Ribuan eks Gafatar Mempawah akan diungsikan ke Jateng pakai KRI
Apabila jumlah warga eks Gafatar meningkat, maka TNI AL menyiapkan KRI Teluk Gilimanuk.
Markas Besar TNI Angkatan Laut bakal mengevakuasi ribuan orang eks anggota kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang berada di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan. Evakuasi nantinya menggunakan kapal KRI Teluk Bone menuju Jawa Tengah.
"Recana evakuasi ke Jawa Tengah menggunakan KRI Teluk Bone, saat ini masih menunggu proses administrasi," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL Laksamana Pertama TNI M Zainudin, Rabu (20/1).
M Zainudin mengatakan, saat ini KRI Teluk Bone sudah berlayar dari Surabaya menuju Pontianak. Apabila jumlah warga eks Gafatar meningkat, maka TNI AL menyiapkan KRI Teluk Gilimanuk.
"KRI Teluk Bone tiba hari Jumat besok, sedangkan KRI Teluk Gilimanuk sudah melintas laut tiba di Pontianak pada kamis besok," ujar dia.
Lanjut dia, jumlah warga yang dievakuasi sekitar 1.529 orang. Di antaranya, 370 orang laki-laki, 312 orang perempuan, 437 orang bocah dan remaja berada di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya. Sementara, selama masa penampungan didukung Pemprov Kalimantan Barat dan Kodam Bengkangdam XII/Tanjungpura.
Diketahui, massa di Mempawah hilang kesabaran. Mereka mengusir paksa warga eks pengikut ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di 2 desa di desa Antibar dan Desa Pasir, Mempawah Hilir, Selasa (19/1) siang. Massa bertindak anarkis, membakar permukiman. Saat kejadian, suasana sempat mencekam.
Aksi massa masih berkaitan dengan batas waktu Selasa (19/1), agar tidak kurang 700 warga eks Gafatar, meninggalkan Mempawah. Massa tak lagi bisa membendung emosi, merusak dan membakar seluruh bangunan, fasilitas umum dan fasilitas pertanian di atas lahan seluas 43 hektare.
Polres Mempawah yang telah menyiagakan personelnya, dibantu dengan aparat TNI, dibuat kewalahan menghalau aksi massa. Massa khawatir, warga eks Gafatar yang tergabung dalam kelompok tani, kembali menyebarkan ajaran menyimpang. Mengingat permukiman dan areal pertanian mereka terkesan eksklusif dan ketiadaan tempat ibadah.