Reaksi keras keluarga korban tabrakan, Kapolda Sumsel sebut saudara
Reaksi keras keluarga korban tabrakan, Kapolda Sumsel sebut saudara. "Saya tegaskan sekali lagi, saya bertanggung jawab bahwa kami tidak ada hubungan keluarga dengan polisi itu (Brigadir K)," sambung Adik ipar almarhumah Surini (54), Matsa (54).
Kasus berondong tembakan yang dilakukan seorang polisi di Lubuklinggau memasuki babak baru. Brigadir K yang memuntahkan lebih dari lima peluru ke satu keluarga yang menumpang Honda City sudah ditetapkan sebagai tersangka pada pekan lalu.
Penetapan tersangka dilakukan tes psikologi bahwa Brigadir K dalam keadaan cukup sadar menggunakan senjatanya.
"Masih layak menggunakan senjata api, bisa dipertanggungjawabkan. Itu hasil pemeriksaan psikologi," ungkap Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
Agung menambahkan, anak buahnya terpaksa dipidana karena lalai saat bertugas yang menyebabkan warga sipil tertembak.
"Hukum proses individual, pidana masih tetap jalan," jelas dia.
Dia tengah proses hukum yang berjalan pada Brigadir, kesehatan empat orang yang menjadi korban penembakan Brigadir K mulai membaik. Hanya saja, mereka sempat emosi saat mendengar ungkapan Irjen Pol Agung Budi.
Agung mengklaim ternyata Brigadir K masih memiliki hubungan keluarga dengan para penumpang Honda City yang menjadi korban. Informasi itu, kata dia, atas pengakuan kerabat korban saat bertemu di Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang tadi pagi.
"Tadi ngobrol dengan Pakde Almarhum Indra, bahwa Brigadir K ada famili dengan korban," ungkap Agung, Senin (24/4).
Meski Brigadir K punya hubungan keluarga dengan korban, Agung berjanji tetap proses anak buahnya secara hukum sesuai Pasal 359 junto 360 (1) KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan korban jiwa dengan ancaman di atas lima tahun penjara.
"Tetap kita proses walaupun masih ada hubungan keluarga," janji Agung.
Pernyataan Agung mengundang dari reaksi dari keluarga korban yang tengah berduka. Adik ipar almarhumah Surini (54), Matsa (54) mengatakan, keluarga mereka sama sekali tidak punya hubungan dengan Brigadir K.
"Tidak benar, itu bohong. Jangan kan keluarga, kenal saja tidak, bagaimana ada hubungan keluarga," ungkap Matsa saat dihubungi merdeka.com, Selasa (25/4).
Matsa tidak mengetahui maksud Kapolda Sumsel menyatakan demikian. Sebagai warga biasanya, dia dan keluarganya tulus menjalani hidup dan mencari nafkah.
"Maksudnya apa tidak tahu, apa ada kepentingan lain, kurang paham. Yang paham kami ke ladang, bertani, dan makan," ujarnya.
Dipastikan apa yang disampaikan soal Brigadir K benar adanya. Dia tegaskan Brigadir K tak punya hubungan famili dengan mereka yang menumpang mobil tersebut.
"Saya tegaskan sekali lagi, saya bertanggung jawab bahwa kami tidak ada hubungan keluarga dengan polisi itu (Brigadir K)," sambungnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Honda City hitam bernomor polisi melaju kencang di pertigaan Jalan Fatmawati Kecamatan Lubuk Linggau Timur I, Sumatera Selatan pada Selasa (18/4) pagi kemarin. Mobil itu ditumpaingi sekeluarga terdiri dari lima orang dewasa dan seorang balita laki-laki berusia tiga tahun.
Tiba-tiba, di ujung jalan, Diki (30), sopir yang mengemudi kaget melihat sejumlah polisi menggelar razia. Entah apa di pikiran Diki, dia tetap menekan pedal gas mobil yang datang dari arah Curup menuju Palembang dengan kecepatan maksimal saat disetop polisi.
Usaha kaburnya sempat mengenai seorang polisi. Melihat gelagat tak baik dari Diki, polisi melakukan pengejaran. Diki cukup kencang memacu roda empat itu. Polisi sempat meletuskan tembakan namun tak diindahkan. Hingga akhirnya peristiwa mencekam terjadi.
Sejumlah polisi yang melakukan pengejaran tiba-tiba saja memberondong tembakan ke arah mobil. Muntahan peluru melesat mengenai bodi hingga kaca mobil. Meski kondisi cukup mencekam, Diki tak coba memperlambat laju kendaraannya. Sampai tembakan kembali diarahkan ke mobil hingga mengenai semua penumpang yang hendak menghadiri hajatan.
Satu penumpang atas nama Surini (54) tewas seketika setelah tertembak di bagian dada. Sementara lima lainnya termasuk balita mengalami luka terkena tembakan. Dewi (35) tertembak di bahu, Indra (33) tertembak di leher, Novianti (30) dan bocah Genta (2) terkena tembakan di kepala,serta Diki (30) terluka di perut akibat peluru polisi.
"Polisi marah-marah kenapa tidak mau berhenti. Saya masih sadar walaupun sudah kena tembakan di bahu dan punggung," kenang Novi, salah satu korban soal suasana mencekam saat penemabakan.
Baca juga:
Kapolres Lubuk Linggau akui keliru dalam insiden penembakan
Ini video usai polisi menembaki sekeluarga dalam Honda City
Sopir Honda City hindari razia karena STNK mati dan tak punya SIM
Mabes Polri dalami aksi penembakan polisi di Lubuk Linggau
Keluarga korban sebut polisi berdalih Surini tewas karena kecelakaan
Korban insiden Lubuklinggau baru dievakuasi usai marahi polisi
Insiden Lubuk Linggau, korban sebut polisi tembaki mobil dari dekat
-
Kenapa polisi menduga keluarga itu bunuh diri? Mereka tidak ditemukan unsur kekerasan di lokasi kejadian. "Kalau melihat kondisi rumah, rumah hanya satu pintu ke depan. Di belakang ada jendela, tetapi tidak ada kerusakan sama sekali. Pintu juga tidak rusak, barang-barang dalam kamar masih tersusun rapi," jelas AKP Gandha Syah Hidayat di lokasi kejadian, Selasa (12/12).
-
Mengapa polisi mengancam akan menjerat keluarga para pelaku? Polisi mengancam keluarga dapat dijerat Pasal 221 KUHP karena dianggap menyembunyikan atau penghalang pelaku kejahatan.
-
Apa yang membuat polisi curiga dengan tali yang dipakai mengikat satu keluarga? "DNA yang ada di tali ya, yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara). Satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban. Itu yang kami lakukan pemeriksa intinya itu," ucapnya, Senin (18/3).
-
Bagaimana polisi menangani dua pria yang bertengkar di acara hajatan tersebut? Demi mengembalikan kesadaran para pelaku, polisi pun melakukan tindakan. Keduanya diguyur air kolam yang berlokasi di kantor setempat.
-
Kapan gadis tersebut melapor ke polisi? Korban merupakan warga Old City, Hyderabad. Dia berjalan sendirian ke kantor polisi dua tahun lalu dan mengajukan laporan terhadap ayahnya.
-
Apa yang dilakukan polisi kepada pemuda itu? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya