkan pakai alutsista produksi dalam negeri