Kapolda Sumbar: Polisi Langgar Etik Kami Tindak, Tapi Remaja Tawuran Bawa Sajam Tak Mungkin Dielus-elus
Sebanyak 17 polisi diproses etik karena diduga menganiaya belasan pelajar yang akan tawuran.
Sebanyak 17 polisi diproses etik karena diduga menganiaya belasan pelajar yang akan tawuran.
Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono memastikan 17 anggotanya akan diproses etik terkait dugaan penganiayaan terhadap belasan remaja yang hendak melakukan tawuran.
Namun demikian, dipastikan ke-17 anggotanya itu tidak terkait dengan tewasnya Afif Maulana, remaja SMP yang ditemukan meninggal di bawah jembatan Keranji, Padang, Minggu (9/6) lalu.
"Yang melanggar disiplin sudah kami tindak, kami periksa, kami berkas, kami persiapan untuk sidang, ada 17 orang saat ini. Tetapi itu yang terjadi di Polsek Kuranji," ujar Suharyono saat dikonfirmasi, Kamis (4/7).
Suharyono mengatakan ke-17 anggota itu diduga melanggar etik perihal pengamanan terhadap 18 remaja yang terlibat tawuran. Meski sempat diamankan, dia pastikan belasa remaja itu tidak mengalami luka serius. Meskipun saat pemeriksaan diduga terdapat tindakan kurang etis terkait penanganan terhadap belasan remaja itu.
"Menangkap pelaku kejahatan yang membawa sajam, klewang, begitu kok satu. Diampuni dengan dielus-elus, ya tidak mungkin. Tapi memang ini ada hal-hal yang mungkin kurang etis, sehingga itulah yang muncul di permukaan," terangnya.
Suharyono menegaskan 17 anggota yang bakal disidang etik tidak terkait kematian Afif Maulana. Sebab dari ke-18 remaja yang diamankan, tidak ada nama Afif Maulana dalam daftar yang ada di Polsek Kuranji.
"Anggota kami enggak pernah menangani Afif Maulana. Afif Maulana itu sudah meloncat itu. Andai kata Afif Maulana menyerah, ya bersama-sama yang lain, ya tidak akan meninggal. Andai kata Afif Maulana itu kemudian mengikuti anjuran dari Aditya berdua di situ," ujar Suharyono.
Suharyono memastikan selama ini proses penyelidikan telah berjalan sesuai prosedur. Dia pun membantah dituding merekayasa kasus, karena kematian Afif Maulana yang melompat dari jembatan telah ada barang bukti.
"Intinya yang saya sampaikan itu Demi Allah yang sebenar-benarnya. Saya tidak mengada-ada dari fakta yang ada, karena saya takut kalau saya itu merekayasa saya bukan takut sama manusia saya takut sama Allah dunia akhiran mas pimpinan itu tanggung jawabnya," kata dia.
"Yakini itu kami akan tegak lurus demi institusi Polri. Saya juga akan sangat menghormati pimpinan Polri karena saya adalah bagian dari polri apalagi saya kapolda paling bertanggung jawab, resiko apapun kami hadapi," ujarnya.
Kapolda Sumbar menepis dugaan sejumlah pihak yang menilai korban meninggal karena dianiaya polisi.
Baca SelengkapnyaKapolda Sumbar Akui 17 Anggota Sabhara Lakukan Pelanggaran, Kematian Pelajar SMP Masih Diselidiki
Baca SelengkapnyaAfif Maulana, pelajar SMP di Sumbar ditemukan tewas diduga akibat penganiayaan dari polisi.
Baca SelengkapnyaKapolda Sumbar Buka-Bukaan Kronologi Tewasnya Bocah SMP Afif Maulana
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikannya menyusul pernyataan Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyono di Mapolresta Padang, Minggu (23/6).
Baca SelengkapnyaPerkara ini awalnya telah dilakukan upaya perdamaian antara kedua belah pihak. Hanya saja tidak menemui titik terang
Baca SelengkapnyaKapolda Sumbar Dilaporkan Ke Propam Polri Buntut Kasus Kematian Afif Maulana
Baca SelengkapnyaKapolda memutuskan terhitung mulai 31 Januari 2024, Bripka NA diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas Bintara Polri.
Baca SelengkapnyaKepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Tengah begitu membaur dengan para satpam hingga mendapat julukan menarik perhatian. Apakah itu?
Baca Selengkapnya