Rentetan Bencana dan Rusaknya Jantung Khatulistiwa
Belum habis bulan pertama di tahun 2021, Tanah Ibu Pertiwi bergetar hebat diguncang berbagai rentetan bencana alam. Mulai dari longsor, banjir sampai erupsi gunung. Ratusan orang meninggal dunia.
Tanah Ibu Pertiwi bergetar hebat. Belum genap tiga minggu tahun 2021 berjalan, banyak bencana alam menerjang Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 154 bencana alam menimpa Indonesia per tanggal 1-18 Januari 2021. Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor merupakan bencana yang paling banyak terjadi.
-
Dimana saja lokasi rawan banjir di Kabupaten Banyumas? Wilayah rawan longsor di Kabupaten Banyumas, antara lain Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Gumelar, Pekuncen, Lumbir, Banyumas, Ajibarang, dan Kedungbanteng. Sementara wilayah rawan banjir di antaranya Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Lumbir, dan Wangon,"
-
Kapan situs Lajia mengalami bencana alam? Meski bencana alam yang mengubur lokasi itu masih diperdebatkan, diyakini wilayah itu mengalami kombinasi gempa bumi dan banjir dari Sungai Kuning dan air deras pegunungan. Bencana itu menyapu bersih seluruh pemukiman di kawasan tersebut, hingga mengingatkan orang pada tragedi yang dialami Kota Pompeii di zaman Romawi kuno ketika seluruh kota terkubur oleh letusan Gunung Vesuvius ada 79 sebelum Masehi.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Apa yang terjadi di tengah banjir di Kebon Pala? Seekor ular muncul di tengah banjir yang merendam permukiman warga di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta, Jumat, (1/12/2023).
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan? Sisa-sisa kuno bagian bumi yang telah lama hilang ditemukan di Kalimantan. Penemuan lempeng Bumi yang diyakini berusia 120 juta tahun.
-
Di mana Benteng Klingker Fort Banjoenjapa berada? Benteng ini berada di tengah belantara hutan Pulau Nusakambangan.
Sedikitnya 140 orang meninggal dunia. 776 Warga luka-luka akibat bencana alam tersebut.
154 Bencana alam berturut-turut dalam 3 minggu terakhir ini menandakan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. BNPB dan Basarnas harus bekerja ekstra keras di awal tahun 2021 ini. Rentetan bencana alam yang terus melanda tanah air jadi tantangan.
Berawal dari bencana longsor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tebing setinggi 20 meter dengan panjang 40 meter itu menimpa belasan rumah di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung pukul 16.00 dan 19.00 WIB.
Pada 18 Januari, BNPB melaporkan seluruh warga yang tertimpa longsor sudah ditemukan. 40 Orang dinyatakan meninggal dunia.
pencarian korban longsor Sumedang
Tiga hari setelahnya, gempa bumi mengguncang Kabupaten Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. Gempa yang terjadi pada 15 Januari pukul 01.28 WITA itu berkekuatan magnitudo 6,2.
Hingga Selasa (19/1) sore, 90 orang dinyatakan meninggal dunia. 253 Orang luka berat, dan 679 lainnya luka ringan. Sementara itu, 1.150 rumah dan 15 sekolah rusak. Belum lagi kantor pemerintah, jembatan dan pertokoan luluhlantah dihantam gempa.
"90 Korban meninggal dunia, 79 orang ditemukan di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majene. Jumlah warga yang mengungsi berkurang drastis. Informasi awal 20 ribu pengungsi, hari ini tinggal 7.255 orang di Mamuju dan di Majene tinggal 2.650 orang," kata Komandan Resort Militer (Danrem) 142/Tatag, Brigjen TNI Firman Dahlan saat konferensi pers yang disiarkan di Youtube BNPB Indonesia, Selasa (19/1).
Tepat di hari yang sama, media sosial di Indonesia sempat dihebohkan dengan trending topic twitter #KalseljugaIndonesia. Pada hari itu, banyak warga Kalsel yang meminta bantuan melalui Twitter karena wilayah Kalimantan Selatan dilanda banjir sejak 11 Januari 2021.
Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Sahbirin Noor menetapkan status tanggap darurat bencana untuk wilayah Kalsel pada 14-21 Januari 2021. Sampai saat ini, BPBD Kalsel pun masih terus mendata jumlah korban jiwa dan warga yang terdampak banjir setinggi 1-2 meter itu.
Data terakhir yang dilaporkan pada 18 Januari lalu, 15 orang meninggal dunia dan 39.549 warga mengungsi karena 24.379 rumah terendam banjir.
jembatan putus akibat banjir
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, banjir yang melanda kali ini merupakan banjir terbesar semasa ia hidup.
Dia yakin, penyebab banjir tersebut bukan hanya karena tingginya curah hujan saja, seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo saat datang ke Kalsel. Kisworo mengatakan, penyebab banjir yang ‘menghilangkan’ dua kecamatan itu karena deforestasi hutan dan degradasi lahan.
"2006 Kalsel pernah banjir besar juga, tapi tidak separah ini. Banjir kali ini yang terparah. Saya mendesak Pak Jokowi untuk memanggil semua pemilik perusahaan, tambang, sawit, dan sebagainya. Kita juga mendesak agar dibuat Satgas atau komisi khusus untuk mereview dan mengaudit semua izin-izin," kata Kisworo kepada merdeka.com, Senin (17/1).
Dia merinci data yang dimiliki Walhi. Dari 3,7 juta hektare luas lahan di Kalimantan Selatan, 1,2 juta hektare dikuasai pertambangan, tepatnya 1.219.461,21 hektare.
Sementara itu, 620.081,90 hektare sudah dikuasai kelapa sawit, 567.865,51 hektare Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alamatau Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), dan 234,492,77 hektar Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA).
peta lahan di Kalsel©2021 Walhi
Sementara itu, luas hutan sekunder tersisa 581.188 hektar dan hutan primer hanya 89.169 hektar. Walhi juga mencatat, terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan tambang batubara di Kalsel dan sebagian lubang tersebut masih berstatus aktif.
Namun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menepis pernyataan Walhi. Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai KLHK, Saparis Soedarjanto mengungkapkan, penyebab utama banjir besar di Kalsel yakni karena curah hujan yang tinggi.
"Hujan lah faktor utama yang menyebabkan banjir, karena tinggi sekali. Kalau kita pakai return periode, hujan sebesar itu di daerah Kasel ternyata terjadi hampir 100 tahun sekali. Jadi biasanya return period dipakai untuk menghitung bendungan biasanya perhitungan bendungan menghitung yang nilai maksimum," kata Saparis dalam konferensi pers virtual KLHK, Selasa (19/1).
Pernyatan KLHK ini senada dengan pernyataan Presiden Jokowi saat meninjau korban banjir di Kalse (18/1).
"Curah hujan yang sangat tinggi hampir 10 hari berturut- turut sehingga daya tampung sungai barito yang biasanya menampung 230 juta meter kubik sekarang ini masuk air sebesar 2,1 miliar kubik air sehingga memang meluap di 10 kabupaten," kata Jokowi.
Banjir bukan hanya menggenang wilayah Kalimantan Selatan saja. Namun juga menggenangi ratusan rumah di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Tepatnya 533 rumah warga terendam banjir setinggi satu meter.
Akibatnya 2.752 jiwa terdampak. Selain itu, 115 hektare lahan sawah dan 2 hektare kebun, satu unit masjid, posyandu, serta satu unit puskesmas pembantu juga ikut terendam banjir.
Bencana hidrometeorologi juga terjadi di daerah lain di Indonesia. Banjir juga terjadi di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. BPBD Kabupaten Majalengka melaporkan, sebanyak 40 rumah dan 4 hektare lahan sawah terendam banjir setinggi 70 centimeter itu. BPBD Majalengka pun masih mendata jumlah korban jiwa.
banjir di Majalengka©2021 Merdeka.com
Belum selesai mendata jumlah korban jiwa di Majalengka, daerah di Provinsi Jawa Barat lainnya juga tergenang banjir. Kali ini banjirnya cukup besar karena 900 jiwa terdampak. Pada hari Selasa kemarin, banjir juga terjadi di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tepatnya di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua.
Sebanyak 900 jiwa terdampak. Sebagian warga yang terdampak, saat ini menempati Wisma PTPN 8 Gunung Mas. BPBD Kabupaten Bogor masih terus melakukan pendataan terkait jumlah korban jiwa dan kerugian materil lainnya.
Masih di hari yang sama, banjir setinggi 20-50 centimeter menggenangi 4 Kecamatan di Kota Malang, Jawa Timur. Data terkini yang dilaporkan BPBD Malang (19/1) sebanyak 260 rumah terendam dan 2 unit sepeda motor hanyut. Kemudian, satu orang dinyatakan hilang dan 2 KK mengungsi ke kediaman kerabat.
Bukan hanya bencana hidrometeorologi saja, bencana vulkanologi juga turut menambah jumlah bencana alam di Indonesia. Status aktivitas vulkanik Gunung Semeru meningkat menjadi level III (siaga).
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkapkan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
BPPTKG juga merekomendasikan agar penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Merapi dalam KRB III untuk dihentikan. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru masih terus memantau secara intensif perkembangan aktivitas vulkanik gunung api tertinggi di pulau Jawa ini.
erupsi gunung semeru©2021 Merdeka.com/Instagram @khofifah.ip
Untuk itu, BMKG bersama BNPB terus mengingatkan masyarakat Indonesia untuk selalu waspada terhadap potensi bencana alam yang terjadi, khususnya banjir dan longsor yang paling banyak terjadi. BNPB juga terus mengirimkan bantuan berupa kebutuhan pokok.
Pada hari Sabtu lalu (16/1), BNPB sudah menyerahkan bantuan awal sebesar Rp 4 miliar untuk korban gempa di Majene dan Mamju, Sulawesi Barat.
BNPB juga mendistribusikan 8 set tenda isolasi, 10 set tenda pengungsi, 2.004 paket makanan tambahan gizi, 2.004 paket makanan siap saji, 1.002 paket lauk pauk, 700 lembar selimut, 5 unit Light Tower, 200 unit Velbed, 500 paket perlengkapan bayi, 500.000 masker kain, 700 pak mie sagu dan 30 unit genset 5 KVA.
Sedangkan di Kalsel, BNPB sudah menyerahkan bantuan berupa Dana Siap Pakai (DSP) senilai Rp3,5 miliar. BNPB juga akan memberikan bantuan berupa dana stimulan untuk rumah warga yang mengalami kerusakan akibat terdampak banjir.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, Pemerintah Pusat melalui BNPB juga akan memberikan bantuan berupa dana stimulan untuk rumah warga yang mengalami kerusakan akibat terdampak gempa.
Adapun besaran dana stimulan tersebut, 50 juta rupiah untuk rumah Rusak Berat, 25 juta rupiah untuk rumah Rusak Sedang, dan 10 juta rupiah untuk rumah Rusak Ringan.
"Kami sesuai arahan dari bapak Presiden akan memberikan bantuan kepada masyarakat yang mengalami kerusakan rumah, baik itu rusak berat, rusak sedang maupun rusak ringan," kata Doni dalam keterangan resminya, Senin (18/1).
Baca juga:
Kemensos Jamin Kebutuhan Lansia, Ibu dan Anak Pengungsi Gempa Sulbar
Balok dan Ranting Pohon Jadi Penyebab Banjir Bandang di Puncak, Ini Kata Wabup Bogor
Bulog Salurkan 9.000 Paket Banpres untuk Korban Banjir di Kalsel
BMKG: 1-20 Januari Tercatat 52 Kali Gempa Bumi, Ini Tidak Lazim
Moeldoko: Pemerintah Sudah Melakukan Mitigasi, Tapi Bencana Tak Bisa Dikendalikan