Ribuan kera Desa Cikakak berebut gunungan buah
Sejak dulu terdapat ratusan kera yang berlindung di hutan sebelah barat komplek Masjid Sakatunggal yang dikeramatkan.
Tradisi masyarakat Jawa saat bulan Sura gunungan untuk mengucapkan rasa syukur dan berkah. Biasanya ribuan masyarakat berebut gunungan sebagai berkah untuk kehidupan yang lebih baik.
Namun hal berbeda terlihat di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas Jawa Tengah. Warga justru membuat gunungan untuk kera. Tradisi yang kali pertama digelar di Komplek wisata ziarah Masjid Sakatunggal, Desa Cikakak, ini menarik perhatian ribuan masyarakat yang ingin melihat dari dekat.
-
Apa yang spesial dari tradisi tadarus di Masjid Agung Baiturrahman, Banyuwangi? Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi, Jawa Timur, juga memiliki tradisi tadarus Alquran selama bulan suci Ramadan. Namun, menariknya adalah Alquran yang digunakan terlihat tak biasa. Alquran tersebut berukuran cukup besar dan tersimpan pada kotak kayu.
-
Di mana tradisi Seblang di Banyuwangi dirayakan? Ritual adat Seblang Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, digelar selama satu pekan, sejak 15 April - 21 April.
-
Apa tradisi unik yang dijalankan oleh masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas ketika Lebaran? Tradisi itu dinamakan Bada Riaya. Tradisi itu dilaksanakan setelah mereka melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan.
-
Kapan tradisi Binarundak di Sulawesi Utara dilakukan? Tradisi ini dilakukan dengan memasak nasi jaha secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri.
-
Apa tradisi adat yang dirayakan di Desa Olehsari, Banyuwangi? Ritual adat Seblang Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, digelar selama satu pekan, sejak 15 April - 21 April.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
Acara bertajuk Rewandha Bojana atau memberikan makan kera, terutama kera ekor panjang (macaca fascicularis), ditandai dengan dibawanya dua gunungan berisi buah dan makanan kesukaan kera. Obi, seorang warga yang datang dari Purwokerto, mengaku sengaja datang ke Desa Cikakak untuk menyaksikan para kera berebut gunungan.
"Peristiwa ini sangat unik, karena setahu saya baru kali pertama diselenggarakan di sini. Apalagi selama ini di obyek wisata Masjid Sakatunggal banyak monyet liar yang dibiarkan bebas dan kalau musim kering kerap kekurangan makan," ujarnya, Minggu (1/11).
Menurut kepercayaan warga setempat, kera yang ada di sekitar tempat tersebut merupakan warisan pendiri Masjid Saka Tunggal. Masjid Sakatunggal adalah masjid pertama permulaan Islam masuk ke Banyumas sekitar 1288.
Sejak dulu terdapat ratusan ekor kera yang berlindung di hutan sebelah barat komplek Masjid Sakatunggal yang dikeramatkan penduduk setempat. Saat ini jumlahnya mencapai ribuan. Kera kerap mengganggu warga jika persediaan makanan di hutan tidak mencukupi.
Ketua Panitia festival, Agus Sumarko mengatakan, festival memberi makan kera yang hidup di sekitar obyek wisata religi Masjid Saka Tunggal melibatkan masyarakat dari enam desa di wilayah itu. Kegiatan ini merupakan rangkaian perayaan Bulan Sura yang dijadwalkan pemkab Banyumas dalam meningkatkan kunjungan wisata.
Sebelum diperebutkan ribuan kera, gunungan tersebut diarak dengan iringan musik tradisional banyumasan, kentongan. "Gunungan buah diarak dari kediaman Kepala Desa Cikakak menuju ke lapangan dekat Masjid Saka Tunggal sekitar satu kilometer," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Descart Sotyo Jatmiko, menambahkan kegiatan ini selain merupakan daya tarik wisata juga menjadi bentuk kepedulian terhadap kera. Dia berharap, warga bisa menjaga konservasi alam di sekitar lokasi wisata yang selama ini dijadikan tempat ziarah.
"Dengan konservasi ini, diharapkan bisa dilaksanakan masyarakat setempat dengan didukung instansi terkait. Kalau edukasi tanpa adanya aksi di lapangan, tampaknya tidak akan begitu dimengerti," jelasnya.
kegiatan ini memiliki makna mendalam di kehidupan masyarakat. "Secara filosofi, kita tidak hanya berhubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, tetapi juga hubungan menjaga alam. Kita harus menjaga alam dengan baik, salah satunya dengan menyayangi binatang," tuturnya.
(mdk/noe)