4 Jenis Buta Warna yang Rentan Dialami oleh Seseorang dan Perlu Diwaspadai!
Ada empat jenis buta warna yang perlu Anda ketahui. Apa saja jenis-jenisnya? Simak penjelasan berikut ini.
Buta warna adalah kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk melihat dan membedakan warna dengan jelas. Biasanya, buta warna adalah cacat bawaan yang diwariskan secara genetik, tetapi dalam beberapa kasus, hal ini dapat berkembang seiring waktu.
Terdapat berbagai jenis buta warna yang memengaruhi spektrum warna secara berbeda, dan frekuensinya bisa bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan jenisnya. Kondisi ini terjadi akibat gangguan pada sel-sel saraf yang disebut kon di retina mata, yang berfungsi memproses cahaya dan gambar serta mengirimkan sinyal ke otak untuk membedakan warna.
-
Siapa yang beresiko mengalami buta warna? Buta warna bisa diturunkan dari orang tua ke anak, didapat akibat penyakit, obat, zat kimia, cedera mata, atau penuaan.
-
Bagaimana buta warna terjadi? Dilansir dari Cleveland Clinic, hal ini terjadi ketika reseptor warna atau yang sering disebut sebagai sel kerucut (cones) tidak berfungsi.
-
Siapa yang dapat terpengaruh oleh buta warna? Jenis Buta Warna Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Investigative Ophthalmology & Visual Science, buta warna mempengaruhi 0,5% wanita dan 8% pria di seluruh dunia.
-
Apa itu buta warna? Buta warna, juga dikenal sebagai defisit penglihatan warna, adalah suatu kondisi umum dimana kemampuan seseorang untuk melihat warna terganggu.
-
Bagaimana buta warna terjadi pada anak? Buta warna disebabkan oleh kerusakan atau ketidakberfungsian sel-sel saraf khusus di retina mata yang mendeteksi pigmen warna merah, hijau, dan biru.
-
Mengapa buta warna lebih sering pada pria? Gen-gen yang memengaruhi penglihatan warna ini terletak pada kromosom X, yang menjadi alasan utama mengapa buta warna lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Secara umum, buta warna tidak mengakibatkan ketidakmampuan melihat warna sama sekali; kebanyakan orang dengan buta warna masih dapat melihat berbagai warna, meskipun mungkin mengalami kesulitan dalam membedakan beberapa warna. Sebagian besar kasus buta warna adalah genetik, tetapi ada juga yang berkembang akibat kondisi medis atau faktor lain. Penting untuk mengetahui individu yang berisiko terkena buta warna. Serta untuk mengetahui jenis-jenis buta warna yang dapat dialami seseorang.
Siapa yang Terkena Buta Warna?
Buta warna yang diwariskan lebih sering mempengaruhi pria dan orang yang ditetapkan sebagai pria saat lahir. Dilansir dari Cleveland Clinic, hal ini disebabkan oleh pola pewarisan genetik yang melibatkan kromosom X. Kondisi ini lebih umum pada pria karena mereka memiliki satu kromosom X, sementara wanita memiliki dua. Jika kromosom X pria membawa gen yang abnormal, buta warna dapat muncul, sedangkan wanita dapat mengimbangi dengan gen normal pada kromosom X kedua. Selain itu, buta warna juga bisa berkembang akibat kondisi medis tertentu, penggunaan obat-obatan, atau bahkan melalui paparan lingkungan.
Jenis-jenis Buta Warna
Berbagai jenis buta warna dapat diwariskan, dilansir dari Colour Blind Awareness, berikut adalah jenis-jenis tersebut serta karakteristiknya.
Trikromasi
Trikromasi biasanya mengacu pada kondisi penglihatan warna yang normal, di mana ketiga jenis sel kerucut merah, hijau, dan biru berfungsi dengan baik. Seseorang yang memiliki penglihatan warna normal disebut trikromat, karena mereka dapat membedakan berbagai warna dengan jelas berkat fungsi optimal dari ketiga jenis sel kerucut tersebut.
Trikromasi Anomali
Trikromasi anomali adalah kondisi di mana seseorang memiliki penglihatan trikromatik, tetapi salah satu jenis sel kerucut tidak berfungsi secara optimal. Ada tiga jenis trikromasi anomali, masing-masing memengaruhi penglihatan warna dengan cara yang berbeda, tergantung pada sel kerucut yang mengalami masalah.
- Protanomali: Sensitivitas terhadap cahaya merah berkurang.
- Deuteranomali: Sensitivitas terhadap cahaya hijau berkurang, yang merupakan bentuk buta warna yang paling umum.
- Tritanomali: Sensitivitas terhadap cahaya biru berkurang, yang sangat jarang terjadi.
Dampak trikromasi anomali dapat bervariasi dari penglihatan warna yang hampir normal hingga kesulitan yang signifikan dalam membedakan warna merah, hijau, atau biru. Penderita deuteranomali dan protanomali seringkali kesulitan membedakan merah, hijau, cokelat, dan oranye, dan sering kali menimbulkan kesulitan dalam membedakan berbagai nuansa biru dan ungu. Sedangkan penderita tritanomali mengalami kesulitan dalam membedakan biru dari kuning, ungu dari merah, dan biru dari hijau. Mereka sering melihat dunia dalam nuansa merah, pink, hitam, putih, abu-abu, dan turquoise.
Dikromasi
Dikromasi terjadi ketika seseorang hanya memiliki dua jenis sel kerucut yang berfungsi, sehingga mereka tidak dapat melihat beberapa bagian dari spektrum cahaya. Ada tiga jenis dikromasi:
- Protanopia: Ketidakmampuan untuk melihat cahaya merah.
- Deuteranopia: Ketidakmampuan untuk melihat cahaya hijau.
- Tritanopia: Ketidakmampuan untuk melihat cahaya biru.
Seseorang dengan dikromasi merah-hijau, seperti pada protanopia dan deuteranopia, sering melihat dunia dalam nuansa hijau keruh di mana biru dan kuning tampak lebih jelas. Mereka seringkali bingung membedakan antara cokelat, oranye, berbagai nuansa merah, dan hijau, serta mengalami kesulitan membedakan beberapa nuansa biru dengan ungu.
Perbedaan antara protanopia dan deuteranopia terletak pada kesulitan mereka membedakan warna tertentu: protanopia menyulitkan membedakan hitam dari nuansa merah, sedangkan deuteranopia menyulitkan membedakan merah pertengahan dari hijau pertengahan. Sementara itu, tritanopia sering membingungkan biru muda dengan abu-abu, ungu tua dengan hitam, serta hijau pertengahan dengan biru.
Monokromasi (Achromatopsia)
Monokromasi juga dikenal sebagai achromatopsia, adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali, sehingga mereka hanya melihat berbagai nuansa abu-abu, dari hitam hingga putih. Achromatopsia adalah kondisi yang sangat langka, mempengaruhi sekitar 1 dari 33.000 orang, dan sering kali disertai dengan gejala tambahan seperti sensitivitas berlebih terhadap cahaya. Penderita achromatopsia biasanya perlu memakai kacamata hitam bahkan di dalam ruangan dengan pencahayaan normal.
Dalam beberapa kesempatan, diagnosis buta warna total dapat keliru jika hanya mengandalkan tes Ishihara, karena tes tersebut tidak dapat mendeteksi gangguan penglihatan biru/kuning atau skala abu-abu. Jika Anda atau anak Anda didiagnosis dengan buta warna total menggunakan tes ini, sebaiknya mencari pendapat kedua di klinik spesialis penglihatan warna.